5 - Tata Busana

73 38 10
                                    

Hari Jumat ini tidak ada pelajaran bagi kelas sepuluh. Semua siswa akan dikumpulkan di aula sekolah untuk menonton pertunjukan dan presentasi demo dari setiap masing-masing ekstrakurikuler.

Afra berjalan dengan malas. Ia sudah berprasangka bahwa acara nanti pasti akan membosankan. Fany yang bersisian dengannya tak banyak bicara, sesekali ia membetulkan letak kacamata minusnya. Jujur didalam hati, ia masih penasaran dengan anak perempuan kemarin didalam gerai. Ia ingin tahu, tetapi gengsi jika bertanya kepada Arvin yang pasti akan terkejut jika Afra mengetahui bahwa kemarin ia sedang pergi berdua dengan Aileen.

Ia hanya bisa diam dan menunggu waktu yang tepat untuk menguaknya secara perlahan. Karena meluluhkan jawaban dari Arvin bukanlah perkara yang mudah. Afra musti punya senjata untuk meruntuhkannya.

"Oke adek-adekku tercinta, silahkan duduk dikursi yang telah disediakan ya. Jangan berebut. Karena sebentar lagi acara akan segera dimulai!" Teriak seorang cewek berjas biru tua dari atas panggung dengan sebuah mikrofon ditangannya.

Afra duduk bersebelahan dengan Fany. Sementara Arvin berada diseberang bersama Raka, tentu saja. Tidak ada anak lain yang ia kenal selain cowok tukang gombal itu. Afra baru menyadari, bahwa dibalik sosok Raka yang terlihat gagah dan keren itu ternyata mulutnya menyimpan banyak rayuan maut yang mematikan untuk para cewek-cewek dikelasnya. Sebagian dari mereka ada yang baper, sebagian lagi risih termasuk Afra. Ia tak suka dengan omong kosong.

"Hai, Ra!" Seseorang menepuk pundak Afra dari belakang dan kemudian duduk disebelah kirinya.

Mata Afra membulat. "Talita! Ya ampun, gue kangen banget sama lo. Biasanya suka telepon, kemarin enggak." Katanya seperti teman lama yang baru bertemu kembali.

Talita tertawa. "Baru pisah berapa hari sih, Ra? Udah kayak emak-emak nemu anaknya yang ilang aja. Oh ya, gimana? Dapet temen berapa?"

Afra menoleh ke arah Fany yang duduk disamping kanannya. "Ini Fany, temen sebangku gue." Katanya memperkenalkan.

Fany yang sedari tadi menatap lurus ke depan, mendadak teralihkan perhatiannya ke arah Afra dan Talita. "Gue Fany," katanya sopan.

"Gue Talita. Salam kenal," mereka pun bersalaman dan kemudian kembali sibuk dengan urusannya masing-masing. Sementara Afra berbincang panjang lebar dengan Talita.

Lima menit berlalu, acara dibuka dengan sambutan kepala sekolah, kemudian dilanjutkan dengan penampilan-penampilan setiap ekstrakurikuler yang menunjukkan kreatifitasnya masing-masing. Semua mata berhasil tertuju pada panggung dan tidak ada yang bermain ponsel satupun.

Mata Afra tak berkedip saat melihat pertunjukan dari ekstra tata busana atau tata rias yang menampilkan fashion show baju-baju dan kostum unik karya mereka. Para model yang berjalan diatas catwalk terlihat sangat anggun dengan riasan sederhana yang tidak terlalu menor untuk usia remaja.

"Gue mau masuk ini deh, kayaknya." Gumam Afra sendirian yang didengar oleh Talita.

"Beneran lo? Itu gak mudah lo, Ra. Perlu ketelitian yang bener-bener teliti. Bukan main-main," komentar Talita.

Afra mengangguk-angguk. "Gue tahu, tapi gue suka banget sama baju-bajunya. Make up-nya juga kelihatan natural. Cantik sumpah,"

"Gue sih, pengen masuk PMR. Karena cita-cita gue jadi tenaga medis. Entah itu dokter, perawat, atau yang lain. Tapi, pasti nanti diklatnya ribet banget." Kata Talita.

"Kan itu juga demi masa depan lo sendiri, Lit. Lo harus semangat sama pilihan lo sendiri." Talita tersenyum mendengar nasihat Afra. "Makasih," ucapnya.

i am (not) sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang