Part 5

2.9K 137 3
                                    

#CATATAN_PELACUR_ASHITA
#PART_5
#PESAN_BAHAGIA

https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=2410382075690336

Gadisku malu menatap, matanya berkaca-kaca memandang ke bawah. Sementara lenganku tergandeng dengan jemari lentik milik perempuan bernama Sofia, wanita yang kunikahi dua bulan yang lalu. Jika cinta boleh memilih, saat ini mungkin aku tetap akan memilih gadisku yang telah lama kucari. Menarik lengannya dan memberikan hak halal untuk bisa memelukku.

Rasa itu kemudian kutepis, sejauh cinta memang teruntuk Ashita namun kewajiban dan hakku hanya untuk Sofia. Kutepis hasrat menggebu, mengganti rasa sayang dengan rasa ingin mengayomi dan menuntun layaknya seorang kakak terhadap adiknya. Beberapa bulan yang lalu aku mencarinya, kusiap menerima keadaannya meski mahkota suci miliknya sudah terkoyak.

Rasa menyesal yang menggebu di hati terus mengingatkanku pada saat gadisku kehilangan kehormatannya untuk pertama kalinya. Sebuah cincin dan harapan dua bulan yang lalu kusiapkan untuk Ashita bukan Sofia, namun Tuhan berhendak lain. Di saat kutahu dirinya telah pergi dengan seseorang, aku pupus dan memutuskan menikahi wanita yang sudah lama menaruh hati padaku.

“Sofia kenalkan ini Ashita,” ucapku di gubuk kecil yang tak jauh dari Mushola. Ya pekerjaanku hanya seorang guru, yang hanya memiliki rumah dari hasil warisan. Sebuah rumah yang terletak di jalan setapak, memiliki dua buah kamar, satu ruang tamu dan satu dapur. Sederhana dan itu sudah lebih dari cukup untukku.

“Ashita ini istri Mas.” Senyum Ashita terlihat berat, kutahu itu. Ia ulurkan tangan kemudian menjabatnya dengan penuh sopan dan lembut.

“Selamat ya Mas, maaf Ashita tak tahu jika mas sudah menikah.”

“Terima kasih, kamu dari mana? Beberapa bulan yang lalu mas mencari tapi tidak ketemu.”

“Oooh, Ashita menikah mas,” jawabnya menunduk malu.

“Alhamdulillah …,” jawabku lega meski ada segetir cemburu tapi tak mengapa, setidaknya ada orang lain yang kini melindunginya.

“Ashita ke sini mau meminta maaf, karena tak memberitahu Mas Adly. Saat ini Ashita sudah bahagia mas, lelaki yang menikahi Ashita sangat menyayangi Ashita,” tuturnya dengan senyum yang kutahu terkesan palsu. Karena sudah cukup lama isi kepalaku hanya terisi oleh namanya jadi kutahu betul bagaimana sikapnya saat bersedih.

Kumenyesal karena tak pernah mengungkapkan niat baikku. Karena aku ingin Allah yang menggerakkan langkah juga hatimu untukku. Dan bodohnya, aku masih tetap dalam rasa yang sama, melihat wajahnya yang menguratkan dusta akan sebuah rasa bahagia. Tetap saja kutahu, dia terluka,

“Oh ya … suaminya mba Ashita mana? Nggak diajak?” tanya Sofia. Pertanyaan yang sama yang ingin aku tanyakan baru saja.

“Oooh … dia sedang ada pekerjaan, jadi tidak bisa mengantar ke Jakarta.”

“Memang kalian tinggal di mana?”

“Aceh.”

Bodoh Ashita, kenapa kau menutupi lara. Beribu kali kau menutupi tetap akan tercium olehku. Suami mana yang bisa membiarkan istrinya pergi ke Jakarta dan itu pun hanya untuk menemuiku.

Sejujurnya, aku tidak menyangka Ashita bisa datang kembali ke mushola, di tangannya tas ransel terlihat penuh. Ia pasti memang berniat untuk menemuiku, guratan lelah di wajahnya begitu terlihat, bau asap kendaraan menyengat indra penciumanku. Mungkin saja setelah tiba di Jakarta ia langsung menemuiku.

“Saya pamit dulu mas,” ucapnya menunduk malu.

“Sekarang kamu tinggal di mana?” tanyaku mengalihkan kalimat perpisahan. Aku tahu dan bisa merasakan saat ini Ashita membutuhkanku, butuh nasihatku, butuh perhatianku, dan semua itu tak mungkin kuberikan lagi karena ada Sofia. Aku tak bisa membahagiakan orang dengan menghancurkan hati yang lainnya. Terus menerus Sofia menggenggam tanganku, terlihat posesif dan khawatir perhatianku akan beralih pada wanita yang kini dirundung duka.

CATATAN PELACURWhere stories live. Discover now