Malam tadi ibuku pulang dalam mimpi yang menari. Matanya api yang diguyur hujan sementara kupingku merah bertemu jemari ibu. Mulutnya kelelahan dipenuhi nyanyian rindu. Ia kecewa melihatku tidur tiap pagi dan malam bersama telepon pintar.
Rumahku hotel yang luas atau tempat bergema hingga pelosok kamar mandi. Tak ada yang benar-benar tinggal di dalamnya kecuali kenangan buruk yang tiap hari semakin menua dan hilang ditelan jam dinding yang gerakannya melambat ditelan rayap. Barang-barang perlahan retak terkena bara kesepian dari kepalaku. Kepala ayahku pun demikian halnya kepalaku; tiap hari hanya bisa makan nasi dengan sayur basi dan kenangan abadi.
Foto keluarga tiga orang di dinding itu; aku, ibu dan ayahku, memelototi tiap orang yang bertamu. Membuat takut mereka-mereka yang bercermin di figura kaca. Aku tidak takut maling siang hari; mereka kesetanan oleh foto keluarga kami di dinding dan lari bagai anjing bunting.
Rumahku kembali kosong, diisi dua tubuh manusia tidak waras yang tiap malam dikunjungi tokoh utama wanita cantik keluarga kami. []
(Mei 2019)
image cr: erickimphotograpy
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Perihal yang Jarang Kauperhatikan
Poetrysehimpun puisi jelek. illustration by aigaeyeondesign 2020-2021