Part 1

8K 192 10
                                    

#CATATAN_PELACUR
#ASHITA_RAYA
#PART_1
____

Puluhan club malam terbuka berjejer di sepanjang garis jalan, menjelang malam lampu-lampu temaram mereka nyalakan dan puluhan kupu-kupu malam berterbangan menunggu seraya mengerlingkan mata kepada setiap mata yang memandang. Pakaian seksi, ketat, minim juga tipis menjadi pilihan untuk mereka bekerja, seperti seragam yang wajib mereka kenakan di saat mereka bertugas. Jalan Kramat sepanjang satu kilometer itu setiap malam memang tak pernah mengenal kata sepi, sebuah tempat yang jaraknya tak cukup jauh dari pelabuhan itu konon katanya sudah berdiri sejak lama. Puluhan pekerja pelabuhan, katanya sering datang ke tempat lokalisasi hanya untuk mengurangi penat. Mendapatkan kepuasan yang tak bisa mereka dapatkan dari ratu-ratu mereka di rumah.

Aku Ashita Raya, Ashita bermakna esok dan Raya bermakna berjaya. Hidup di dalamnya untuk kurun waktu yang cukup lama. Mereka bilang aku adalah anak Kramat, dua puluh tahun yang lalu seorang bayi ditemukan di sebuah kamar tempat Ibu angkatku bekerja. Ya, mungkin saja aku adalah anak hasil perzinahan yang sengaja dibuang oleh mereka karena dosa yang mereka takutkan, mereka takut melukai orang-orang yang mereka cintai tapi tak takut melukai perasaanku. Lagian pun, memang sudah sepantasnya aku terbuang. Toh jika mereka rawat pun, aku tak bisa mendapat hak nafkah juga waris bahkan garis keturunan dari Ayah biologisku. Biar saja. Setidaknya mereka memberikan nama yang bagus untukku, pada secarik kertas yang mereka tinggalkan.

Aku yang selalu mengusik para pengunjung dengan canda tawaku, berlarian memberikan kehangatan pada setiap pekerja, juga menjadi boneka kesayangan dari setiap pekerja atau pengunjung yang datang. Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan lembah neraka, hitam menjadi putih bagiku, setiap dosa terlihat benar. Mami sebutan untuk Ibu angkatku, wanita yang setidaknya membiarkanku hidup dalam pelukan, wanita yang bersedia memberikanku ruang di rumahnya yang terbilang sempit, kami tinggal di dalam sebuah ruko kecil miliknya, lantai satu ia gunakan untuk kafe remang-remang dengan sebuah kamar tak berpintu dan hanya dibatasi dengan tirai dan sebuah kasur lipat di dalamnya, ruang kerja ia bilang. Dan satu kamar di lantai dua, tempatku tinggal. Di siang hari kami terlelap dan saat malam kami berterbangan.

“Ashita … maaf, kamu hanya bisa sekolah sampai tingkat SMP,” katanya dengan nada merendah karena melihat air mataku yang kian berderai saat ku memaksa untuk melanjutkan ke tingkat SMA. Prestasiku bagus tapi ia tak peduli, yang ia pedulikan hanyalah anak yang ia besarkan bisa menjadi ladang uang untuknya. Karena katanya jika aku sekolah paling tidak sampai SMA aku akan bermimpi menggapai cita-cita yang mustahil baginya. Dan ia berhasil, sebelum mimpiku terbentuk ia sudah merusaknya.  

“Buat apa, sekolah. Toh nanti kamu akan kerja di sini. Mami tak perlu pendidikan tinggi, mami akan bayar kamu setiap malam,” katanya seraya memoles bibirnya yang tebal dengan gincu merah marun. Matanya bulat ia hias dengan bulu mata palsu dan celak mata yang begitu tebal, aroma parfum tercium tajam di hidungku hanya sekali semprotan.

“Sini Mami dandanin.”

“Ashita tidak mau Mami,” jawabku menghalau gincu yang hampir saja menodai wajahku. Aku memang tak suka berias, kata mereka aku akan tumbuh menjadi belia, dan benar aku tumbuh dengan warna kulit yang putih dan hidung yang cukup mancung, bibirku sedikit tebal juga alis mataku yang menungkik tanpa perlu dibentuk. Alami. Banyak yang terpukau karena kecantikanku, bahkan kata mereka, sudah banyak lelaki yang membayar untuk menembus batas kesucianku.

“Mami … apa Mami tak mau Ashita bekerja di tempat lain? Ashita berjanji akan memberikan semua gaji Ashita untuk Mami, asal jangan pekerjaan ini. Ashita mohon,” harapku menangis.

“Ashita sayang … Mami tak akan membiarkan lelaki manapun menyentuhmu, percayalah. Mami hanya ingin kamu bekerja menjadi pelayan itu saja,” katanya memberikan seribu janji yang entah benar atau tidak. Kadang sesekali aku melihatnya kasar dan keji dengan beberapa wanita yang bekerja untuknya. Tapi tidak denganku, dia sangat baik denganku. Semoga ia menjaga dan menganggapku putri kandungnya, harapku.

CATATAN PELACURWhere stories live. Discover now