Kemarin kulihat diriku dua puluh tahun lalu dalam buaian rel kereta. Aku naif dan sering meronta meminta hamburger pada bapak tua di stasiun kereta. Bapak tua tidak tahu apa itu hamburger isi daging dan selada. Tapi ia mampu menyihir roti isi kacang menjadi burger di depan sepasang danau biruku.
Anak kecil dalam tubuhku girang bukan kepalang. Betapa lezatnya kacang yang terasa seperti daging giling. Hari ini aku sadar kota ini penuh penipu. Roti kacang dan bapak tua tidak memberiku makan lagi tapi kebohongan mereka masih terasa di lubuk hati. Oh persetan mereka.
Hari ini aku jadi bapak tua itu. Beberapa anak kecil singgah di kepalaku dan berharap makan burger isi daging sapi. Kuberikan mereka burger tapi yang berisi kacang dan mereka mau-mau.
Anak-anak tak pernah tahu apa itu kejujuran sebelum mereka beranjak dewasa. Mereka masih duduk-duduk di stasiun kepalaku bahkan ketika kupikir mereka telah pergi. Anak kecil tidak pernah mau dihapuskan, bahkan ketika kusadari tubuhku sudah mulai menua. []
(Mei 2019)
image cr: nytimes.com
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Perihal yang Jarang Kauperhatikan
Poesíasehimpun puisi jelek. illustration by aigaeyeondesign 2020-2021