Part 3

3.3K 174 15
                                    

##CATATAN_PELACUR
#PART_3_ASHITA
#PESTA_MALAM

Sebuah kisah spin off yang menceritakan khusus kisah Ashita Raya dalam novel #Mengejar_Rajam

===
Kupandangi wajah Bang Rizal, lelaki itu terlihat manis dan kini terlelap di pangkuan, hidung mancung juga rahangnya yang terlihat kokoh semakin membuatnya sempurna, berusaha menebak rasa yang ada di hati, membayangkan bahwa diriku bagai seorang Cinderella yang diselamatkan ksatria berkuda putih yang membawa perisai  dari jeratan Ibu tiri yang jahat.

Aku tersipu malu jika membayangkan, harapanku ternyata salah. Karena cinta ini tak pernah ia harapkan, entah dirinya tak mau atau memang tak menginginkan rasa ini.

Kupindahkan kepalanya ke atas bantal, kemudian bangkit dan melanjutkan kegiatanku sebagai seorang Ibu, istri juga menantu sementara. Ya semua sementara, entah sampai kapan namun, yang jelas hingga lelaki itu sudah memutuskan pisah maka aku harus siap. Jika dia telah menemukan cinta dan bukan aku, aku ikhlas.

Ada yang lain pagi ini, karena sejak tadi tak henti-henti wajahku memerah, tak henti aku membayangkan bagaimana tubuhku bisa berpindah dari sofa menuju ranjang, kenapa hal yang begitu indah selalu kandas terlewatkan. Tapi tak mengapa, bayangan ini semakin terlihat nyata di memory. Ada rasa di depan yang perlu kuperjuangkan. Tak apa lelaki itu berbicara ketus, aku harus kuat hingga Ashita Raya menjadi pemenang di esok hari, seperti namaku.

Kubuatkan kopi dengan perasaan gemilang, mataku berbinar membersihkan setiap sudut ruangan. Kubawakan sarapan menuju kamar anak-anak, membantu menyiapkan perlengkapan sekolah mereka dan membuat sarapan. Tak lupa menyiapkan air hangat di dalam baskom, kemudian pergi menuju kamar Warda.

Wanita paruh baya itu memang tak pernah mengizinkan aku untuk menyentuhnya, semua sudah ia siapkan, permintaan Bang Rizal katanya. Mulai dari orang yang menjemput anak-anak sekolah, yang mengantar sayuran juga orang yang bisa membantu dirinya dalam hal apapun. Warda tak seratus persen lumpuh, ia bisa berdiri hanya untuk beberapa saat,  disebabkan pengeroposan tulang pada kaki, jika berdiri untuk waktu yang lama bisa membuat kondisinya bertambah parah.

“Assalamualaikum,” ucapku seraya tersenyum. Pagi itu semangatku pulih, ya semudah itu wanita mendapat penyembuh luka. Padahal ucapan Bang Rizal bisa saja lebih menyakitkan namun kejadian semalam cukup membuatku bertahan.

“Waalaikumsalam, mau apa kamu?” tanyanya ketus dengan tatapan nanar tajam ke arahku. Tanpa menjawab aku bersimpuh di kakinya, meletakkan baskom berisikan air hangat dan, “eeeehhhh … kamu mau apa?” Dia meronta sesaat setelahku menggapai kakinya kemudian kumasukkan ke dalam baskom.

Kupijat lembut dan terus tersenyum. Setidaknya aku tahu cara memijat yang benar. Setiap pekerja di kafe Mami memang diwajibkan untuk bisa memijat, aku belajar dari salah satu pramuria di sana, karena katanya pijatan lembut adalah salah satu kegemaran lelaki.

“Setiap hari, kaki Ibu harus diberikan pijatan seperti ini. Biar tak kaku.”

Warda terdiam, menatapku. Sinar matahari menerobos masuk ke arah wajahnya, menambah hangat isi ruang dan aku tahu ia terharu meski senyum di wajahnya belum juga mengembang.

“Di mana kaubertemu putraku?”

Deg! Tuhan, sebuah pertanyaan yang tak pernah kuharapkan. Mendadak ia lontar begitu saja, sebuah jawaban yang bisa membuatku hilang muka dan harga diri. Aku diam, dan begitu berat menelan saliva, dadaku bergetar dan mendadak peluh membanjiri wajahku.

Kenyatannya Bang Rizal bertemu denganku di sebuah club malam, dan aku hanyalah seorang pendayang.

“Ashita,” tanyanya kembali menekankan. Aku mungkin pendayang, tapi aku tak bisa menutupi sebuah kebohongan.

CATATAN PELACURWhere stories live. Discover now