three

419 29 1
                                    

Pantai sangat sepi, mungkin orang-orang pergi atau berdiam diri dirumah menikmati sabtu pagi.

"Daisy kita hanya berdua disini. Sangat sepi aku bosan." Kataku pada Daisy.

"Besok pasti sangat ramai. Aku mau mencari ketenangan disini."

"Kau tidak biasanya seperti ini. Kenapa?" Tanyaku kuatir.

"Apa kau tidak mau menemaniku? Apa kau mau pergi meninggalkanku seperti yang lain?" Hentak Daisy dengan nada keras.

Aku terkejut. Tidak biasanya Daisy seperti ini. Apa yang salah dengan dia.

"Daisy jelaskan padaku apa yang terjadi?" Tanyaku padanya.

Daisy menjatuhi tubuhnya kepasir. Dia berlutut menutupi mukanya agar tidak terlihat bahwa dia menangis.

"Sonia . Orang tuaku ingin berpisah." Kata Daisy menyesak.

"Kenapa terjadi?" Tanyaku.

"Besok akan kuceritakan." Jawabnya mengusap air mata.

---

Calum melewati kelasku dengan wajah tertekuk. "Apa yang dipikirkannya?" Pikir ku.

"Sonia aku sangat senang!" Seru suara yang entah dari mana datangnya.

Sonia mencari sumber suara. Ternyata Daisy yang memanggil.

"Kau kenapa? Kelihatannya bahagia sekali." Kata Sonia heran.

"Calum ingin mengajakku pergi. Kita akan makan malam bersama. Apa yang harus ku pakai ya? Apakah dress yang baru kubeli kemarin cocok? Kau ada baju bagus?" Tanya Daisy bertubi-tubi.

Aku menggeleng. Aku tahu aku tak pantas cemburu. Toh, Calum bukan siapa-siapa ku. Lagipula tidak ada salahnya melihat Daisy bahagia.

"Kau harus cantik malam ini. Aku tak mau melihatmu buruk." Seruku

"Pastinya. Oh iya kau ikut saja. Calum akan membawa temannya. Namanya kalau tidak salah Luke. Kau bisa bersamanya nanti." Jelas Daisy.

"Baiklah. Aku akan ikut." Setujuku.

---

"Dimana ya Calum?" Tanya Daisy terus mencari Calum.

Entah kenapa hatiku sangat berat jika nanti akan melihat Calum dan Daisy bersama. Kenyataanya Calum itu sebenarnya miliku

"Itu dia." Seru Daisy.

Aku melihat wajah Calum yang tampan. Calum sedang memakai jas hitam dengan kemeja sewarna dengan jasnya. Sementara Luke hanya menggunakan kemeja putih tulang.

"Hai." Sapa Calum kepada Daisy dan memegang bahu Daisy.

"Hai." Sapa Luke kepadaku.

Sorot mata Luke sangat tajam kepadaku. Dia seperti mencari-cari sesuatu saat melihatku.

"Sonia kau bersama Luke ya. Soalnya aku hanya memesan dua bangku. Tapi aku akan membayar apa yang kau pesan." Ujar Daisy yang mengandeng lengan Calum.

Aku dan Luke saling bertatapan. Akhirnya kita berdua tertawa.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Luke.

Aku mulai membuka suara

"Aku tertawa karna mukamu lucu. Apalagi kudengar kau suka penguin." Jawabku santai

Ada keheningan sejenak dan masih bertatap-tatapan.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya ku.

"Aku tertawa karna melihat gadis bodoh yang merelakan orang yang dia suka demi temannya." Jawab Luke dingin.

"Maksudmu?" Tanyaku heran.

"Aku tahu kau adalah gadis yang pernah ditemui Calum setiap hari. Calum mempunyai fotomu. Tapi kau sedikit berbeda dibandingkan foto. Tapi aku tahu itu dirimu. Kau hanya bodoh merelakan Calum pergi dengan yang lain." Jelas Luke

"Dia sahabatku." Ucapku.

"Ok. Baiklah aku mengerti. Oh, maukah kita berjalan keliling?" Tanya Luke.

"Baiklah. Lagipula aku tidak mau makan hari ini. Oh iya penampilanmu tampan." Kataku tanpa mengalihkan perhatian dari Luke.

Luke terdiam dan masih menatapku dengan kehangatan.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanyaku kepada Luke.

Luke menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak apa-apa. Aku hanya memikirkan, kenapa seorang wanita lembut seperti dirimu harus dilupakan." Ucap Luke secara terang-terangan.

Ada keheningan sejenak diantara kami berdua.

"Luke, apakah bandmu akan pergi keluar kota?" Tanyaku ragu.

"Hmm... darimana kau tahu?" Luke kembali bertanya.

"Kau tidak perlu tahu. Ucapanmu tadi sudah kuanggap membenarkan pertanyaanku." Kataku dengan pandangan terus kedepan. Aku tak mampu membendung airmata. Aku harus menahannya. Harus.

---

(Flashback)

"Daisy!!! Cepat ya mandinya!" Teriak Cara dari luar bathroom.

Aku mendengar suara getaran diatas meja. Ya, ternyata itu suara handphone Daisy. Aku mencoba mengabaikan tetapi handphone itu terus bergetar. Aku mengambil handphone Diasy, dan tertera nama seseorang memanggil.

Calum

Aku berlari kekamar. Menutup pintu dan menyamar sebagai Daisy.

"Halo Daisy." Sapa Calum.

"Halo Calum, kenapa?"

"Kau tidak membaca pesan dariku?" Tanya Calum datar.

"Tidak. Maksudku, aku baru selesai mandi dan terburu-buru mengangkat telefonmu." Ucapku terbata-bata.

Aku tahu aku sudah lancang. Aku tahu aku salah. Tapi apa salahnya jika harus menyamar jadi orang lain untuk dapat berhubungan dengan orang yang dicintai.

"Daisy? Kau masih disana? Daisy?" Panggil Calum. Astaga aku sudah melamun dan mengabaikan Calum.

"Ya?"

"Kau mendengar kata-kataku? Apakah kau menangis?"Tanya Calum dengan nada pelan.

"Ah maafkan aku. Kau berkata apa? Aku mengambil barang yang jatuh tadi." Bohong ku kepada Calum.

"Aku mau keluar kota. Mau mempromosikan bandku disana. Kau tidak sedihkan? Aku khawatir." Ucap Calum dengan suara sendu.

Calum! Kau khawatir pada Daisy? Padahal kalian baru bertemu. Sementara saat kau meninggalkanku tak ada perlakuan darimu seperti kepada Daisy.

"Aku tidak sedih Calum. Sungguh. Oh sebentar aku ingin siap-siap." Bohongku kedua kali pada Calum. Sejujurnya aku sangat sedih. Bagaimana bisa dia mengabari orang yang baru dikenalnya. Dan aku juga sedih, mengapa dia pergi kembali.

"Daisy, kau bersiap-siaplah. Aku tunggu disana. Bye." Calum mematikan telefonnya.

Aku tidak bisa menahan diriku, aku ingin menangis.

Nothing // Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang