Daniel telah sampai diakhir penantiannya, kini dia sudah menemukan sesosok malaikat yang dia tunggu selama ini. Sosok yang merubah hidupnya begitu banyak dan mengantarkan nya pada penantian yang begitu panjang.
Hanya penantian, tetapi tidak berusah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seongwoo mengangkat tangannya, menunjuk sambil menatap tajam kearah pria itu. "Kau! Pasti bukan manusia." Bukannya menjawab, pria di depan Seongwoo tersebut malah tersenyum lebar dengan mata yang masih terkunci pada tatapan tajam Seongwoo kepadanya.
Seongwoo yang merasa terabaikan kembali membuka suaranya untuk kembali menanyakan identitas orang yang ada di depannya itu. “Jawab aku! Kau bukan manusia kan?”
Tapi masih belum ada tanggapan dari orang yang didepannya itu. Saat Seongwoo sudah akan membuka suaranya lagi, tiba-tiba konsentrasinya terpecahkan dengan suara yang berasal dari balik tubuhnya. Sangat dekat hingga ia sempat mengira tubuhnya tertembus tubuh manusia dibelakangnya itu.
“Selamat malam, tuan. Sekarang sudah waktunya untuk menutup café.” Ucap orang yang ada di belakang Seongwoo tadi pelan, bahkan cenderung berbisik. Sebelum sempat Seongwoo membalikkan badannya, si pria didepannya sudah lebih dulu membuka suara yang juga telah mengalihkan pandangannya dari Seongwoo.
“Ehey… Jisung hyung, sudah kubilang ratusan bahkan ribuan kali. Cukup panggil aku dengan nama. Lagipula, siapapun dapat melihat kalau kau lebih tua daripada aku. Jadi hentikanlah panggilan konyol mu itu.”
“Tapi…”
“Sudahlah hyung, aku tidak mau tau. Kalau kau sekali lagi memanggilku dengan panggilan menggelikan itu, maka aku akan segera mengemasi barang ku lalu…”
“Baiklah Dan-niel. Akan masih mengusahakan nya hingga saat ini.”
“Tidak usah kaku begitu, hyung. Baiklah, khusus untuk Jisung hyung yang sangat murah hati, kau bisa memanggilku Niel. Bagaimana? Terdengar lebih santai kan?”
“Tap-”
“Daniel atau Niel?” Tanya si pria itu. Suaranya datar terdengar tanpa kompromi.
“Danie-l” Ucap si Jisung dengan masih sedikit terbata.
“Nah, begitu kan terdengar lebih manusiawi. Omong-omong hyung, mau ku buatkan sesuatu? Lagipula café masih cukup ramai. Tidak mungkin kalau akan ditutup sekarang.”
“Tidak tidak. Aku akan membantumu di belakang. Lagipula di kantor hari ini tidak terlalu membutuhkan tenagaku.” Ucap pria Jisung itu.
“Tidak hyung. Kita sudah berbagi tugas bukan? Kau di kantor dan aku disini. Tanpa ada campur tangan kecuali hal yang mendesak. Jadi, kau lebih baik duduk disana.” Tunjuk si pria ke arah meja kosong yang tadi digunakan Seongwoo.
Jisung yang sudah malas berdebat lebih jauh lagi akhirnya hanya menuruti apa yang dianjurkan pria itu kepadanya. Dia berjalan menjauhi counter pemesanan, menuju ke satu satunya meja kosong disana dan duduk menunggu tuan, ah Daniel maksudnya, selesai dengan urusan cafénya.
Seongwoo yang mendengarkan percakapan mereka masih berdiam dan memroses apa yang sedang terjadi. Kalau ia tidak salah ingat, targetnya kali ini bernama Yoon Jisung. Jisung. Nama yang sama dengan yang disebutkan pria yang sempat dipanggil tuan lalu memaksa untuk dipanggil Daniel itu. Tapi, belum tentu juga orang yang tadi adalah targetnya.