ARETHA
Oleh. Neni SuheniPetra Abimanyu tersenyum, dia sungguh menantikan hari esok. Dimana akhirnya dia akan bertemu dengan Aretha.
"Kaleendra Amartaretha." secara berulang dia menggumamkan namanya. Seolah takut nama itu akan hilang dalam ingatan.
Senyumannya kembali terbit ketika mengingat Claudia mencarinya ke hotel dengan panik. Tiga hari lalu....
"What? Asisten? Dan harus seorang wanita lajang? Kenapa? Ah, ini pasti hanya akal-akalan. Mas." Dia merungut, kemudian terduduk pasrah ketika Petra meminta ponsel miliknya.
Tangannya bergerak lincah mencari koleksi foto yang dimiliki Claudia. Sesekali dia mencebik, "jangan sampai kamu kirim ke publik foto seperti ini!" Cetusnya seraya menghapus beberapa folder foto Claudia yang berfose dengan pakaian terbuka.
"Arrrgh, kemarikan!" Claudia meradang tapi kembali terduduk ketika Petra memelotinya. "Mas, akan kuaduin!" ancamnya, "karena... udah melanggar hak privasiku!"
Petra tidak memedulikannya, "ini! Siapa dia?" Tunjuknya pada sebuah foto.
"Kaleendra Amartaretha?" Claudia melotot tidak percaya ke arah foto yang ditunjuknya.
"Kaleendra Amartaretha." Petra Abimanyu mengulangi apa yang barusan didengarnya.
"Aretha! Panggil dia Aretha, Mas!" Claudia menjelaskan dengan muka ditekuk kesal.
"Siapa dia?" kedua matanya masih belum beralih dari foto Aretha.
"Apakah dia temanmu?" Tanyanya lagi seraya merenungi wajah Claudia yang duduk di hadapannya.
Wanita itu menyunggingkan senyuman yang biasanya selalu sanggup melunakan hati siapapun terutama lawan jenis. Dia mendesah getir kemudian memalingkan muka ketika menyadari jika pria yang duduk di hadapannya tidak termasuk salah seorang yang dengan mudah akan takluk oleh senyumnya.
Pria itu selalu dingin terhadapnya. Tapi Claudia sangat menyukainya.
"Apakah dia temanmu?" Petra mengulangi pertanyaan yang sama ketika dilihatnya Claudia hanya tersenyum.
"Yah, bisa dibilang gitu. Meski aku dan dia tidak terlalu dekat. Bagaimana, ya... sepertinya hubungan kami hanya berdasarkan kebutuhan!"
"Maksudmu?" Petra menuntut penjelasan yang lebih terperinci.
"Gini, lho. Mas. Aretha ini hidupnya susah, sejak SMA aku sering bayarin tunggakan SPPnya. Nah, sejak saat itu dia pun banyak membantuku. Yah, itung-itung balas budi."
"Membantumu dalam hal apa?"
"Banyak hal. Bolos dari kelas misalnya." Bola matanya memutar ke atas, "PR dan...."
"Dan apa?" Petra semakin tidak sabar.
"Dan rumahnya selalu menjadi tempat aku kabur kalo ketahuan selingkuh sama pacarku."
Petra terkekeh geli, "kapokmu, kapan?" tanyanya usil.
Claudia merungut kesal, "makanya, mas nikahin aku!"
Suara tawa Petra semakin kuat hingga membuat Claudia merasa jengah, "kamu yakin mau nikah sama aku? Lihat!" Tangannya menepuk kursi roda yang didudukinya. "Menikah, setengah jam bersamaku saja kamu gak bisa!" Gerutunya kesal.
"Hubungi dia dan tawarkan pekerjaan itu padanya!" Petra menyudahi candaannya.
Wajahnya menyiratkan kesungguhan yang membuat Claudia terdiam sesaat.
"Kenapa harus dia?"
"Karena aku menyukainya!" Petra menjawab asal.
"Mas udah nyakitin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA
RomanceApa yang akan kau lakukan saat ada seseorang yang memberikanmu uang dalam jumlah banyak? Sementara kau sadar benar bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya, "gratis."