05

168 9 3
                                    


"Apa lagi?" Tanya Bela kesal.

"Gue nabrak orang" pekik Farhan syok.

"Hegg.. ngaco lagi" vita memutar bola matanya.

"Gue serius.. tunggu deh" ucap Farhan sambil keluar dari mobil dan menyampari lelaki paru baya yang terduduk di jalanan akibat kesalahan Farhan yang tidak hati-hati mengendarai mobil.

"Maaf ya pak, bapak bisa berdiri?"

Lelaki paru baya itu mengangguk. Ia lalu dengan sendirinya berdiri. Badannya yang lemas dan wajahnya yang pucat membuat Farhan semakin merasa bersalah.

"Rumah bapak di mana? Biar saya antar, atau kita ke rumah sakit aja" ucap Farhan khawatir.

"Woy Farhan.. ngapain sih berdiri di situ gak jelas, buruan masuk" teriak Vita dengan suara yang menggema. Mendengar itu, Farhan segera menoleh.

"Tunggu, lo gak kasihan apa lihat bapak ini" sahut Farhan.

"Mata lo buram ya? Mana bapak yang lo bilang?" Kali ini Bela yang berteriak kesal.

Farhan kembali menoleh ke tempat semula di mana lelaki paru baya itu tadinya berdiri. Namun yang ia lihat sekarang hanya sebuah jalan, tidak ada lagi lawan bicaranya tadi.

"Loh, kemana bapak itu pergi?" Farhan terlihat heran dengan kening menggerut.

"Woy.. buruaaannn" ucap Bela dan Vita bersamaan.

***

Mobil indah milik Bela terparkir sempurna di depan gedung yang menjulang tinggi, dengan cet warna putih yang mulai memudar, dan terdapat banyak coretan brutal.

Farhan keluar dari mobil paling pertama, dan di susul oleh vita bersama bapak penyapu halaman, terakhir turunlah sang pemilik mobil 'Bela'.

"Bapak yakin di sini tempatnya?" Tanya Vita yang sempat singgah perasaan takut.

"Bego banget sih. Bapak ini kan udah bilang kalau dia lihat sendiri kejadian itu di sini, harus di jelaskan berapa kali sih" Farhan malah memarahi Vita.

"Santai aja kali.." ketus Vita tak mau kalah.

"Udah.. mending kita coba cek ke dalam" sambar Bela.

"Tapi, apa sebaiknya kita laporin aja ke polisi?" Saran Vita.

"Jangan nak. Nanti anak saya dalam bahaya" bapak sapu halaman itu terlihat murung.

"Kalau gitu kita aja yang selidiki" ucap Farhan.

Mereka semua lantas melangkah masuk ke gedung gudang. Di setiap lantai yang mereka lewati terdapat bekas merah darah yang mengering, di samping itu juga terdapat bau amis yang entah datangnya dari mana. Bangke hewan kah? Atau mungkin, yang lainnya....

Farhan yang jalannya paling terakhir berhenti melangkah saat menyadari bayangan hitam melintas di belakangnya. Ia tak ingin menoleh ke belakang, takut melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat. Jadi ia memutuskan untuk kembali melangkah.

"Di sini..." suara halus dan dingin itu muncul di telinga Farhan.

"Di belakang.. kikiki.." suara suram yang menyeramkan itu semakin membisik di telinga Farhan, hingga tanpa sadar ia berbalik.

"Bantu aku yah" sosok gadis dengan rambut panjang basah karena darah itu menyeringai lebar, wajah sebelahnya tertutupi oleh panjangnya rambut, dan sebelah lagi keluar darah kental yang masih segar dari dalam mata sosok itu.

"Farhan... buruan" panggil Bela.

Farhan mengedipkan matanya, menghapus keringat yang sudah membasahi wajah dan sekitarnya, serta memaksimalkan detak jantungnya yang brutal. Setelah itu berlari mengejar temannya yang masih belum jauh.

"Farhan.. tolong ya." Sosok itu masih setia memandang mereka dari belakang.

***

Salam dari @vita_07.

Ikuti terus cerita ini sampai akhirya.. karena kalian pasti bakal di buat merinding. Insya Allah, doain ya😅.

Jangan lupa vote and commen agar membantu kami lebih giat menulis.

Jangaan lupa juga mampir ke word aku, @vita-07. Bagi yang suka romantis bercampur mistery, silahkan mampir ya baca cerita aku.

Baye😘




Misteri Library SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang