Kebetulan

32 4 2
                                    

Seperti biasa tetesan keringat keluar membasahi dahi hingga leher ku. Ku usap dengan tanganku sesekali.
Rasa lelah ini harus aku jalani setiap hari setiap waktu. Ya.karena pekerjaan ku adalah paruh waktu. jangan pernah mengeluh sebab apa yang sedang dialami saat ini' itulah yang membuat ku bertahan dan ya nikmati saja pekerjaanmu aktivitasmu maka kau tidak akan mengeluh.

Aku menginap di kos kosan dekat tempat aku bekerja, jadi tidak perlu keluar ongkos transport lagi, terserah kalian berpikir aku hemat atau pelit atau bahkan seperti orang tidak mampu, kalian salah. Karena akulah ketiganya hemat,pelit,dan juga tidak mampu.
Aku ingin sekali menghapus kata terakhir itu jika aku menghapusnya, otomatis akan menghapus 2 kata pertama. Nah saat ini aku sedang berjuang menghapus kata itu entah sampai kapan. dan ya aku juga berharap ada keajaiban.

-

"Permisi noona, maaf bisa geser kaki anda sedikit saya mau membersihkan ini"

"...."

Apakah orang itu tidak dengar apa memang tidak bisa mendengar.huh.ternyata kesabaran juga termasuk skill pekerjaan paruh waktu.

Aku pun pergi ke sisi lain meja yang kosong.
Membereskan semua sampah-sampah dan piring piring kotor yang tergeletak dan membawanya ke ruang cuci.

**
Sebelum pulang aku mampir dulu ke minimarket tidak banyak hanya membeli sebungkus roti kotak dan air mineral botol yg jika ditotal harganya tidak mencapai sepuluh ribu.

Seorang pria dengan topi dan masker yang menutupi kepala dan wajahnya mengantri didepanku entah sudah berapa lama ia berdiri disitu, rasanya kaki ku pegal hanya untuk mengantri, yang benar saja apa yg dia beli kenapa lama sekalii.

Dan akhirnya pria menjengkelkan itu pergi dari hadapanku sebenarnya sedari tadi ak mengata ngatainya didalam hati

"Mianhee.. karna sudah membuat dirimu lelah mengantri" katanya sambil membungkukkan badan

"Eoh, nee tidak apa" berbanding terbalik tiga ratus enam puluh derajat dengan yg sebenarnya. tapi kupikir dia pria yang peka atau mungkin tau diri? entahlah siapa yang peduli

"Park Jimin." sambil mengulurkan tangan

Apa ini,ehem aku tidak boleh gerogi. dia hanya ingin berkenalan kan.
"Park Jinha." membalas uluran tangannya

"Wah ternyata marga kita sama."
Ucapnya terkekeh kecil.

"Haha, sebuah kebetulan bukan." jawabku ikut terkekeh.
Jangan lupakan bahwa telapak tangan kami masih menyatu jujur itu terasa nyaman bagiku. Jika saja mbak kasir tidak berdehem mungkin aku masih bisa merasakannya lebih lama. Ah apa yang kupikirkan.

"Sampai bertemu lagi,annyeong" ia pun pergi dan menghilang dari pandanganku.

"nee,annyeong" tidak.kenapa aku sedih.

**
Aku segera merebahkan tubuhku di atas kasur yang.Keras.
haha kasurku bukanlah Sprin bed atau semacamnya kasurku hanya sebatas kasur busa yang ditumpuk diatas ukiran kayu walaupun begitu kasur ini cukup empuk dan nyaman bagiku.

Aku memakan roti sambil tiduran dan memikirkan sesuatu tapi mengapa sedari tadi hanya si Jimin yang ada di pikiranku, itu bukanlah masalah justru adalah pemberian yang indah, tapi lama lama kepalaku pusing juga aku pun tertidur dan ya lupa tidak mandi


**
"Yeobseo"

"...."

"Baiklah aku akan kesana sekarang"

Tutt tut tut

Jimin mematikan ponselnya dan pergi menjemput ibunya dibandara yang baru saja pulang dari Australia.


-07.15 [Bandara]-

"Eomma, disini.." Jimin melambaikan tangan kearah ibunya yang celingukan.

Ibunya sangat cantik dan mirip dengan Jimin.

Dengan cepat Jimin menghampiri ibunya.

"Sudah lama tidak bertemu denganmu nak." ucap eomma Jimin dengan senyum yang tidak hentinya terpancar dan memeluk putra kebanggaannya tersebut.

"Aku sangat merindukan eommaku." jawab Jimin manis membalas pelukan ibu nya.

"Sepertinya ketampananmu bertambah selama eomma pergi."

"Ah eomma." ucap Jimin malu-malu
"Ayo eomma kita pulang, aku ingin makan makanan masakan eomma, sudah lama aku tidak makan itu." sambungnya dengan gaya dibuat buat seperti anak kecil.

"Eoh, baiklah." ucap eomma Jimin disertai senyuman manis dan tawaan kecil.

Mereka pun pergi meninggalkan bandara.

**
"Na na na na na" aku bersenandung ria mendengarkan musik yang mengalir di earphone putih milikku.
"Huuh... Aku lapar" rengekku pada diriku sendiri, karena tidak ada ralat belum ada yang bisa dimintai tolong atau menemaniku. aku pun memasak nasi, sayur bayam, tempe goreng, sendiri untuk kumakan pagi ini sendiri.

Setelah sarapan dan mandi aku rencananya hari ini akan keluar, tidak jauh hanya pergi ke cafe tempat aku bekerja, tidak untuk bekerja yang benar saja ini kan hari cutiku, aku pergi kesana untuk bersantai dan beralih peran menjadi pelanggan.

-[Cafe Minara]-

"Mocha latte dan cheese cake satu."

"Baik, tunggu sebentar ya kak."
Kata pelayan tersenyum.

Tapi kuyakini pelayan tersebut mengenalku karena kan aku juga bekerja disini.

"Hai."

"Kau?"

"Iya." Jimin menghampiriku

"Mengapa kau ada disini?"

"Wae, aku hanya ingin bersantai sepertimu."

Bodoh, apa yang ku katakan kenapa aku menanyainya seperti itu jelas saja jawabannya seperti itu, aku ini seperti orang salting saja huh.

"Boleh aku duduk disini." ucapnya memecah isi kepalaku yg sedang bergelut dengan diriku.

"Tentu saja." balasku, ia pun tersenyum.

Astaga senyumannya... Sangat manis.

"Ngomong ngomong dimana kuliahmu?" Tanyanya mengawali pembicaraan lagi.

"Eoh, aku tidak sedang kuliah aku sudah bekerja, bagaimana denganmu, apa yang kau ambil saat ini." Jawabku

"Benarkah, kupikir kau terlihat cukup muda untuk bekerja."
"Aku bekerja di perusahaan milik ayahku, aku bekerja disana untuk meneruskan usaha ayahku." lanjutnya

"Ah, tidak juga." sedikit menunduk dia hanya tertawa.
"Jadi kau meneruskan usaha ayahmu begitu." sambungku

"Um." ucapnya mengangguk
"dimana tempat kerjamu?"
lanjutnya

Kenapa dia harus menanyaiku seperti itu
Aku harus jawab apa?
Yang benar saja aku kan masih muda haruskah aku bilang bekerja paruh waktu...







🌙🌫️

Gimana gimana suka gak?
Maaf klo kurang ngefeel ini ff pertama aku jadi masih agak belajar gtuuu

Jangan lupa vote n comment pendapat kalian yak

Oke^^
Makasii

↓Next↓

LastSad | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang