04

7.7K 685 72
                                        


Jimin bahagia, meskipun jauh dari keluarga, pemuda itu tak lagi merasa kesepian atau asing dengan lingkungan sekitar sekalipun. Ditambah lagi, kemarin Jungkook menyatakan perasaannya. Jimin bahagia sekali lagi.

Ya, cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Walaupun belum ada status yang jelas.

Majikannya, alias Tuan Jeon Jungkook, kini mulai berubah dari pertemuan awal mereka. Jungkook selalu memperhatikan Jimin, membelikan barang-barang tanpa Jimin minta, bahkan mengajaknya jalan-jalan.

Ya, seperti saat ini, Jimin tengah duduk di sofa, dengan Jungkook yang berbaring di sofa yang sama, posisi kepala Jungkook berada tepat di atas paha mulus Jimin.

Jungkook yang memintanya sendiri, karena ia sedang libur dari kantor, dan ini waktunya menikmati waktu libur, tentunya dengan dimanja oleh maid barunya, Jimin.

Sebenarnya, Jungkook sengaja mengambil libur hari ini. Ia serahkan semua pekerjaannya pada Eunwoo, sahabatnya. Tak tau saja, di seberang sana, Eunwoo tengah mengumpat pada Jungkook yang tetiba meminta libur. Sialan.

Dan Jimin tak bisa menolak perintah majikannya, bukan? Peraturan itu sudah ada dalam kontrak kerjanya.

Sesekali Jimin memberanikan diri untuk mengelus surai majikannya yang mulai memanjang. Jungkook sesekali memejamkan matanya, ia merasa hidup. Ada orang yang memperhatikannya, sejak sekian lamanya ia menutup diri. Ia merasa lebih rileks dan tenang.

"Jimin?"

"Ya, Tuan?"

"Ani."

Jimin terkekeh pelan, ketika tatapan mereka bertemu, Jungkook memalingkan wajahnya yang telak memerah. Gemasnya.

Baru saja Jungkook mau mulai bicara, namun suara bel pintu sudah berbunyi. Jungkook mengumpat dalam hati. Mengganggu saja.

"Permisi, Tuan. Aku harus membuka pintu.

Jimin segera izin membuka pintu, dengan berat hati Jungkook mengangguk. Ia masih ingin dimanja oleh Jimin. Malang kali nasibnya.

Jimin membuka pintu dan menampilkan sosok wanita cantik, mungil dengan pipi chubby dan rambut pendek seperti dora. Kalian tau, kan?

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa ada Jungkook di dalam? Suruh dia keluar!"

"Nona siapa kalau boleh tau? Biar saya sampaikan padaㅡ"

"Aku tunangannya! Dan kau siapa? Lagakmu seperti Tuan rumah saja!"

Hati Jimin terasa tersambar petir. Hangus dan entah tak bisa diperbaiki lagi. Jungkook mendengar keributan dari luar, segera menghampiri Jimin.

"Jimin adaㅡEunha?"

"Jungkook! Aku merindukanmu, sayang!" Wanita bernama Eunha itu langsung menghambur ke pelukan Jungkook, sang tunangan, eh?

Jungkook terpaku, tubuhnya seolah membeku. Tak mau bergerak, rasanya sulit.

"Jungkook! Siapa dia? Kau tumben sekali mengajak orang asing kesini? Biasanya tidak pernah,"

Orang asing, ya? Benar juga. Jimin memang bukan siapa-siapa. Sejak awal harusnya ia tau. Harusnya ia sadar. Ia hanya orang asing, yang bekerja pada Tuan Jeon.

"Ah, m-maaf, Nona. Saya hanya m-maid disini," Jimin membungkuk sopan,

"Maid ternyata, pantas saja tampilannya begitu rendahan. Kukira dia jalangmu,"

Hati Jimin seakan dihantam ratusan kali. Begitu sesak mendengarnya, tapi memang benar adanya. Ia memang dari kasta bawah. Ingin rasanya membantah kalimat itu, namun rasanya tak mungkin. Ia sudah beberapa kali dipakai oleh Tuannya.

"Eunha, jaga bicaramu! Dan kenapa kau membawa koper?" Tanya Jungkook,

"Kau tak tau? Kita akan tinggal bersama mulai saat ini!" Ucap Eunha dengan riang, bahkan tak melepaskan pelukannya pada Jungkook.

"Dan kau? Tolong bereskan bajuku di kamar Jungkook, aku akan tidur sekamar dengan calon tunanganku!"

Jimin mengangguk dan membungkuk patuh sekali lagi. Segera membawa koper Eunha ke dalam kamar Jungkook, dengan perasaan sesak. Ia yakin akan menangis, namun ia tahan sekuat mungkin.




Eunha langsung pamit keluar, karena masih ada yang harus diurus, katanya. Jungkook langsung menghampiri Jimin.

"Jimin?"

Sang pemilik nama menengok. Ah, Tuannya ternyata. Jimin menatap sang Tuan, namun ia tak mengucapkan satu katapun.

"K-kau tak apa? Aku minta maaf, a-aku tidakㅡ"

"Saya baik-baik saja, Tuan. Tolong, jangan meminta maaf, Anda tidak melakukan kesalahan sama sekali. Disini, sayalah yang salah. Menaruh perasaan lebih pada Tuannya sendiri? Huh, itu adalah sebuah dosa terbesar, tak lebih saya hanyalah orang asing, bukan? Saya benar-benar minta maaf, saya tidak tau jika Anda sudah memiliki calon tunangan," Mata Jimin sudah berlinang air mata,

"Dan tolong, biarkan saya bekerja, saya akan sesegera mungkin menghapus perasaan saya pada Tuan. Pada dasarnya, ubik payu tak akan pernah bisa bersatu dengan sang pangeran. Ahㅡtugas saya sudah selesai, saya permisi." Jimin membungkuk sopan dan segera pergi dari hadapan Jungkook,

Jungkook membatu, ia tak percaya apa yang sudah Jimin katakan padanya. Ia sudah menyakiti pemuda manis itu, pemuda yang ia cintai.

Dan ini semua karena Eunha, wanita masa lalunya yang dengan brengseknya kembali dihadapannya tanpa rasa bersalah.


Disisi lain, Jimin mengunci diri dalam kamarnya. Tubuhnya melemas dan berakhir bersandar pada pintu. Pertahanannya runtuh, ia menangis dalam diam.

Hatinya hancur tak terbentuk. Ia terlalu berharap, ia terlalu berharap pada sang pengeran yang begitu sempurna akan membalas perasaan cintanya pada sebatang kara sepertinya? Cih, jangan bermimpi!

"M-maaf, aku terlanjurㅡhiksㅡ mencintaimu."

Dan Jungkook tidak bodoh untuk tidak mendengar itu. Setelah Jimin meninggalkannya, ia berdiri diam di depan pintu kamar Jimin.

Hanya bisa menyesal dan berdiam diri mendengar suara isakan dari Jimin, bahkan perminta maaf atas dirinya yang mencintai Jungkook.


"Maaf, Jimin. Aku juga mencintaimuㅡmaaf, kau harus sakit." []

submissive maid | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang