Part 3

3 1 0
                                    

Seorang pemuda usia 29an dengan rambut hitam di belah tengah serta kemeja hitam yang di balut dengan jas yang senada sedang berdiri di podium dalam sebuah ruang rapat mewah. Layar di depannya menunjukkan berbagai desain, grafik dan rencana pengambangan hotel baru di Paju. Ya, pemuda itu tengah mempresentasikan rencana pengembangan hotel goreo. Pemuda itu adalah Kim jongdae. Dengan penuh wibawa dan percaya diri dia mengutarakan ide-idenya yang sudah terencana dengan rapi. Hingga sebuah tangan mengacung dari barisan petinggi-petinggi hotel Goreo membuatnya berhenti berbicara dan menanggapi interupsi tersebut.

"Ya, direktur Kim Suho apa ada yang ingin kau sampaikan?"tanya jongdae pada pria tampan lainnya yangduduk di barisan depan.

"Maaf kalau aku memotong, tapi kau belum memaparkan terkait resiko penolakan warga yang tinggal di daerah itu. Aku dengar daerah itu adalah daerah padat penduduk yang berasal dari kalangan bawah. Ada lebih dari delapan puluh orang yang sudah menetap di sana. Apa mereka semua bersedia untuk di usir?" Tanya Kim Suho. Pria dengan wajah tak kalah tampan dengan Jongdae namun dengan aura yang berbeda dengan jongdae. Penampilannya tampak kalem dengan jas abu-abu yang membalut kemeja putih tak berkerah yang ia kenakan. Ia adalah salah satu direktur hotel goreo di bagian pemasaran dan promosi.

"Maaf direktur Suho, salah satu pemilik gedung sendiri yang memberikan penawaran harga tersebut. Dia berjanji akan mengembalikan deposit para penghuni gedung jadi tidak ada masalah dengan kami. Maka saat kita mengancurkan gedung itu yang berurusan denga mereka hanya pemilik gedung bukan kita!" Jongdae menatap tajam suho. Ia tahu penghalang utama keberhasilannya dalam proyek ini pasti Suho.

"Ehm... tapi dalam kondisi ekonomi yang sedang sulit ini kurasa hotel kita juga perlu melakukan kompensasi. Agar bisa meminimalisir protes yang terjadi" jawab Suho ragu. Sebenarnya dia mendukung ide jongdae terkait pembangunan gedung hotel yang baru di Paju. Tapi tidak bisa di pungkiri opini masyarakat yang tinggal di sekitarnya harus mereka jaga agar kenyamanan tamu hotel bisa terjamin.

Jongdae sedikit menarik ujung bibirnya menahan senyumnya agar tak nampak meremehkan pendapat Suho.

"Kompensasi??? Kau yakin akan menambah beban keuangan?" Tanya jongdae sinis.

Beberapa petinggin lainnya juga nampak berbisik-bisik menandakan ketidak sukaanya pada ide Suho.

"Maaf saja tapi hotel kita bukanlah lembaga sosia!" Jawab jongdae mengejek.

"Tapi bukankah kita memiliki dana CSR? Mereka yang tinggal di sana juga merupakan tanggung jawab sosial kita. Jika mereka menolak kurasa akan banyak opini yang menganggap hotel kita tidak peduli dengan warga lokal. Bukankn hotel goreo sendiri di memiliki image yang mengangkat kearifan lokal." Suho mencoba menjelaskan.

Ruangan itupun hening hingga seorang wanita tua yang sedari tadi duduk di bagian tengan bersuara.
"Direktur jongdae, idemu dan pemilihan tempat yang kau paparkan sangat bagus. Tapi pertimbangkanlah ide direktur Suho. Karena kita tidak bisa membangun sesuatu jika di bangun atas kebencian dan air mata orang korea. Kau paham kan maksudku?" Kata nenek itu tegas.

"Baik ibu president" Jongdae hanya bisa mengangguk dan mengiyakan.
Ya nenek tua itu adalah president dari Kim corporation Nyonya Oh Hae young. Kim Corporation sendiri adalah Salah satu perusahaan besar perhotelan yang sudah menguasai korea dan mancanegara. Di bangun oleh Kim yo Chul suaminya yang telah tiada. Ia adalah nenek Suho dan juga Jongdae. Tidak ada yang merani melawan ataupun menyanggah kemauan nenek presiden oh.

"Suho kau mungkin bisa membantu jongdae mencari dana untuk melakukan kompensasi tersebut. Karena kelak kau juga akan bertanggung jawab untuk mempromosikan hotel tersebut maka sebaiknya semua jaringan yang selama ini kau miliki bisa kau gunakan. Kau yang mengusulkan maka kau yang bertanggung jawab. Mengerti?" Kata nenek itu melanjutkan.

"Ah.. president itu ide yang bagus. Ku rasa suho mampu mencarikan relasi untuk melakukan kompensasi tersebut! Itu artinya dengan terlibatnya Suho pekerjaan Jongdae akan menjadi lebih ringan" Puji Kim do Han ayah jongdae sekaligus direktur utama Hotel Goreo.

Direktur lainnya juga akhirnya berbisik-bisik dengan rekan di sebelahnya ada yang setuju dan ada yang meragukan kemampuan Suho.

"Saya akan berusaha melaksanakannya president" kata Suho sambil mengangguk ringan tanda bahwa ia akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.

"Baiklah semua sudah jelas. Kurasa sudah cukup!aku harus pergi" Kata president Oh. Ia lalu berdiri dan dengan sigap Suho dan Do han membantu sang president untuk berdiri dan keluar dari ruangan rapat. Ketika itu serempak para petinggi lainnya punSatu-persatu ikut keluar dari ruangan rapat
Meninggalkan jongdae yang masih berdiri di podium. mereka seperti lupa bahwa jongdae masih ada di depan podium. Dan jongdae sendiri bahkan tidak bisa mengeluarkan suaranya tanda protes. Ia hanya menahan emosinya yang kini hampir saja meledak.

Ketika semua sudah keluar dari ruang rapat jongdae baru bisa mengeluarkan suaranya.
"Dasar nenek tua pikun aku bahkan belum memberikan kesimpulan dan kata penutup!brengsek!" Jongdae memaki.

Kali ini dia benar-bemar marah
Karena dengan terlibatnya Suho dalam proyek tersebut tentunya akan mempengaruhi pendapat para dewan direksi lainnya. Itu artinya jika ia sukses maka Suho juga akan ikut di puji dan ketika ia gagal maka cercaan dan hinaan akan ia terima sebagai direktur perencanaan.

Jongdae sangat marah sekarang. Ia membanting map yang ada di hadapannya.

Kemarahan Jondae Bukan hanya karena dia diabaikan seperti itu. Tapi kebenciannya sudah timbul sejak pertama kali dia melangkahkan kakinya ke rumah Keluarga Kim.

Dia memang anak yang lahir di luar pernikahan. Ibunya memang bukan dari keluarga kaya dan terpandang. Nenek tidak merestui hubungan ayahnya Kim Do Han dan ibunya Eum boyoung. Hingga ibunya harus pergi jauh meninggalkan ayahnya ketika mengandung Jongdae karena takut dengan ancaman sang nenek yang berkuasa. Bahkan ayahnya Kim Do hanpun sampai tidak tahu bahwa ibunya sedang hamil jongdae. Dan mereka menghilang dari kehidupan keluarga kim.

Hingga Ketika jongdae berusia 7 tahun. Ibu menemui ayahnya dan menyerahkan jongdae pada ayahnya. Dan setelah ayahnya yakin bahwa jongdae benar anaknya maka ayahnya membawanya ke dalam kediaman. Dia harus rela meninggalkan ibunya sendirian padahal saat itu ibunya baru saja di vonis terkena kanker. Itu semua karena nenek yang kekeuh menolak ayah kembali pada ibu. Dan ancamannya adalah jika ayahnya mengajak juga ibu maka mereka semua akan diusir. Jongdae dan ayahnya tidak akan pernah diakui sebagai bagian dari keluarga Kim. Dan Ibunya memilih untuk mengalah karena merasa usianya sudah tidak lama lagi

Yang terpenting adalah jongdae. Semua demi masa depan jongdae maka ibunya memilih menghilang. Ibunya berkata padanya bahwa jongdae adalah anak seorang chaebol ada darah ayahnya dalam tubuhnya maka ia tidak boleh hidup melarat bersama ibunya. Apalagi kelak saat ia mati di gerogoti penyakitnya ia tidak akan rela jika jongdae di besarkan di panti asuhan. Dan pada usianya yang ke 8 ia mendengar kabar kematian ibunya.

Namun semenjak ia melangkahkan kaki di keluarga Kim ia merasakan banyak mengalami ketidak adilan.  sang nenek hanya memperhatikan Suho cucu dari anak pertamanya yang sudah tiada. Segala kerja keras dan prestasi yang dia peroleh dengan kerja keras hanya mendapan decihan atau bahkan pengabaian. Ayahnyapun tidak terlalu peduli padanya. Karena ayahnyan juga terlalu sibuk mengurusi bisnis keluarga. Apalagi saat itu ayahnya juga sudah menikah dengan nyonya shin mi kyung dan memiliki seorang bayi berusia 2 tahun. Jongdae semakin tersudut baik oleh neneknya, ayahnya, dan juga ibu tirinya

Sejak saat itu jongdae berjanji akan menguasai semua kekayaan keluarga Kim. Ia akan tetap bertahan di sana. Hingga ia bisa mewarisi semua harta kekayaan keluarga Kim. Dan membuat nenek tua itu bertekuk lutut di kakinya.

Sekarang masalahnya adalah Suho. Ya Sebenarnya Suho adalah satu-satunya orang yang peduli pada Jongdae sejak ia bergabung dengan keluarga Kim. Tapi belakangan Suho mulai menjadi penghambat ambisinya tersebut. Nenek sepertinya sudah menyiapkan Suho sebagai pewaris dari Hotel Goreo. Bahkan kabar terakhir yang ia dengar kalau nenek akan menjodohkan Suho dengan putri salah satu menteri yang cukup berkuasa. Dan jika itu terjadi sudah di pastikan jongdae kalah telak dengan suho karena ia tidak bisa lagi membujuk para pemilik saham untuk memilihnya.

Ya Suho adalah penghalang utama bagi jongdae. Sedangkan adiknya Sehun sejak awal memang tidak tertarik dengan bisnis. Dan nenek mengijinkannya untuk menekuni dunia modeling. Maka sehun bukan ancaman bagi ambisi jongdae.

"SHIT..!Jongdae melempar remote LCD ke layar dengan keras dan tanpa sadar sekertarisnya masuk dan terkejut dengan sikap kasar jongdae yang jarang ia lihatkan.

No More TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang