5. #Anggap saja, Takdir!

356 19 5
                                    

--Rainfal--

Jika yang kujalani ini bukan takdir dari Tuhan, mungkin sudah kulawan.
Namun, ini takdirnya
Jadi aku disuruh bersabar.
-Resya Angela-

***

Resya merasa bosan sekarang. Duduk sendirian disudut ruangan. Tadi, Rizky keluar dari perpustakaan untuk ke kamar mandi. Dan meninggalkannya seorang diri. Resya mengerucut bibirnya, ia kesal karena harus  menunggu. Apalagi menunggu cowok tegil itu.

Awas sama kalau dia tidak kembali!

Untuk menutupi rasa bosannya, gadis berkulit putih itu bangkit dari duduknya. Resya memilih melihat-lihat isi rak buku di depannya.

Resya berkutat dengan banyak jenis buku. Mulai dari rak buku msta pelajaran sejarah, kemudian ada rak buku berbagai jenis bahasa, tetap saja tak ada yang tertarik. Hanya di baca sekilas, lalu meletakkannya pada tempat semula.

"Duuhh... " lirih gadis itu pelan. Entah mengapa lengan kirinya bisa terhandam dengan rak buku di belakangnya.

Resya memutar tubuhnya, mendapati beberapa buku terjatuh dari rak barusan. Ia memungut satu-persatu buku yang tergeletak di lantai. Resya mengambil satu buku, berwarna sampul putih. Resya merasa tertarik dengan isi di dalamnya.

Setelah membaca lebih seksama, ternyata buku tersebut berjenis novel. Resya baru tahu di perpustakaan juga tersedia novel.

Resya asyik membaca beberapa halaman awal dari novel tersebut. Hingga datang seseorang yang mengusiknya.

"Eits ini novel gue yang dapat duluan." pekik seseorang dari arah samping Resya. Cewek itu merebut buku itu dari genggaman Resya.

"Duluan dapet dari hongkong! Liat pakek mata, bukunya duluan ada di tangan gue, sebelum lo rebut, sini balikin!" tutur Resya menjaga emosinya.

"Asal lo tau, gue udah baca cerita novel ini setengah jalan kemarin. Tapi gue lupa minjam dan sekarang gue mau buku ini buat gue pinjam. Pleasee deh ya, jadi adik kelas jangan rese banget, bisa gak?"

"Itu mah, DL derita lo. Siapa suruh gak minjam kemarin. Sekarang tetap novel ini buat gue." resya merebut kembali novel itu dari tangan Nada.

Nada, yah, nama cewek tersebut adalah Nada. Resya bisa mengenalinya dari taq name yang terjahit di lengan bajunya. 

Kakak kelasnya itu terlihat kesal, mungkin. "Rese banget sih lo, hah! Balikin gak? Lo gak kenal gue apa?"

"Alah, dengerin yah KAk Nada meylisca. Gue gak peduli siapa kakak. Yang penting balikin itu novel, udah selesai. Yang tua ngalah, dong." ucap Resya penuh penekanan pada bagian, nama kakak kelasnya itu.

"Dengar ya, siapa ya nama lo? Renyah, Resah, atau siapaun itu. Jangan buat gue marah?" geram Nada tertahan.

"Oh, iyah salam kenal dulu kak, nama gue Resya bukan Resah. Kedua, sebagai seorang kakak kelas, harusnya kakak jagain image, masa sama adek kelas aja, cari gara-gara. Emang lo doang bisa marah? Mending balikin sini," Resya rasa untuk kakak kelas satu ini ia harus exstra sabar. Songong warbiasa. Resya memilih sedikit bermain-main dengan kakel yang menurut teman-teman sekelasnya cantik. Songong, iya.

"Iih! Nyebelin banget sih lo! Berani banget sih lo sama gue…."

Tanpa babibu Nada langsung menarik rambut Resya yang di kuncir tersebut dengan sekuat tenaganya. Bahkan novel yang mereka rebutkan pun telah tergeletak di lantai.

"Mampus lo!" teriak Nada, Resya bisa melihat kalau kakak kelasnya itu sudah mengeluarkan tanduk.

"Ahk, sialan lo. Main tangan ternyata. Rasain nih!" tak perlu di mintai persetujuan, Resya langsung membalas perbuatan Nada dengan melakukan hal serupa bedanya, rambut Nada tergerai membuat semakin leluasan membalasnya.

RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang