Semenjak Eunha, yang mengaku sebagai tunangan Jungkook tinggal di apartemennya, dan saat itulah hubungan Jimin dan Jungkook mulai merenggang.
Well, Jungkook memang pernah menyatakan bahwa dirinya cinta pada Jimin, namun Jungkook tak memberinya status apapun. Jimin semakin tertohok akan fakta itu.
Ketika Jungkook berusaha menggapai Jimin, namun Jimin selalu menolak dan menghindar. Ia sadar akan posisinya, ia tak mau lagi jatuh terlalu dalam pada Tuannya sendiri. Dan kedatangan Eunha di apartemen juga semakin mempersulit Jungkook untuk bicara pada Jimin.
Pasalnya, ketika Jungkook mendekat pada maidnya, Eunha akan berteriak memanggilnya dan mengajaknya pergi, bahkan pernah memarahi Jimin karena berbicara pada Jungkook.
Tak sering pula Jimin selalu makan di kamarnya, sedangkan kedua sejoli lawan jenis itu makan di meja makan dengan mesra, Jimin iri. Namun bisa apa? Ia tak pantas untuk Tuannya. Ia tau, kok.
"Jungkook!"
"Ibu? Apa yang Ibu lakukan disini? Kenapa tidak bilang jika akan datang, aku akan menjemputmu, Bu." Ucap Jungkook, kala terkejut melihat Nyonya Jeon atau tak lain adalah Ibunya yang tetiba saja masuk ke dalam apartemennya.
Well, Nyonya Jeon tau kode apartemen Jungkook, jadi ia bisa masuk. Jungkook selalu berbagi pada Nyonya Jeon tentang apapun, Jungkook tak ingin merahasiakan apapun dari Ibunya, karena Ia sangat menyayanginya.
"Kenapa? Memangnya Ibu punya larangan untuk tidak datang ke anak Ibu sendiri? Lagipula, Eomma ingin melihat Jimin, apa kerjanya bagus? Tolong, paㅡ"
"Jungkook, siapa yang daㅡAh! Ibu mertua! Lama tak jumpa, aku merindukanmu, Ibu!" Itu ucap Eunha yang tetiba datang menghampiri sepasang anak dan Ibu itu.
Ekspresi Nyonya Jeon berubah seketika, dan melirik ke arah anaknya, menatap Jungkook dengan tajam,
"Sejak kapan kau disini, hah!? Berani-beraninya kau datang lagi pada anakku!" Amarah Nyonya Jeon seketika membludak saat itu juga, entah mengapa Ia merasa benci dengan perempuan di depannya.
"Ibu kenapa marah-marah padaku? Aku belum lama tinggal disini, aku ingin tinggal bersama calon suamiku!" Ucap Eunha seraya memeluk lengan kekar Jungkook,
"Jungkook! Katakan mengapa wanita jalang ini bisa kembali kesini!?"
"Ibu, sudahlah, jangan terus memakinya. Kasihan." Jungkook berusaha menenangkan Ibunya yang sudah diambang batas.
"Kau membelanya, Jungkook? Kau membelanya!?"
"Bukan beㅡ"
"Jungkook, ingatlah beberapa tahun yang lalu! Wanita yang sedang memeluk lenganmu itu pernah menghiatanimu! Ketika kau akan melamarnya, Ia pergi, Jungkook! Ia pergi meninggalkanmu yang bahkan demi lelaki lain! SADAR, JUNGKOOK! DIA WANITA JALANG TIDAK TAU MALU, BERANINYA DIA KEMBALI SAAT DIRINYA SUDAH TAK BERSAMAㅡ"
"CUKUP, IBU!!" Teriak Jungkook pada Nyonya Jeon, membuatnya terbelak dan terkejut. Jungkook tak pernah membentak Ibunya sama sekali. Ini baru pertama kalinya anak semata wayangnya membentak dirinya, untuk membela wanita lain?
"Jungkook, kau membentak Ibumu sendiri? Untuk membela wanita tak tau diri ini?" Jungkook terdiam, Ia bisa melihat raut kecewa pada wajah sang Ibu. Jungkook tak sengaja, Ia reflek.
"Ibu, kumohon mengertilah," Mohon Jungkook.
"Tidak, tidak untuk perempuan ini! Ibu tidak melarangmu memilih siapapun, asal bukan dia, Jungkook, bukan dia. Lebih baik Ibu meliki menantu seperti Jimin dari pada dirinya,"
"Jimin? Pembantu sialan itu? Ibu lebih memilih pembantu itu dibandingku? Kookie, lihatlah Ibumu, mengapa Ia begitu?" Eunha memincingkan matanya menatap sinis Nyonya Jeon.
Belum menikah saja sudah bisa bicara seperti itu pada Nyonya Jeon, bagaimana jika mereka benar-benar akan menikah? Mungkin Nyonya Jeon sudah terkena stroke akibat Eunha terus membentaknya. Coba bayangkan.
Jimin merasa ada keributan di depan, ia langsung kesana. Ia melihat ada Nyonya Jeon, Jungkook dan Eunha. Nyonya Jeon terlihat marah sekali.
Ada apa? Apa yang ia lewatkan.
"Jimin? Kau disana, Nak?" Jimin membungkuk sopan dan mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Nyonya Jeon.
"Jimin, rapihkan semua barangmu, kita berkemas. Kau akan bekerja di tempatku, tidak disini lagi, cepat," Jimin terbengong, termasuk Jungkook.
"Ibu, apa maksudmu?" Tanya Jungkook, tentu saja ia tak mau Jiminnya pergi.
Tunggu, Jiminnya, Jeon?
"Kaukan sudah memiliki calonmu sendiri, untuk apa kau membutuhkan maid sedangkan ada calonmu yang bersedia merawatmu? Jimin, cepatlah, Nak," Nyonya Jeon menekan kata calon, sungguh ia geram.
Jimin mengangguk cepat dan pergi ke kamarnya untuk berkemas. Jimin merasa senang tidak akan bekerja disini, namun ia juga tak ingin pergi meninggalkan Tuannya disini.
Jimin masih mencintainya, dude.
"Sekarang, pilih Ibu atau dia?"
Jungkook tak bergeming, Ia bimbang. Sangat bimbang, ia tak mau berpisah dengan Ibunya dan Jimin, namun ia juga tak bisa meninggalkan Eunha.
"Jawab, Jeon. Ibu tak pernah mendidikmu menjadi anak bisu."
Lagi-lagi Jungkook tak bergeming, ia tak bisa meninggalkan Eunha. Ia tak mau kehilangan cinta lamanya.
"Maaf, Bu.." Ucap Jungkook lirih, bahkan sambil menunduk. Nyonya Jeon hanya menatap anaknya dengan sendu, sangat tak menyangka. Bukan ini jawaban yang ia mau.
Sedangkan Eunha hanya menatap sang Nyonya Jeon dengan remeh, senyuman penuh kemenangan tak luput dari wajah cantiknya. Tapi masih catikan Jimin.
"Ibu sangat kecewa padamu, Jungkook."
Jimin sudah bersiap dengan kopernya. Ia menghampiri Nyonya Jeon.
"Pikirkan baik-baik, Jungkook. Ibu tau kau hanya bimbang. Ayo, Jimin." Ucap Nyonya Jeon sambil keluar dari apartemen Jungkook.
Sebelum Jimin benar-benar pergi, ia menatap Jungkook yang sialnya juga menatapnya. Tatapan penuh sendu. Ia tau.
Jungkook tau, ia hanya bimbang dan Jungkook tak sadar, bahwa dirinya baru saja membiarkan sinar hidupnya pergi. []

KAMU SEDANG MEMBACA
submissive maid | kookmin
أدب الهواةJimin yang hanya ingin bekerja, namun malah terjebak dengan majikannya, Jeon Jungkook.