Fania Anantasya, yang kerap di panggil Fania tengah memperhatikan wajahnya di depan cermin. Memandang wajahnya dengan seksama, pikirannya terganggu dengan penampilan.
Menyebalkan
Itu yang ia pikirkan, "kenapa setiap MOS harus dandan begini sih. Cupu bat dah muka gue," gerutuk nya.
Wajahnya ia tekuk, sambil memperhatikan semua yang ia kenakan. Rambut ia kepang dua, topi yang terbuat dari belahan bola. Kaus kaki yang panjangnya ngalahin lutut,dan terakhir sebuah kardus yang dilapisi karton menjadi tempat nama miliknya tercantum.
Dengan wajah di tekuknya, Fania melangkah ke meja makan. Wajahnya masih tertekuk saat sudah mendudukkan diri disamping kakanya.
"Kenapa ni wajah adik kesayangannya kakak, kok wajahnya ditekuk mulu." Tanya Rangga-kakak dari Fania.
"Ini semua salah kak Rangga" serunya. Rangga yang menerima tuduhan begitu seketika melotot, ia berpikir apa yang ia perbuat sampai adiknya ini muram, dan kesalahannya sama sekali tak muncul dibenaknya.
"Kak Rangga kan OSIS, seharusnya kakak usul gitu gak usah pakek perlengkapan kayak gini. Malu maluin tau gak" ucapnya kesal sambil melepaskan topi bolanya.
"Itu namanya kreatif dek, kami buat kayak gitu biar berkesan. Lagian kamu imut tau makek kayak gini" balas Rangga. "Berkesan apaan, buat malu iya" gumam Fania yang tak sampai terdengar oleh kakanya.
"Bener tuh kata kakak mu, MOS tuh kan buat perkenalan. Jadi bagus dong, buat penampilan kamu jadi berkesan. Biar kamu ingat gimana awal MOS kamu pas SMA, mungkin akan jadi kenangan tersendiri." Penjelasan dari Bunda semakin membuatnya menggerutu, dilihat kakanya tengan menyombongkan diri.
_________________________Fania menatap kesegala arah lapangan, banyak muba sepertinya. Ia menatap dirinya sendiri, ia berdecak saat dia seorang yang tak memiliki teman.
Fania bukan orang yang susah bergaul, bagi Fania bergaul itu mudah, tinggal memberi senyuman dan mengajak perkenalan. Tapi yang membuatnya tak mau ikut gabung dengan salah satu muba lain adalah, ia tak mau mencari teman yang hanya memanfaatkannya.
Pandangan Fania teralih oleh dua orang yang tengah berdebat, bahkan Fania bisa merasakan perdebatan yang sangat serius disana. Terlihat dari salah satunya mengerutkan keningnya hingga menyatukan alisnya, membuatnya berjalan kearah mereka.
"Ikan itu bertelur, bukan melahirkan" protes seorang dengan rambut yang ia ikat ekor kuda.
"terus kalok gak melahirkan, kenapa paus dibilang hewan mamalia. Sedangkan kucing aja hewan mamalia, dan kucing melahirkan bukan bertelur" ujar lawanya.
"Tapi 99% ikan itu alumi bertelur, jadi__"
"Udah kali, ngapain kalian debati kayak gitu. Kurang kerjaan banget dah" potong Fania, membuat keduanya menatap Fania.
"Tapi kan Fan__" lagi dan lagi Fania memotong ucapan Zizi- teman kecil Fania. "Lo pada mau kita dihukum, gegara gak mau ngumpul dilapangan?"
Kedua orang itu nyengir kearah Fania, sedangakn Fania hanya dapat memutarkan bola matanya. Ia tau tabiat kedua temanya ini. Zizi teman sedari kecilnya memiliki sifat dewasa, lebih pendiam, pintar, dan akan menjadi teman curhat karna ia tak ember dan itu kembalikan dari teman satunya. Acha teman sedari mereka SMP, sifatnya itu sering pecicilan, polos tapi kadang sedikit bego, serta ucapnya yang ceplas ceplos. Sedangkan dirinya, kalian bisa menilainya sendiri.
Mereka bertiga berjalan kearah lapangan, sengaja meraka mengambil posisi paling belakang yang bertepatan dengan pohon. Jadi lah meraka tak kepanasan, Fania heran kenapa semua pada seneng untuk berbaris paling depan. Bahkan rata rata cewek semua yang berbaris paling depan, kata Acha sih karna ketosnya ganteng.
Fania hanya menatap malas kearah kepala sekolah yang tengah berpidato, bagi Fania pidato disaat mos itu lebih membosankan dibandingkan pelajaran sejarah. Untung posisinya paling belakang, dan tinggi tubuhnya terbilang pendek. Jadilah ia kadang duduk duduk santai dibawah, tanpa harus takut ketauan.
Terdengar sorak sorakan dari muba saat waketos, mengmbil alih pembicaraan. Dan dususul lebih keras lagi saat ketos yang mulain berpidato, sedangkan Fania hanya menikmati permennya sedari tadi. Ia malas utuk melihat bagaimana wajahnya sampai membuat kedua temannya ikut bersorak menganggumi ketos itu.
Sedari tadi Acha berceloteh menggumi ketampanan ketos SMA Gemilang, sampai sampai membuat Fania dan Zizi muak sendiri mendengarnya. Zizi memang sempat terpesona tadi tapi hatinya telah dimiliki oleh seseorang, yang tak lain tak bukan kakak dari Fania.
"Lo bisa diem gak sih Cha, kuping gue soak dengerin lo" protes Fania, yang dapat protesan hanya mengerucutkan bibirnya.
Zizi yang melihatnya hanya mampu tertawa, dan disusul oleh Fania dan Acha. Ini hari pertama meraka sekolah di SMA Gemilang, entah apa yang akan mereka hadapi kedepanya. Bagi mereka takdir sudah ditentukan, jadi meraka tinggal mengikuti arah takdir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosis
Teen Fiction"Cinta itu layaknya metamorfosis yang selalu bertahap, jadi gak usah heran kalok cinta lo selalu diuji" ______________________________ "Noh yang itu" tunjuk seorang cewek beramput panjang sebahu. "Kalok lo gak bisa buat si ketos jadi pacar lo, lo ha...