06|| Membuka luka lama

48 5 2
                                    


Luka itu akan terus abadi sampai kita berani menghadapi

About Time

Langit menatap nanar gadis dihadapannya, orang dengan setumpuk luka yang tak pernah berani untuk bicara. Matanya yang teduh menatap kosong orang orang yang berlalu lalang. Sama-sama membisu hingga membuat sunyi mulai mendatangi

"Lang...." Ucapnya menggantung, membuat Langit reflek menoleh kearahnya

"Lo.... Lo gak takut sama gue" ucap nya ragu ragu namun terasa ganjil ditelinga Langit

"Kenapa ?"

"Lo udah tahu semuanya tentang gue, Lo gak takut gue nyakitin Lo?" Gadis itu------ Naya tersenyum sinis, apa yang dikatakan mirae benar, sangat benar. Naya itu monster, ia tega melukai dirinya sendiri, lalu bagaimana dengan orang lain?.

"Cuma orang goblok yang nganggep dirinya sendiri sebagai monster " seakan tahu pikiran Naya, Langit menjawabnya dengan santai.

Langit adalah satu-satunya orang asing yang tahu fakta betapa menyedihkan nya kehidupan seorang Kanaya Fuego, fakta bahwa gadis itu menderita penyakit self injury, fakta bahwa gadis itu terus dihantui kenangan yang perlahan mulai menguasai dirinya, hingga fakta bahwa beberapa hari lalu ia harus menelan semua kemarahan mirae sendirian. Dan mungkin Langit juga satu-satunya orang yang tidak pergi setelah mengetahui hal menyakitkan itu.

"Tapi Lang....."

"Lo bukan monster nay, elo Naya. Mau gak mau Lo bakal hadapi semua kan? Lo harus berani," pria itu melihat jam tangannya sekilas "Gue pergi dulu, nanti gue anter Lo pulang." Jawab Langit mengakhiri pembicaraan lalu melenggang pergi

Dan Naya masih terdiam, ia tahu apa yang dimaksud "pulang" oleh Langit

About Time

"Jun tolong ambilin saos dong"
"Sekalian kerupuk"
"Eh tolong pesenin es teh "
"Ambilin mie rebus gue tuh udah jadi"

Sementara pemuda yang bersangkutan hanya memutar bola mata malas "kenapa gak sekalian minta angkatin warungnya aja?" Jawabnya asal,

"Ya gak papa kalau elo bisa" jawab salah seorang pemuda tak kalah asal

Bara, Gabriel, dan Juned sekarang tengah berada di warung belakang sekolah. Untuk siswa langganan masuk BK seperti mereka, bolos merupakan hal yang lumrah, sangat sangat lumrah, maka dari itu sekarang mereka berada di sini, menikmati mie instan yang dipadukan dengan es teh manis yang terlihat serasi, apalagi setelah aksi kejar-kejaran dengan Bu Sinar, sangat pas untuk memulihkan stamina.

"Astaghfirullah, tobatlah kalian wahai anak muda. Ingatlah kalian sudah kelas dua belas, sebentar lagi ujian. Masih aja bolos" Rio yang baru saja datang mendramatisir suasana tiba-tiba dijitak pelan oleh satria dari belakang "Elo juga bolos kunyuk, gausah lebay"

Sementara tiga orang pemuda dihadapannya acuh tak acuh memakan makanan mereka sampai Rio mendekat dan menggebrak meja secara tiba-tiba "TEGA YA ELO SEMUA, TEGA KALIAN NINGGALIN GUE!" Dengan reflek mereka pun menatap Rio tak suka, pria itu selalu berlebihan menghadapi apapun.

"Gausah bacot deh Yo, emang siapa suruh elo pagi-pagi udah ngilang gak tahu kemana" ucap Bara setelah menghabiskan makanannya

"Yeee gue tadi ke kamar mandi ogep" jujur Rio, lalu berjalan memesan makanan pada budhe Ratmi----sang pemilik warung

"Eh Bar gue tadi liat Naya duduk dipinggir lapangan basket" ucap satria teringat sesuatu

"Hah? Ngapain my baby hany sweetie gue disana," sahut Bara cepat, ia belum malihat Naya dari pagi. yaa wajar saja. Bara bolos dari jam pertama.

"My baby hany sweetie dari Hongkong apa, noh si Naya lagi berduaan sama Langit dipinggir lapangan" jawab Rio yang juga melihat mereka. Membuat Bara menyemburkan es teh nya kehadapan Rio

"ANJIR BANGSAT MIE GORENG GUEEEEEEE" umpat Rio karena makanannya terkena semburan Bara

"Langit? Langit siapa?" tanya Bara tanpa mempedulikan ekspresi Rio yang seperti hendak memakannya

"Angkasa Langit, 12 IPA 1. Ketos SMA kencana" jawab satria tak acuh

"Jadi kacungnya Bu Sinar yang mau nikung gue? Awas aja tu orang. Gue bikin nyesel deketin Naya gue" semua orang yang ada disana sontak tertawa mendengar perkataan Bara, "Selagi janur kuning melengkung aja masih bisa ditikung Bar, apalagi yang belum jadian, semua orang bebas milikin kale" jawab Gabiel ditengah tengah tawanya

"Lagian sejak kapan Naya jadi punya Lo? Jadian aja belum udah ngaku ngaku" Juned ikut menimpali Gabriel,

Ucapan teman-temannya membuat mulut bara bungkam, mereka semua tahu kalau bara menyukai Naya tapi mereka juga tahu kalau bara terlalu pengecut untuk mengatakan perasaannya. Tapi siapa yang peduli itu, pulang sekolah nanti ia harus menemui Naya

°°°°

"Bar ngapain elo disini" tanya Juna heran melihat bara berdiri didepan pintu gerbang sendirian.

Bara sedari tadi sedang menunggu Naya, berniat mengajaknya pulang bersama. Tapi sial, sudah lebih dari setengah jam ia berdiri tapi Naya tak kunjung keluar. Bara pun memutuskan untuk pergi ke kelasnya, memastikan bahwa gadis itu masih berada disana. Tapi belum sempat melakukan itu ia sudah bertemu Juna

"Nunggu Naya ya? Yaelah Bar Naya udah pulang. Tadi gue liat dia pulang bareng Langit" ucap juna santai dan berhasil membuat Bara mengumpat sebelum memutuskan pergi tanpa mempedulikan ekspresi keheranan Juna.  Sementara Juna hanya mengangkat bahu tak peduli lalu pergi dari sana.

About Time

Naya menatap kosong pagar besi dihadapannya, setelah perdebatan panjang akhirnya ia berada disini. Didepan bangunan megah ini, menatapnya saja terasa begitu menyakitkan.

Terlalu banyak kenangan yang ada didalam sana, sulit dipungkiri bahwa bangunan itu terlalu megah untuk disebut rumah. Bangunan yang menjadi saksi bisu kelamnya hidup kanaya, bagaimana Naya kecil menangis sendirian ditengah malam nan sepi, bagaimana gadis itu dijemur ditengah teriknya matahari dan dinginnya hujan, hingga bagaimana anak usia tujuh tahun hendak mengakhiri hidupnya sendiri. Semua itu terlalu menyakitkan untuk disebut kenangan.

Langit  merasa bersalah karena  telah memaksa Naya kemari, tapi ini semua juga demi kebaikan gadis itu, ia takkan terus terusan lari dari ini semua. Naya hanya  akan sembuh bila ia berani menghadapi nya

"Lang gue....gue...." bulir-bulir bening mulai menetes dari matanya. Lebih dari sepuluh tahun ia pergi, lari dari semuanya. Tapi, sekarang semuanya nyata dihadapannya, benar-benar nyata.

"Nay, jangan biarin kenangan itu lebih hidup dari pada Lo" Langit menatap Naya singkat, menyuruhnya memencet bel masuk

Naya tersenyum kecut, Haruskah ia memencet bel di rumahnya sendiri?

Tapi belum sempat ia memencet bel seorang wanita paruh baya telah lebih dulu membuka pagar itu. Membuat Langit maupun Naya dibuat terkejut  karena nya.

Mereka sama-sama mematung beberapa saat hingga,

"Non Aya...."

About Time


Haiii haii haiii

Akhirnya jumpa lagii setelah hampir setahun gak apdett😂😂😂

Gimana part ini?

Jangan lupa vote and comment yaa

Tertanda,
CANALAA

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang