"Jinha-ya." Ucap Jimin tersenyum
teduh padaku."Um?" Aku memperhatikannya.
Jimin menatapku serius dan sendu secara bersamaan dicampur dengan suasana hangat ruangan kediamanku yang sangat berarti akan kenangan didalamnya.
"Kau boleh tinggal dirumahku." Ucap Jimin.
Membuat aku shock plus kaget akan kalimatnya barusan.
"Haha, apa yang kau katakan." Ucapku diimbangi tawa garing.
"Tidak lucu." Ucap Jimin dingin membuat tawaku buyar.
"Hm. Aku mengerti, maaf." Ucapku tidak tau selain mengatakan itu.
Sepi...
Tiba tiba....
Gubrakk!
"Woy kemari kau bngs*t!!"
"Dasar bocah sialan. Untuk apa kau lahir di dunia ini, tidak berguna sama sekali, pergi kau atau aku perlu mengusirmu dengan kekerasan?!" Tanya tetangga sebelah ruang kos ku membentak pada ponakannya.Teriakan itu lagi - batinku.
Aku sudah sering mendengar itu tapi tidak dengan Jimin.
Kulihat Jimin nampak merasa tidak nyaman (sangat) tidak nyaman, ya karena dia terbiasa hidup di keluarga sekaligus lingkungan yang harmonis dan penuh kasih sayang berbeda jauh denganku.
"M-maaf sudah biasa, aku mengerti perasaanmu." Ucapku dengan senyum yang berharap menghilangkan pikirannya akan hal barusan walaupun ku yakini itu tidak akan berhasil.
"Bukan salahmu." Elak Jimin atas sikapku barusan.
Aku merasa tidak enak dengannya.
"Jim kau tidak pulang, kau sudah cukup lama disini." Ucapku mencoba mengalihkan pikirannya.
"Kau mengusirku?"
"Bukan, aku tidak mengusirmu, hanya saja disini tidak baik, aku takut aku tidak ingin mengganggumu." Ucapku mengeluarkan semua yang sedari tadi mengganjal di otak dan hatiku.
"Lalu bagaimana denganmu, kau bilang ini tidak baik, kau saja mengabaikan diri sendiri kenapa aku harus menurutimu."
Dasar bocah keras kepala.
Huh, berhentilah atau aku akan terus mengumpatimu dalam hati."Bukan Jim, kau tidak mengerti yang terjadi sekarang. Kau belum paham untuk saat ini, aku akan menceritakannya lain waktu."
"Sekarang kau pulanglah ke rumahmu, ibumu pasti menunggumu, lagi pula ini sudah sore." Ucapku terlihat mengusir memang. Tapi inilah satu-satunya cara yang bisa kulakukan karena aku tidak ingin Jimin berlama lama disini dan mendengar teriakan itu lagi.Aku menarik lengannya terburu-buru menuju mobil.
"Tidak perlu menyeretku seperti ini aku punya kaki." Ucap Jimin sedikit kesal.
Hmm baiklah aku melepas seretanku.
Apa aku kurang ajar? Karena mengusir tamu yang bahkan teman(baik) ku.
Haha maafkan akuu.
Jimin memasuki mobil mewah yang terlihat simple miliknya.
"Dadah..." Ucapku memberi selamat tinggal pada nya membungkukkan badan sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis. Lebih seperti bersyukur dan bahagia karena dia sudah pergi meninggalkan tempat menyeramkan ini.
Dia melirik dan membalas lambaian tanganku dengan malas.
Jimin pun melajukan mobilnya pergi meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LastSad | Park Jimin
Fantasy"Kau tidak perlu takut lagi. Aku akan selalu berada disini disisimu. Disampingmu untuk menemanimu, didepanmu untuk memimpin sekaligus melindungimu, dan dibelakangmu untuk selalu mengawasimu." -pjm ✓Romance ✓Comedy ✓New ✓Story