Aku meninggalkan rumah pukul tujuh. Tidak ada yang bisa kuingat selain tetanggaku yang berkoar merebus banyak sepatu. Aku hanya ingat terakhir kali aku meletakkan sepatu lars lamaku adalah di depan pintu yang hanya bisa berjalan sejauh lima kaki dari tempatku memotong tali sepatu. Bisa saja sepatuku ikut direbus oleh lelaki tua bertopi baseball warna hijau metalik itu.
Besoknya aku berniat membeli sepatu lars lagi. Hobiku mengoleksi sepatu dan memakannya hidup-hidup. Pisauku selalu menari-nari sendiri di depan sepasang kristal kacaku untuk mencincang para sepatu. Kuali selalu kupanaskan sebelum pukul tujuh aku berangkat ke toko sepatu.
Aku ingat bahwa dompetku selalu muntah-muntah ketika aku sampai di kota. Kurasa ia memikirkan tetanggaku yang sewaktu-waktu bisa mencuri anak-anak dompetku di atas telapak jendela. Jadi setiap hari Jumat aku bersama dompetku mengemis sebagai lelaki tua di depan toko sepatu. Dompetku tak lagi muntah-muntah ketika jutaan dolar Amerika tidur di balik sepatu larsku. []
(Februari, 2020)
image cr: me, as the owner.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Perihal yang Jarang Kauperhatikan
Puisisehimpun puisi jelek. illustration by aigaeyeondesign 2020-2021