"Farhan.. tolong ya." Sosok itu masih setia memandang mereka dari belakang.
***
Ruangan yang mereka masuki begitu gelap, hanya ada secercah cahaya yang masuk dari sela-sela bangunan tua itu.
Bela, Farhan, Vita, dan bapak penyapu halaman alias pak Ahmat berjalan perlahan sambil berpegangan."Apaan sih, bukan mukhrim tau. Jangan pegang-pegang" ketus Farhan saat Bela melengket di lengannya, di ikuti dengan Vita yang melengket di lengan Bela. Sementara pak Ahmat berjalan deluan.
"Ih, tumbenan ngomong gitu. Biasanya juga lo yang nempel sama kita" ucap bela tak mau mengalah, ia malah mempererat rangkulannya.
"Siapa yang nempel sama kalian, orang guenya selalu jaga jarak. Lonya aja yang suka nempel sama gue, dengar bunyi sedikit udah main rangkul, kalau gak rangkul palingan peluk" ucap Farhan dengan bola mata memalas.
"Gue gak gitu tuh" Bela akhirnya melepas rangkulannya, namun baru beberapa menit ia malah memeluk Farhan ketika mendengar bunyi benda jatuh.
"Mama.. Mama.. Mama.. Bela takut" ucap Bela histeris sambil mempererat pekukannya.
"Tuhkan!!" Bentak Farhan sembari melepas paksa pelukan Bela.
"Penakut banget jadi orang! Ah, apa jangan-jangan lo hanya modus, supaya bisa nempelin gue teruskan?""Ih, kegeeran lo!" Ucap Bela ketus.
"Kalian masih mau terus berantem, atau buruan jalan?" Tanya Vita kesal, ia memandang Farhan dan Bela secera bergantian.
"Ya, jalanlah" jawab Bela sambil menyengir aneh.
"Gak usah, berantem aja terus sampai jadian!" Ucap Vita geram.
"Ih, gue mah ogah!!" seru mereka berdua bersamaan.
Bum..
Mereka dengan segera menoleh ke asal suara, dimana pintu jalan keluar baru saja tertutup.
Vita segera berlari ke arah pintu, ia mencoba membukanya, namun hasilnya nihil, pintu itu terkunci.
"Tuh, karena kaliankan. Coba saja tadi gak berantem, pasti gak bakal gini, sekarang kita malah terkunci di ruangan ini. Mana gak ada jendela atau jalan buat kita keluar lagi" oceh Vita semakin geram.
"Itu salah Farhan, dia yang ngajak berantem deluan" ucap Bela membela diriniya.
"Gak! Lonya aja yang deluan cari masalah, orang tadi gue tenang-tenang aja" sahut Farhan tak mau kalah.
"Kalian ini beneran mau jadian ya? Oke, baik. Semoga sukses, gue dan pak Ahmat bakal diam tunggu kalian berantem sampai resmi jadian" sambar vita kesal. Itu mampu membuat Farhan dan Bela terdiam, mereka berdiri saling membelakangi.
"Sekarang apa? Kita harus gimana?" Tanya Bela dengan wajah cemberutnya.
"Tunggu kalian jadian baru bisa keluar" jawab Vita ketus.
"Sudalah nak. Kita sebaiknya bekerja sama untuk mendorong pintu, mana tau pintunya terbuka" kata pak Ahmat bijak.
Mereka lalu bersama-sama beranjak ke depan pintu.
"Biar saya coba" ucap Pak Ahmat sembari mencoba membuka pintu, namun tidak ada hasil yang baik, pintunya masih terkunci.
"Biar gue coba" kali ini Vita yang mencoba, hasilnya juga sama seperti pak Agmat.
"Coba lo Farhan, siapa tau tenaga cowok bisa buka ini pintu" titah Vita kepada Farhan.Farhan akhirnya mencoba, walau ada istila cowok lebih kuat dari pada cewek, tetap saja dirinya sebagai cowok tidak mampu membuka pintu itu.
"Kalian cemen banget sih. Sini biar gue yang buka, di jamin pintu ini bakal terbuka dengan sekali tarikan" ucap Bela meremehkan. Ia mulai memegang kenop pintu dan memasang ancang-ancangan.
"Sim salabim, nampak apa plak-palak-plak" Benar saja, dalam satu kali tarikan pintu terbuka. Namun masalahnya, ketika pintu itu terbuka langsung muncul sosok hantu secara tiba-tiba di hadapan mereka.
"Huaaaa" semuanya berteriak histeris, terlebih lagi Bela, bahkan dirinya sudak memeluk Farhan dengan refleks. Baginya, Farhan adalah tempat sasaran empuk untuk menjadikan perlindungan.
"Kebiasaan!!" teriak Farhan geram.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Library School
HorrorBanyak hal yg telah terjadi. Seperti selalu adanya teror di perpus, adanya sosok gaip yg lewat sekilat, adanya bunyi seretan bangku, dan buku berwarna biru muda dengan bercak merah darah jatuh. namun ketika ada yg ingin mengambil dan membaca buku it...