Luangkan buat Vote sama Komen yah😉😉😉
______________Fania memasuki kelas dengan wajah merah padam, ia masih mengingat akan pertemuan dengan Arza. Play boy itu masih mengisi pikiranya, entah kenapa Fania berharap yang berada di posisi wanita tadi adalah dirinya.
"Kenapa lo? Eh btw giman berhasil gak?" Pertanyaan beruntut dari Zizi menyambut Fania.
Fania memutar kan kedua bola matanya, dia memasuki kelas agar dapat menghilangkan ke kesalanya, tapi ini malah menambahnya.
"Kenapa lo gak bilang sih, dia play boy." Bukanya menjawab, Fania malah mengajukan pertanyaan.
"Play boy" ucap Zizi dan Acha bersama, sambil adu pandang. "Ngigau lo, mana mungkin kak Arza playboy" bela Zizi.
"Iya. Lagian lo kan tau Fan, dia tuh dingin orangnya. Mana mungkin lah dia playboy, deket cewek aja jarang apa lagi pacaran" ucapan Acha memang ada benarnya, selain dingin Arza juga terkenal dengan mulut pedasnya. Bahkan Fania sendiri telah merasakan perkataan Arza yang menusuk hatinya, lagian Arza itu paling anti dengan makhluk namanya cewek.
"Tapi tadi gue liat dia gandengan sama dua cewek" sarkas Fania, jika ia tadi tak melihatnya mungkin Fania akan menentang ucapan Arza itu playboy.
"Lo tau siapa?" Yang disambut gelengan oleh Fania, seketika suasan hening. Mereka memikirkan seorang yang beranai menempel pada Arza, hingga ucapan dari Acha menyambutnya.
"Gue tau salah satunya, pasti kak Dinda"
"Kak Dinda?" Pertanyaan terlontar dari mulut Fania, Zizi hanya memandang acuh terhadap sahabat satunya ini. Sangking kudetnya Fania bahkan tak tau primadona sekolahnya sendiri.
"Kak Dinda itu, salah satu primadona disini. Anak kelas XII, dari awal mos, kak Arza jadi gebetan kaka Dinda. Gue heran Kak Dinda sukanya sama berondong, kayak tingkatan nya gak ada cogan aja." Penjelasa Acha membuat Fania membulatkan mulutnya senara berkata o, bukan salah kalau Fania gak terkejut dari mana sahabatnya ini dapat informasi itu. Karna Acha adalah ratunya gosip, bahkan baru beberapa menit kejadian saja langsung ia ketahui.
"Satu lagi?"
"Itu sih gue gak tau" ujar Acaha nyerah, sayang sekali ia tak menemani Fania mengantarkan minuman waktu itu.
"Sekarang kan lo dah tau Fan, jadi jangan patah semangat dong. Kak Dinda emang cantik, tapi setau gue kak Arza tu ilfil banget ama kak Dinda. Jadi lo bisa lah salip dia" kalimat pendukung kali ini terucap dari Zizi, memang temanya satu ini jika menyemangati teman pastin paling depan.
"Nanti gue cari tau, cewek yang deket sama kak Arza" ujar Acha. Fania manggut manggut, kali ini semangatnya kembali membara.
Percakapan mereka terlihkan oleh kedatang guru yang mengajar.
****
"Lo yaking Fan, gak ikut kita nonton basket. Di sana ada kak Arza lo" lagi dan lagi Acha berusaha membujuk Fania."Gak deh, lagian gue harus ke toko buku dulu" balas Fania yang saat ini telah memasukan buku tarkhirnya. Ia memakai tasnya, "gue duluan" ujarnya lalu pergi dari sana tanpa mendengar balasan dari Acha dan Zizi.
Dengan cepat Fania menyetop sebuah angkot saat melihatnya, setelah duduk ia memasang handphone lalu menyetel musik kesukanya.
Tidak menunggu lama akhirnya Fania sampai di toko buku yang lumayan dekat dari sekolahnya. Ia biasanya akah mampir ke toko buku seminggu sekali, untuk membeli berberapa novel. Fania sangat suka membaca novel, tapi anehnya ia sama sekali tak suka jika harus membaca materi pelajaranya yang membuat kepalanya sakit tiap hari.
Saat ini ia ingin membeli novel Dignitate, yang sempat ia baca sedikiti di aplikasi wattpad, baginya ceritanya hapir sama dengan kehidupanya. Mendekati seorang cowok yang dingin, mana tau kan ia dapat cara di novel itu untuk menaklukan pria dingin. Fania mendengus geli tentang pikiranya.
Tanganya terulur saat melihat novel yang ia cari, Fania memandang novel yang ada di tanganya dengan berbinar. Tak sia sia ia menabung selama ini, yah setiap Fania membeli novel pasti hasil tabunganya sendiri. Karna itu ia mampu membelinya hanya seminggu sekali.
Fania melangkahkan kakinya pergi namun tertahan dengan seorang di sebrang rak buku itu, walau Fania memandangnya dengan celah sedikit. Celah yang dihasilkan buku, yang ia ambil tadi. Tak beda dengan Fania, cowok itu juga menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Sedetik berikutnya cowok itu memutus kan pandangan itu, dan beralih dari sana, entah lah Fania tak tau dia kemana. Fania tak ambil pusing tentang itu, ia memutar tubuhnya hendak pergi tapi sebelumnya
Brughh
Untung ada sepasang tangan yang memeluknya, jika tidak ia akan di pastikan jatuh. Entah sejak kapan orang yang ia pandang dari celah buku tadi, sudah ada didepanya.
Setelah terlepas dari ke terkejutanya, Fania langsung melepaskan rangkuha cowok itu. Fania sedikit menjaga jarak dari cowok ini, mengingat ia tahu cowok di hadapanya siapa.
"Maaf" ujar Fania sedikit menunduk dan langsung mengambil langkah meninggalkan cowok itu. Mimpi apa dia hingga bertemu cowok itu.
Fania segera mempercepat langkahnya setelah membayar novel yang ia beli, ia melihat kesegala arah. Menatap keluar, wanti wanti jika cowok itu membawa rombongan. Saat dipastikan aman ia pergi sedikit berlari.
Saat Fania ingin membelokan langkahnya, sebuah tariak keras membuatnya terbentur sesuatu. Nafasnya terhenti saat ini juga, saat melihat orang nya.
Dia.
___________
Cukup segitu dulu ni, penasaran gk sama kelajutanya? Penasaran aja lah, buat author seneng sekali kali kan gak papa yak.Pliss komen buat penyemangat ni 🙏🙏🙏
Dan selamat menunaikan ibadah puasa yah, yang menjalankan. Semoga tahan akan godaan yang berlalu lalang di mata 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosis
Teen Fiction"Cinta itu layaknya metamorfosis yang selalu bertahap, jadi gak usah heran kalok cinta lo selalu diuji" ______________________________ "Noh yang itu" tunjuk seorang cewek beramput panjang sebahu. "Kalok lo gak bisa buat si ketos jadi pacar lo, lo ha...