Perkataan "hati mengungkapkan persaksian yang serupa" merujuk pada komunikasi yang tidak dikatakan secara terbuka. Ketika hati berkomunikasi secara langsung satu dengan lainnya, apa perlunya kata dan lidah?
"Ya", kata raja muda, "tentu hati memberikan persaksian, tetapi fungsinya berbeda dari telinga, mata, atau pun lidah. Ada keperluan yang berbeda untuk masing-masing agar manfaat yang didapat lebih besar."
Apabila hati benar-benar telah terserap, maka segala yang lain lenyap di dalamnya, dan tak ada lagi kebutuhan pada lidah. Layla bukanlah ruh murni, dia darah dan daging. Mencintainya berarti mendesak kekuatan penyerapan pada Majnun sampai dia tidak perlu melihat dengan matanya atau mendengar suaranya karena Layla dianggap tidak terpisahkan dari dirinya.
Citramu berada di dalam mataku; namamu pada bibirku
Pikiran tentang engkau bersemayam di dalam hatiku
Di mana lagi aku perlu menulis?Makhluk badaniah seperti manusia memiliki kemampuan tertentu, sehingga mencintainya bisa membuat seseorang memasuki suatu wilayah dimana dia tidak menyadari keterpisahan antara dia dengan yang dicintainya. Seluruh perasaan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain terserap ke dalam yang dicintainya, sampai tidak ada anggota tubuhnya yang membutuhkan rangsangan indrawi yang lain. Hal ini terjadi karena dia melihat segala sesuatu "melebur" dan menganggap segala
sesuatu "hadir". Apabila salah satu anggota yang kita sebut tadi menemukan kebahagiaan sempurna, seluruh anggota lain akan terserap
ke dalam keterposanaan orang itu dan tidak akan mencari rangsangan lain. Ketika organ indra mencari rangsangan secara terpisah, ini menunjukkan belum terjadi penyatuan sebagaimana dapat terjadi - tetapi hanya menemukan sebagian pemenuhan.Ketika satu indra belum terserap seluruhnya, indera lain mencari kepuasannya sendiri secara terpisah. Pada hakikatnya anggota
pancaindra adalah keseluruhan, tetapi dalam bentuknya mereka merupakan bagian-bagian yang terpisah. Ketika satu oragan terserap,
yang lainnya ikut terserap ke dalam organ itu. Seperti lalat : ketika terbang sayapnya bergerak, kepalanya bergerak, semuanya bergerak. Ketika menghirup madu, seluruh organnya sepakat berhenti bergerak. "Keterserapannya" membuat dia tidak sadarkan diri dan tidak lagi melakukan pengerahan tenaga, gerakan atau pun perubahan. Gerakan apa pun yang muncul dari orang tenggelam tidak benar-benar dari dia, tetapi dari air. Apabila dia masih mampu berteriak "Tolong aku tenggelam"maka dia tidak dapat dikatakan tenggelam.Ungkapan "Aku adalah Tuhan" bukanlah pengakuan atas keagungan. Melainkan suatu kerendahan hati yang total. Seseorang yang berkata "Aku adalah hamba Tuhan" menyebutkan dua keberasaan, dirinya dan Tuhan. Sedangkan ungkapan "Aku adalah Tuhan" berarti peniadaan diri, yakni dia menyerahkan keberadaan dirinya sebagai kekosongan (non-ekssistensi). Dikatakan "Aku adalah Tuhan" bermakna : "Aku tidak ada, segala sesuatu adalah Dia. Keberadaan adalah Tuhan sendiri, aku bukan keberadaan sama sekali; bukan apa-apa." Pernyataan ini begitu luar biasa, lebih dari pengakuan terhadap keagungan apa pun. Sayangnya, banyak yang tidak memahami. Ketika manusia menyadari penghambaannya kepada Tuhan, dia sadar atas perbuatannya sebagai hamba. Penghambaan ini bisa jadi memang ditujukan pada Tuhan. Namun dia masih memandang diri dan perbuatannya setara dengan melihat Tuhan. Ini berarti dia tidak "tenggelam"; tenggelam adalah dia yang dalam dirinya tidak memiliki gerakan atau perbuatan, kecuali digerakkan oleh perubahan air.
Seekor singa menangkap rusa. Rusa berusaha melarikan diri dari singa. Ada dua keberadaan di sana, singa dan rusa. Ketika singa menangkap rusa dan rusa pingsan dalam ancaman cakar singa, maka yang tersisa hanya keberadaan singa; rusa jadi terlenyapkan.
"Terserapnya" orang suci ialah bahwa Tuhan menyebabkan mereka menakuti Dia dengan ketakutan yang berbeda dari ketakutan manusia terhadap singa, harimau dan tiran. Dia mengungkapkan rasa takut itu dari Tuhan, keamanan dari Tuhan, kesenangan dan kemudahan juga dari Tuhan, dan keniscayaan kehidupan hari demi hari dari Tuhan. Pada orang suci, Tuhan menjelma dalam bentuk khusus dan bijaksana : dapat dilihat dengan mata, seperti halnya singa, harimau, atau api. Nyata bagi orang suci bahwa bentuk singa mau pun harimau yang dilihatnya bukanlah dari dunia ini, melainkan sebagai bentuk "sempurna" yang telah diberikan secara alami. Tuhanlah yang mengunkapkan diri-Nya dalam bentuk keindahan yang mempesonakan. Taman unta, bidadari, rumah mewah, makanan dan minuman, pakaian kebesaran, kota besar, rumah, dan berbagai keajaiban sama nilainya. Orang suci tahu betul bahwa Tiada satu pun yang berasal dari dunia ini. Tuhanlah yang membuat mereka terlihat dengan memberi bentuk dan pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalaludin Rumi, Fihi ma Fihi
RomanceHanya salinan karya Rumi, Fihi ma Fihi. *Onprogress