05|| Rasa yang tak menua

80 14 7
                                    


Jika sudah tahu menunggu itu melelahkan, lantas kenapa masih melakukannya? Jangan sia-sia kan waktumu untuk itu, ingat semua orang bukan cenayang yang tahu tanpa kamu beri tahu.

                          About Time

Malam telah membuka pintunya, udara semakin menusuk, langit bersih tanpa bintang, dengan bulan yang mulai hilang tergantikan mendung. Menandakan semesta nampak tak bersahabat.

Bara sedang berdiri di balkon kamarnya. Hanya berdiri, tanpa gitar, handphone, atau senandung lagu rindu yang tak mau menunggu. Pria itu tidak sedang galau, hanya sedang mengingat beberapa bagian dalam hidupnya yang sudah terlewatkan

Dalam hidup kita memang harus berhenti sejenak, membiarkan detik berlalu tanpa alasan, menikmati hamparan luka yang menusuk dada, dan  mengingat beberapa bagian dari kisah itu tanpa ada penyesalan.

"Bar" Bara menoleh ke sumber suara, malas karena waktu nya diganggu

"Hm" jawabnya singkat, itu adalah Arion----kakak laki lakinya yang selalu datang disaat yang tidak tepat.

"Cariin Rio tuh"

Hancurlah acara renungan Bara malam ini, karena ujung-ujungnya Rio akan menginap dirumahnya, kalau hanya menginap saja tak masalah, tapi Rio akan terus bicara, berteriak, bahkan selalu menanyakan pertanyaan tak penting. "Haloha baraaaaqqqq" baru beberapa menit, tapi teriakan Rio sudah mendominasi ruangan.

"Ngapain Lo?" Tanya Bara to the point

"Main" Rio langsung menoncat ke kasur king size Bara, sedang Bara memilih kembali ke balkon

                                        °°°
Beberapa menit menyisakan sepi, baik Bara ataupun Rio sibuk dengan aktivitas nya masing-masing.

Rio sesekali melirik Bara disela-sela kesibukan nya bermain games online. Tidak biasanya Bara diam seperti itu, biasanya jika Rio menginap di rumah, maka mulut Bara tidak akan berhenti bicara untuk merecoki Rio yang sering semena-mena.

"Bar" ucap Rio akhirnya, mulut nya sudah gatal, peduli amat dengan gamenya yang akan kick off

"Baraa" ulang Rio sebal karena tak ada jawaban

Bara mengusap wajah kasar sebelum akhirnya berbalik badan, melihat Rio sekilas.

Rio menghela nafas, mulai mengerti kenapa bara bersikap aneh seperti itu,

"Lo mikirin dia?, yaelah bar, perempuan banyak kali bukan cuma dia"

Bara jelas sudah tahu siapa yang dimaksud 'dia' oleh Rio, "yo, Naya beda, dia gak kayak yang Lo pikirin" ucap Bara dengan nada meninggi

"Gue tahu Bar, Naya emang cewek baik-baik. Tapi please Lo gak mungkin buang-buang waktu cuma buat Dia yang gak pernah ngrespon elo kan?"

Bara hanya diam, ia tak tahu perasaan nya, mungkin dia sudah lama menyukai Naya, tapi ia tak tahu apakah itu benar- benar cinta atau sekadar obsesi semata.

Naya memang sulit ditebak, kadang dia bisa bersikap sangat manis dan penuh perhatian, lalu dalam hitungan detik saja bisa berubah jadi dingin dan tak tersentuh. Tapi bagi Bara, Naya adalah teka-teki nya, misteri yang suatu saat nanti akan ia pecahkan.

"Bar, kalau emang Lo suka sama dia, ngomong. Naya bukan cenayang Bar, dia gak akan tahu perasaan Lo kalau Lo cuma diam." Lagi-lagi Rio menambah kegelisahan Bara, nampak jelas dimata pria itu kalau sahabat nya tengah gundah gulana.

"Gue gatau yo, gue capek. Kita nikmati alurnya aja dulu" balas Bara singkat sebelum dia melenggang pergi keluar kamar meninggalkan Rio yang mulai berpikiran negatif

                         
°°°

Bara melangkahkan kaki ke dapur, ia benar-benar sudah lelah dengan rasa itu, ya... hanya lelah bukan berarti berkurang bahkan pasrah menyerah kan? Karena ada yang lebih penting dari memikirkan rasa-rasa itu; makan. Bara melewatkan makan malam tadi, hanya demi renungan tak bermutu yang berujung buntu itu dan lihat sekarang perutnya benar-benar lapar.

"Sial" umpatnya kesal mengetahui tak ada makanan yang tersisa, semua orang pasti juga sudah tidur, apa boleh buat terpaksa ia akan buat mie instan saja, daripada mati kelaparan

"Bar?"
"Baraa itu elo bukan?"

Bara hanya memutar bola mata malas, itu pasti Rio. Dan sudah jelas dia akan mengganggu dinner pribadinya dengan mie instan rebus yang sangat serasi dengan cuaca dingin seperti ini

"Woy" teriak Rio dari belakang, mencoba mengagetkan Bara

"Paan" jawab Bara ketus tak kaget sedikit pun

"Gue pikir Lo tadi frustasi, terus mau bunuh diri" kekehan Rio dihadiahi tatapan tajam Bara "Gue masih waras kali"

Tiba-tiba Rio menatap mie instan Bara dengan mata berbinar "Bar, bara baik deh. Lho kok Lo tiba-tiba ganteng sih?"  Bara melirik mie nya, tahu apa yang Rio pikirkan lantas berkata "Buat sendiri kunyuk"

"Yah bar, cuma dikit elah pelit banget sih" ucap Rio memohon
"Sekali enggak ya enggak" mendengar jawaban Bara, Rio pun mengalah lalu membuat mie nya sendiri

Malam itu mereka habiskan dengan menyantap semangkuk mie rebus dengan selingan kekehan diantara dua sejoli itu. Mereka bercanda bersama, melupakan masalah hati yang kadang tak mau diajak kompromi.

          About Time

Sementara berkilo-kilo dari tempat itu seorang gadis terbangun dari tidurnya, mata hitam nya mengerjapkan beberapa kali, menetralkan cahaya lantas melihat jam, jarum pendek masih menunjukkan angka tiga dan jarum panjang tepat diangka dua belas, guyuran air yang menderas nampak menyisakan dingin,

"Ck, hujan" ucap gadis itu lirih, ia paling tidak suka terbangun dini hari, apalagi dengan keadaan hujan deras seperti ini. Karena hujan selalu punya cara untuk menyelinapkan potongan-potongan kenangan yang berusaha ia kubur, ditambah dengan suasana sepi yang tampak menguasa, membuat kenangan itu makin mudah menjalar ke ingatannya

Gadis itu-----Naya berjalan menuju balkon kamarnya, mengulurkan tangan pada air hujan yang turun dari langit. Dingin. Itulah yang ia rasakan, berusaha sekeras mungkin mengenyahkan pikiran negatif itu. Ia tak tahu kenapa, tapi nampaknya kenangan-kenangan itu lebih hidup dari dirinya

Pandangan Naya pun reflek tertuju pada bekas sayatan dipergelangan tangannya "bodoh" ucapan nya singkat, lalu tersenyum sinis, menertawakan dirinya sendiri, menertawakan kebodohan nya.
Dari dulu Naya ingin punya perannya sendiri, menjadi bagian dari kisah seseorang tanpa ada paksaan.

Tapi sepertinya itu hanya mimpi, karena pada dasarnya Naya bukan seperti yang orang lain pikirankan. Ia hanya pendamba banyangan, kehadiran nya nampak fana bagi sebagian orang, lukanya juga terlalu nyata untuk disamarkan dan walaupun banyak curahan tak pernah tersampaikan. Tapi rasa itu akan tetap ada abadi dalam hati, tak akan pernah tua dimakan usia

          About Time

•••••••••••••••
ANYEONG!!!
CANALA IS COMEBACK NIHH

gimanaa part 5nyaa, duhduhh semakin penasaran sma Naya ya??

ketauilah gais" sekaliann vote itu geratiss tinggal pencet dan itu buat aku senengggg buangett

jadi support cerita ini buat terus lanjut yaaa

gumawo khamsahamnida,
CANALAA👾💓

💋💋💋💋💋☁
💋💋💋💋💋💋
💋💋☁☁💋💋
💋💋☁☁💋☁
💋💋💋💋💋☁
💋💋☁☁💋💋
💋💋☁☁💋💋
💋💋💋💋💋💋
💋💋💋💋💋☁
☁☁☁☁☁☁
👋👋☁☁👋👋
👋👋☁☁👋👋
👋👋☁☁👋👋
👋👋👋👋👋👋
☁👋👋👋👋☁
☁☁👋👋☁☁
☁☁👋👋☁☁
☁☁👋👋☁☁
☁☁☁☁☁☁
💋💋💋💋💋💋
💋💋💋💋💋💋
💋💋☁☁☁☁
💋💋💋💋💋☁
💋💋💋💋💋☁
💋💋☁☁☁☁
💋💋💋💋💋💋
💋💋💋💋💋💋

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang