Part 1 : Perempuan itu (Melva).

15 4 1
                                    

"Kamu lelaki hebat, kamu pasti kuat".


Wanita itu membawa sebuket bunga di tangannya serta sekeranjang buah-buahan. Ia tersenyum kepadaku. Kupaksakan menarik seulas senyum untuk membalasnya.

"Permisi...Boleh aku masuk?" ucapnya kepadaku dengan senyum ramah yang masih menghiasi wajahnya.

Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya. Perempuan itu kembali bersuara.

"Dimana Tante Lisa? kok kamu disini sendiri?"

"Sedang beli makan" balasku singkat.

Perempuan itu mengangguk menjawab ucapanku. Kemudian ia langsung meletakkan bawaannya di atas meja dekat sofa. Dirinya langsung duduk di kursi dekat ranjang Alva tempatku duduk tadi.

Kemudian aku duduk di sofa yang jaraknya sekitar 3 meter dari ranjang Alva. Aku memperhatikan perempuan itu. Ia sedang menggenggam tangan Alva sambil mengelus-elusnya.

"Sayang...kok kamu gak bangun-bangun sih? apa kamu gak rindu sama aku?" ucapnya dengan nada sedikit manja.

Kemudian perempuan itu beralih mencium kening Alva. Cukup lama ia melakukan hal itu.

Melihat itu aku langsung memalingkan muka ke arah lain.
Aku tidak sanggup menyaksikan semua itu. Hatiku sungguh teriris melihat kekasih yang sangat kucintai sedang diperhatikan oleh perempuan lain.

Ingin rasanya aku mengatakan pada perempuan itu bahwa aku juga kekasih Alva. Bukan hanya dia saja. Tolong jaga perasaanku. Tolong jangan membuatku cemburu. Itu benar-benar melukai hatiku.

Aku mencoba untuk tidak meneteskan air mata. Sudah cukup selama 10 hari ini aku menangisi orang yang telah menduakan cintaku. Orang yang selama ini sangat kupercaya. Namun ia malah mengingkari kepercayaan yang telah ku berikan kepadanya.

Setelah perempuan itu mencium kening Alva, kemudian ia menoleh ke arahku.

"Setiap aku berkunjung kesini, aku selalu melihatmu. Sebenarnya kamu siapanya Alva? saudaranya? ku kira ia anak tunggal"ucap perempuan itu mempertanyakan apa hubunganku dengan Alva.

Aku sedikit gelagapan ketika ditanyai perihal itu. Aku bingung harus menjawab apa. Namun aku mencoba untuk tetap tenang. Lalu aku menemukan ide untuk menjawab pertanyaannya.

"Aku sepupunya" ucapku berbohong.

Perempuan itu hanya ber-oh menjawab perkataanku.

"Lalu...siapa namamu?" ia berucap lagi.

Dalam hati aku sedikit kesal. Kenapa perempuan ini begitu kepo denganku.

"Gladys" balasku.

"Hai Gladys...namaku Melva. Salam kenal yahh. Semoga aku bisa berteman denganmu. " ucapnya begitu bersemangat.

Jadi namanya Melva.

Ucapku dalam hati.

Aku hanya mengangguk sambil memaksakan senyum membalas ucapannya.

Memangnya aku mau berteman dengan orang yang sudah merebut Alva dariku? Tidak.

Batinku dalam hati.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara kami. Suasana ruangan ini menjadi hening. Perempuan itu sedang asyik menyandarkan kepalanya di dekat tubuh Alva. Aku melihat mata perempuan itu terpejam.

Apakah perempuan itu sedang tidur ?

Kurasa tidak mungkin.

Batinku dalam hati.

Last ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang