15. Sendiri

254 19 3
                                    

Aku sudah terbiasa merasa dikucilkan, oleh teman-teman, dan bahkan keluarga. Lalu, adakah hal yang lebih buruk dari aku yang merasa sendirian dikeramaian? Kurasa, tidak!
-Resya Angela

-RAINFALL-

"Nanti sore mungkin mama pulang deh." Resya menoleh ketika mendengar penuturan Reza barusan. Dari raut wajahnya Reza bisa membaca ada gadis itu sedikit terkejut meski sebisa mungkin disembunyikan.

"Oh gitu," respon Resya singkat. Padahal dari raut wajahnya dan respon ia barusan sama sekali tidak selaras. Dan hal itu membuat Reza menaikkan alisnya. "Cuma mama doang tapi yang pulang, lho. Kerjaanya masih belum kelar, tapi mama udah jatuh sakit, jadi terpaksa balik dulu."

Resya hanya bisa mengangguk-angguk kepalanya sekarang. Entah kenapa suasana dalam mobil ini terasa lebih panas sekarang padahal pendingin mobil sudah dinyalakan. Reza yang tidak mendapatkan respon lagi dari Resya kemudian terlihat melirik gadis disampingnya itu, gadis itu diam. Dan Reza mengetahui bahwa gadis itu sedang bergelut dengan pikirannya sendiri.

Jalanan sore itu tampak ramai, langit yang pagi tadi diwarnai gerimis hujan, kini malah terganti menjadi senja yang indah. Diujung jalan sana sepertinya tampak mentari sudah siap terbenam.

"Kamu gak mau tanya mama sakit apa?" tanya Reza memancing Resya agar berbicara kembali. Resya yang sedari tadi diam kini kembali menoleh. "Kenapa?" tanya gadis itu pelan.

"Hm, di pesan papa kirim tadi, sih katanya mama sakit kepala trus badannya juga lemes karna mual-mual terus, gitu aja sih. Gak dikasih tahu pasti," balas Reza. Mobil yang ia kendarai kini telah memasuki halaman rumah setelah bi Ina membukakan pintu gerbang tadi.

Dan ketika Resya hendak menutup pintu mobilnya setelah badannya telah berada diluar mobil, dari dalam sana Reza malah kembali bersuara yang membuat gadis itu terdiam sejenak.

"Kalau mama enggak sakit, tapi hamil gimana?" ujar Reza amat pelan, tetapi cukup membuat gadis itu mendengarnya.

"Apaan sih," balas Resya ketus. Itu pertanyaan yamg berat untuk ia bahas sekarang. Gadis itu kemudian dengan cepat melangkah pergi tanpa sedikitpun menoleh ke belakang lagi. Reza yang menyaksikannya hanya bisa terkekeh pelan.

-RAINFALL-

Resya mengupat kesal karena kecerobohannya sekarang kakinya merasa sakit akibat menendang dinding barusan. Entah kenapa perkataan Reza barusan terus-menerus menghantui kepalanya.

Gadis dengan rambut terkuncir itu kini bangkit mengambil handuk berwarna biru dan langsung melenggang masuk kamar mandi. Mungkin kepalanya harus diguyur air hangat agar kembali berfungsi seperti biasa.

"Kalau itu mungkin terus gue harus gimana?" gumanya pada dirinya sendiri. Resya menatap pantulan dirinya yang hanya berbalut handuk antara bagian dada hingga lututnya dengan rambut ditutupi dengan handuk lainnya.

"Apa mungkin emang? Aduh, kok gue jadi bego gini sih, ngomong sendiri!" gerutuk gadis itu lagi. Di menit berikutnya ia sudah mengganti pakaiannya dengan baju kaos biru muda polos dan jeans selutut sementara rambutnya terlihat diurai dan masih basah.

Gadis itu kini mencari handpone nya. Seharian ini ia tidak menggunakan benda pipih itu, walau sebelumnya ia tak pernah repot-repot mengurusi benda mati itu, karena baginya itu tidak penting. Namun sekarang, seperti ada dorongan yang membuat Resya ingin segera menemukannya.

"Kemana, yah? Di bawah sini kali, yah."

Resya memasukkan kepalanya ke bawah kolong tempat tidur. Benar saja, benda pipih persegi itu ada di sana. Resya kini duduk di depan kipas angin yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Sembari membuka benda tersebut.

RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang