4

31 5 0
                                    

Ruang kelas 4 yang lebih luas dari kelas yang pernah gue jajal sebelumnya malah terasa lebih sempit, lebih sesak

~'Maaf' kata yang sangat ajaib~

.
.
.

"Sekarang kalian segera ke posisi duduk masing-masing dan berkenalan dengan teman sebangku kalian ya. Hari ini kita kosong"

'HURAYYY!!
Seisi kelas bersorak gembira, gak sama sekali dengan gue!

Dengan lemas gue bangkit dari kursi yang telah diduduki selama 15 menit 47 detik itu

Gue melangkahkan kaki yang terasa berat menuju ke bangku nomor 6, tepat disebelah bangku nomor 7

Malas sekali baru mau duduk gue udah melihat lelaki bernama Chiko sedari tadi ada di bangku itu.

Bruk
Gue meletakkan tas gendong dengan kesan membanting
.
.
.
Duk
Kini pantat gue sudah menyatu dengan permukaan kursi
.
.
.
Srok
Kemudian gue menggeret bangku itu kasar untuk lebih dekat dengan meja di depan gue.

"Lo baru dateng udah berisik ya" Chiko membuka pembicaraan

Gue rasa dia sedikit terganggu mendengar bunyi-bunyi yang ditumbulkan

"Maaf"

Chiko yang memulai pembicaraan tadi tanpa melihat ke arah gue kini menghadapkan wajahnya ke gue dengan satu alis terangkat

"L-ll-lo minta maaf sama gue?" Jari telunjuknya mengarah pada dirinya sendiri dengan kondisi alis yang masih terangkat satu

Gue ikut menghadapkan wajah ke arah Chiko, gue nampak penasaran

"Iya gue minta maaf, kenapa salah emang?" Tanya gue yang kembali menghadap ke papan tulis kelas.

"Gue pikir elo benci gue" Chiko mengikuti gerakan gue, menghadap ke arah depan

"Ya emang gue benci elo!, Emang minta maaf tandanya gak benci?"

"Maafin gue Kirana.." kini tak hanya wajahnya namun satu badannya memutar ke arah gue

Ada uluran tangan yang mendekat ke gue dan sekarang tepat berhenti di depan gue.

Gue balik mengulurkan tangan gue ke arahnya dan menggenggamnya

"Gue maafin elo, tapi elo beneran kan minta maaf ke gue?" Tanya gue ragu

"Iya, lagian gue rasa ternyata gue salah kalau selalu ngeledekin elo. Gue mau jadi temen lo"

'Bercanda nih ya? Chiko sang pembully mau temenan sama cewek gendut,tembem kaya gue?'

Sisi negatif dan positif gue mulai berargumen dalam pikiran

***

"Udah mau aja dia udah baik loh"

"Jangan percaya! Dia tuh pernah jahat sama lo!"

"Kita itu gak boleh memutus hubungan gitu, kalau ada jangkauan ya dihubungin lah lebih bagus"

"Lo jangan mau jadi temennya! Mending tindes aja bales dendam!"

***

Ughhh!!
Pikiran gue bener-bener dibuat mumet dalam satu waktu.

Mulai dari kejadian di tangga,duduk bareng, dan sekarang dia bilang mau jadi temen gue!

Lama-lama gue bisa gila kalo gak segera buat keputusan. Gue pilih aja keputusan yang singkat,padat,jelas

"Oke gue mau temenan sama Lo. Tapi Lo gak boleh bully gue lagi! Juga nama gue itu emang Kirana tapi orang-orang panggil gue Kai"

Sahabat Doang(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang