Tak lama Jungkook keluar dari kamarnya dengan berpakaian resmi, memakai kemeja, jas dan dasi hitam sebagai pelengkap. Jungkook menghampiri Jimin yang tengah duduk di sofa.
"Baiklah, kita mulai saja." Jungkook memulai percakapan,
"Aku memiliki beberapa peraturan bekerja, jika kau keberatan dengan salah satu peraturannya maka aku tidak akan menerimamu bekerja. Dan aku akan memberikan gaji berapapun yang kau mau—sebagai hadiah." Ucap Jungkook dengan nada serius, sedangkan Jimin menjawab dengan anggukan pelan.
Jimin mengeluarkan sebuah buku note berwarna biru, Jungkook mengernyitkan dahinya.
"Untuk apa itu?"
"Oh, ini untuk menulis peraturan bekerja. Aku sedikit pelupa, jadi aku menulisnya," Jelas Jimin, Jungkook mengangguk sekilas.
"Pertama, aku memiliki alergi pada debu, jadi pastikan kau membersihkan seluruh ruangan agar sampai benar-benar bersih tanpa debu,"
"Kedua, karena aku ini sibuk dan jadwalku sangat padat, aku selalu tidak sempat membuat sarapan atau makan malam, pukul tujuh pagi aku harus berangkat kerja dan pukul sebelas malam aku baru pulang—atau bahkan tidak pulang. Buatkan aku sarapan dan makan malam sebelum jam tersebut," Lanjutnya,
"Ketiga, kau harus melakukan apapun yang aku mau ataupun yang aku suruh. Dan terakhir, ini peraturan paling mutlak. Aku memiliki seragam untuk maid. Saat pagi hari hingga menjelang sore, kau pakai pakaian biasa dan setelah itu pada sore hingga malam, kau harus menggunakan seragam maid. Ini,"
Jungkook memberikan ponsel mahalnya pada Jimin, memperlihatkan seragam maid untuk Jimin. Mata Jimin membulat sempurna. Seragam maid macam apa ini? Pakaian ini sangat terbuka! Bahkan ini lebih pantas disebut pakaian wanita—
"Ah, karena kupikir aku akan mendapatkan maid perempuan jadi aku hanya memiliki ini. Tapi ternyata laki-laki."
Dasar orang mesum!
"Bagaimana? Apa kau keberatan dengan salah satu peraturan yang kubuat? Jika iya, maka maaf, aku tidak bisa menerimamu bekerja disini."
Jimin terdiam seketika, ia sedikit keberatan dengan peraturan terakhir, maka ia akan kehilangan pekerjaan ini. Ia sangat membutuhkan pekerjaan.
Jimin menghembuskan nafasnya berat, "Aku tidak keberatan. Kapan aku mulai bekerja?"
Jungkook tidak percaya jika pemuda mungil di depannya akan menerima peraturannya, pasti ia sangat membutuhkan uang hingga rela menerima.
"Besok kau mulai bekerja, sekarang kau berberes kamarmu saja. Kamarmu berada di depan kamarku." Jawab Jungkook sambil menunjuk salah satu pintu kamar Jimin.
"Aku akan bekerja sekarang. Hari ini kau tidak perlu membuat makan malam, karena aku akan makan malam di luar." Jimin mengangguk dan memberi hormat pada Tuan barunya yang pergi keluar.
Keesokan harinya Jungkook pulang malam, semalam ia tidak pulang ke rumah karena banyak sekali berkas yang harus Jungkook urus, sekarang ia pulang.
Jungkook membuka pintu rumahnya, mendapati jika seisi rumahnya sudah rapih dan bersih, pasti maid barunya sudah melakukan pekerjaan yang ia suruh.
Jungkook melangkah masuk ke dalam mencari sosok mungil itu, namun ia mendengar suatu suara di dapur, pasti Jimin ada disana, mungkin tengah memasak makan malamnya.
Saat berada di dapur, Jungkook kembali tercekat dengan pemandangan yang ia lihat saat ini. Jimin memakai seragam maid yang ia berikan—oh, astaga, bokong bulatnya mengintip malu-malu dari bawah. Dan kini lelaki mungil itu tengah berjinjit untuk mengambil sesuatu di lemari atas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bangsat! Kenapa ia memberikan seragam itu untuk Jimin!?
Jimin terlalu berjinjit hingga membuatnya limbung, hampir saja ia terjatuh kalau saja sepasang lengan kekar itu tidak menahannya. Siapa lagi kalau bukan lengan seorang Jeon Jungkook.
Posisi dimana mereka seperti back hug, terbayangkan? Keduanya bungkam dan hanya saling bertatap, detakan jantung mereka seolah sedang berbincang, saling beradu.
Jungkook dapat melihat bayangannya pada bola mata Jimin yang indah, dihiasi bulu mata yang lentik, hidung mancung, kulit seputih susu tanpa luka dan pipi gembilnya yang kini terhiasi warna merah padam. Terakhir, bibir kissable milik Jimin yang membuat Jungkook menjadi salah fokus.
Jungkook terus memperhatikan bibir semerah chery itu, bahkan ia sampai tidak sadar wajahnya mulai mendekat pada wajah Jimin, sampai akhirnya bibir mereka bertemu.
Tidak ada perlawanan dari Jimin dan pergerakan dari Jungkook. Bibir mereka bertemu dan mata mereka masih setia saling menatap, namun Jungkook memutuskan bergerak dahulu. Jimin bisa melihat Jungkook yang menutup matanya dan bibir dingin Jungkook bergerak melumat bibir Jimin.
Jimin meremat halus lengan Jungkook. Jungkook menafas nafasnya saat Jimin mulai membalas ciumannya, keduanya melumat bibir lawannya dengan hati-hati dan halus, merasakan ciuman yang begitu manis dan hangat.
"Hmphh—"
Jimin mengerang dalam ciuman itu saat Jungkook meremas bokongnya dengan sensual. Jungkook menikmati semua ini, bokong Jimin bulat dan padat, sangat pas di telapaknya.
"Nnh—Tuan—ah!" Jimin kembali mengerang saat Jungkook menciumi perpotongan leher Jimin.
Karena kesadaran Jungkook sudah kembali, ia segera menjauhkan kepalanya dari leher Jimin. Menatap lelaki mungil yang berada dalam dekapannya dengan begitu intens.
Mata Jimin yang sayu, pipi gembilnya yang semakin memerah, bibirnya yang membengkak dan basah, leher putihnya yang ada bercak kemerahan disana, dadanya naik turun mengatur nafas.
Cantik. Jungkook jatuh sekali lagi dalam pesona seorang Park Jimin.
Jungkook mengambil sesuatu di lemari atas, setoples gula. Lalu memberikannya pada Jimin,
"Kau butuh ini, bukan? Kembalilah bekerja, Jimin."
Jimin kembali berdiri tegap, menerima setoples gula dari Jungkook.
"T-terima kasih, Tuan." Jimin membungkuk sedikit lalu kembali membuat makan malam untuk Tuannya.
Setelah memberikan gula itu, Jungkook pergi meninggalkan Jimin dan berjalan menuju kamar mandi,