Four

45 4 2
                                    

"Calum akan pergi nanti." Kata Daisy kepada Cara.

"Calum? Calum Hood?" Tanya Cara kaget.

"Ya. Kau mengenalnya?" Tanya Daisy kembali.

Aku yang mendengar pembicaraan hanya bisa menundukan kepala. Aku merasa Cara mulai melihatku.

"Ya. Aku mengenalnya. Aku sudah lupa kapan mengenalinya." Jawab Cara yang langsung mengambil gelas yang berada didepanku.

Daisy tidak berlanjut bertanya. Biasanya pasti dia akan memaksa kenapa bisa mengenal Calum. Astaga Tuhan, apakah hanya Daisy yang lupa kalau aku mempunyai hubungan dengan Calum.Walau itu belum bersifat resmi. Berapa banyak Calum didekat sini? Sampai dia tidak menyadari Calum yang sebenarnya.

"Oh Sonia kau sudah tahu bahwa Calum ingin keluar kota?"

Aku gugup. Siapa yang memberitahu bahwa aku tahu Calum akan pergi.

"Oh. Aku tahu. Aku tahu dari pembicaraan orang." Kataku dengan terburu-buru. Aku takut jika berbicara perlahan-lahan suaraku yang menahan tangis bisa terdengar.

"Oh begitu, Benar apa kata Luke kau sudah mengetahuinya. Tadinya aku ingin memberitahumu." Ucap Daisy

Cara yang mendengar pembicaan kami berdua hanya bisa terdiam. sesekali dia menatapku dengan wajah yang kecewa.

---

Aku ingat rumah ini. Rumah keluarga Smith. Rumah ini sudah lapuk dimakan usia. Mencoba kembali mengingat saat pertama kali Calum mengajak kesini.

"Kau mencari siapa?" Terdengar suara pria yang mengaggetkan lamunanku. Aku perkirakan yang memanggil seusia dengan ku.

"huh? Maaf aku disini hanya mencari barangku yang jatuh. Ada apa ya?" Tanyaku gugup. Aku takut salah mengeluarkan kata-kata.

"Tidak. Cuma tadi aku melihatmu melamun. Kukira kau mencari keluarga Smith. Perkenalkan namaku Joe." Kata lelaki itu mengulurkan tangan.

"Oh tidak, aku tidak melamun. Namaku Sonia." Kataku menyambut tangannya.

"Jangan terlalu banyak melamun untuk wanita muda sepertimu." Ucap Joe yang meninggalkanku. Sorot mata Joe sangat teduh, seperti waktu aku menatap Calum pertama kali.

---

Mengapa aku membandingkan Calum dan Joe. Astaga apa yang terjadi. Aku menulis nama Calum dan Joe. Padahal aku tidak mengenal Joe. Maksudku mengenal lebih jauh. Apa yang terjadi padaku?

"Sonia." Seseorang memanggilku, aku mengenal suara ini.

"ada apa Dee? Tumben kau tidak bersama yang lain?" Tanyaku yang berusaha menyimpan tulisan itu didalam laci.

"Tidak apa-apa. Kau kenapa membohongi dirimu sendiri?" Tanya Dee dengan suara meninggi.

"Maksudmu?" Tanyaku berpura-pura tidak Tahu.

"Cukup. Aku tahu dari Cara bahwa kau membiarkan Daisy mengambil Calum darimu." Ujar Dee.

"Bukan seperti itu, aku tak mau mengambil senyum Daisy yang mulai terurai saat ini." Ucapku pelan.

"Tapi Calum milikmu." Tegas Dee.

"Calum memang pernah dekat denganku. Tapi bukan berarti milikku kan?" Kataku dengan jelas.

Sejujurnya hatiku sakit saat harus mengatakan itu. Hanya ini yang terbaik.

"Kau melamun?" Tanya Dee mengalihkan pikiranku.

"Ah, tidak. Dee." bohongku kembali.

"maukah kau besok kita lari pagi?" Ajak ku.

"Baiklah aku mau. Sebaiknya dirimu tidur. Matamu seperti panda kalah berperang." Celetuk Dee.

"Jangan melucu. Aku tidur ya, malam."

---

Aku berdiri dirumah tua tetapi masih diurus. Ya, rumah keluarga Smith.

"Bisakah kita cari makan sebentar?" Pinta Cara yang memegang perutnya.

"Apakah cacing diperutmu tak bisa tahan sebentar Cara? Dan kau Sonia, bisakah kita terus jalan? Kau mencari seseorang?" Tanya Dee bertubi-tubi.

"Biarlah, dia sedang mengenang Calum. Hari ini kepergiannya ke luar kota." Saut Cara.

"Oh. Hey Cara, taukah kau dimana Daisy? Dari tadi aku tidak bertemu dia." Tanya Dee.

Aku yang mendengar pertanyaan itu langsung melihat ke arah Cara. Tapi wajah Cara menunjukan raut kebingungan.

"Daisy mengantar Calum." Sautku santai.

Dee mengerti, tetapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Mungkin dia mengerti apa yang kurasa sekarang.

---

Apakah aku rela meninggalkan Calum? tidak. Sungguh aku tidak rela. bersamanya walau hanya sebentar itu adalah hal paling berharga. Tetapi apakah kau tega melihat temanmu kecewa, oh bukan hanya teman tetapi sahabat. Tapi inilah pilihanku, diam.

Nothing // Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang