Ini adalah sudah seminggu lamanya setelah Jimin pergi dari rumahnya. Rumahnya yang selalu bersih, kini berantakan, cucian baju kotor tak terurus, makanan selalu beli.
Lho, memangnya tunangannya itu tak melakukan apapun?
Oh, ya jelas tidak. Mana mau wanita ular itu menyentuh sapu, pel, atau apapun itu. Padahal Jungkook selalu meminta tolong, karena ia juga tak akan sempat melakukan itu semua. Sibuk bekerja.
Namun, Eunha sangat bebal dan selalu bilang ‘Uangmu kan banyak, masa panggil tukang bersih-bersih saja tak mau?!’. Berakhir Jungkook mengalah.
Bahkan seminggu ini Eunha tak membuatkan dirinya bekal. Padahal sebelumnya Eunha rutin membawakan dirinya bekal.
Namun, siapa yang tau, Eunha tak bisa memasak? Bahkan Jungkook juga tak tau soal itu. Jiminlah yang sebenarnya, membuatkan tuannya bekal. Eunha tak pernah sekalipun menyentuh dapur. Sangat tak sudi.
Eunha akan merampas bekal yang dibuat Jimin, dan membawanya ke kantor Jungkook, mendusta bahwa itu adalah masakannya. Dan Jungkook percaya.
Jungkook juga heran, mengapa Eunha berubah menjadi cuek? Hanya manis saat menginginkan sesuatu, seperti meminta uang padanya?
Jungkook meliburkan diri hari ini, seminggu penuh ia bekerja non-stop, guna melupakan peristiwa yang lalu. Ia masih sangat takut. Jungkook menatap Eunha yang sudah rapih.
"Eunha, kau mau kemana?" Tanya Jungkook, Eunha menengok padanya, menggedikan bahunya acuh.
"Aku mau pergi dengan teman-temanku. Oh, ya. Boleh aku minta uang padamu? Kartuku habis saldo," Ucap Eunha enteng, tak tau Jungkook tengah menahan emosi.
"Lagi? Kemarin aku sudah memberimu banyak uang, Eunha. Kemana semua uang itu?" Ya, kemarin Jungkook memberi uang berjuta-juta untuk Eunha, wanitu itu juga berjanji uang itu untuk jatah sebulan.
"Hei, kemarin itu jumlahnya terlalu sedikit, tau! Kau jangan pelit-pelit dengan calon istrimu!" Eunha menaikan nada bicaranya, Jungkook mengernyitkan dahinya,
"Apa katamu? Jumlahnya sedikit? Itu tidaklah sedikit, jikapun sedikit memangnya wajar kau habiskan sehari, huh? Dan apa? Pelit? AKU BAHKAN SERING MEMBERIKANMU UANG. Hampir. Setiap. Hari. Jika kau lupa," Eunha terdiam, namun rautnya dangat menunjukan bahwa dirinya kesal,
"Eunha, ubahlah sikapmu jika kau ingin menjadi bagian dari keluarga Jeon. Berhenti berfoya-foya, jika kau serius, buktikan kepada Ibuku. Jangan memikirkan dirimu sendiri!" Ucap Jungkook panjang lebar, ini semua untuk kebaikan keduanya. Jungkook hanya ingin Eunha dilihat oleh Ibunya.
"Apa sih!? Tak perlu bertele-tele! Jika kau tidak mau memberiku uang, cukup bilang! Tidak usah menceramahiku!" Jungkook terkejut dengan ucapan Eunha. Ini seperti bukan Eunhanya yang dulu.
"Kau berubah, Eunha. Kau tidaklah seperti yang kukenal dulu, kau berubah menjadi egois, mementingkan teman-temanmu, berfoya-foya. Berhenti melakukan itu semua atau kita sudahi hubungan ini?!" Geram Jungkook, ia juga lelah. Ia seperti berjuang sendiri, sedangkan Eunha tidak.
"Tidak ada yang berubah dariku, Jungkook! Kau pikir aku pembantumu yang kau suruh membersihkan ini itu, mencuci bajumu, membuatkanmu makanan? Cih, aku bukan babumu, Tuan! AKU BUKAN SEPERTI JIMIN PEMBANTUMU!" Teriak Eunha.
Seketika hening, Jungkook hanya terdiam. Namun, hawanya menjadi lebih mencekam. Eunha dapat melihat rahang Jungkook yang mengeras, tatapannya menjadi hitam gelap, terdapat amarah yang sangat besar, lihatlah kedua tangannya yang mengepal erat.
"Jangan berani kau sebut nama Jimin." Ucap Jungkook dingin. Eunha tak gentar, semakin memincingkan matanya,
"Kenapa, huh? Kenapa kau menjadi marah seperti itu? Atau jangan-jangan kau menyukai lekaki miskin itu?"
"Kuperingatkan sekali lagi, Eunha. Jaga ucapanmu," Langkah Jungkook mendekat kearah Eunha yang masih menatapnya sengit.
"Apa? Apa aku benar, Tuan Jeon? KAU MENYUKAI JIMIN, YANG NOTABENYA ADALAH MAIDMU SENDIRI! SELERAMU SANGAT RENDAH, JUNGKOOK! KAU MENYUKAI LELAKI RENDAHAN!!"
Plak.
"AKU SUDAH MEMPERINGATIMU, EUNHA. JAGA UCAPANMU! JIMINKU TIDAK RENDAHAN. KAULAH YANG RENDAHAN!"
Suara tamparan itu menggema, Eunha memegangi pipinya yang terasa panas dan perih, bekas merah dipipinya sangat kentara. Jungkook menamparnya sangat keras.
"Memangnya aku tak tau apa yang kau lakukan seminggu belakangan ini, hm? Kupikir kau kembali karena kau sudah berubah. Namun, tidak sama sekali! KAU MASIH SAMA! Berkencan dan mengangkang lebar untuk para lelaki?! Aku bukanlah Jeon Jungkook yang dulu, yang sering kau bodohi!"
"Benar, aku mencintai maidku sendiri, Jimin. Dan aku menyesal membelamu di depan Ibuku sendiri dan membiarkan beliau membawa Jiminku. Aku. Sangat. Menyesal!"
Eunha menangis, menatap Jungkook tak percaya. Rahasianya terbongkar. Jungkook memandang remeh Eunha.
"Hei, kenapa menangis? Aku takkan iba melihatmu seperti itu, justru kau semakin menyedihkan dan tampak sangat rendahan! Bawa barangmu keluar dari rumahku sekarang juga!" Final Jungkook. Inilah yang terbaik.
"KATAKAN ITU TAK BENAR, JUNGKOOK?!" Teriak Eunha sambil menarik kerah baju Jungkook. Dan langsung ditepis kasar oleh empunya.
"Aku tak pernah bermain-main dengan kata-kataku, Eunha. Rapihkan semua barangmu dan pergi! Sebelum aku sendiri yang akan menyeretmu keluar!!"
Setelah itu Jungkook meninggalkan Eunha sendiri di ruang tamu yang tengah menangis sendu. Ia tak tau nasibnya akan seperti ini.
Sekarang tujuan Jungkook adalah rumah Ibunya, maka ia tengah bersiap-siap untuk mandi dan pergi. Tentunya setelah memastikan wanita ular itu pergi.
"Aku takkan membiarkanmu bahagia, Jimin." []
Apa kabar kalian?

KAMU SEDANG MEMBACA
submissive maid | kookmin
FanfictionJimin yang hanya ingin bekerja, namun malah terjebak dengan majikannya, Jeon Jungkook.