Chapter 1 | Awal dari akhir

39 6 3
                                    

Gadis itu, Fanya Zaire Andara. Masih terlelap cantik di atas kasur empuk dan selimut hangatnya. Sekarang hari minggu jadi ia berencana untuk menghabiskan harinya dengan tidur dan tidak melakukan apa-apa.

Tok,, tok,, tok,,

Pintu kamar Fanya di ketok dari luar. Fanya tak menanggapi ketukan tadi, ia lebih memilih menenggelamkan tubuhnya di balik selimut. Bodoamat. Pikirnya.

Fanya menggerutu, ketukan di pintu kamarnya tak kunjung reda walaupun ia mengabaikannya. Fanya bangun dari tidurnya dengan gestur ogah ogahan, rambut yang acak acakan, dan mata yang masih setengah terpejam. Hancur sudah rencananya.

"Siapa sih?" Gumamnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Ia menggaruk bagian belakang kepalanya, melirik jam yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya yang menunjukkan pukul 07.30. Kemudian Fanya menyibakkan selimut tebalnya dan berjalan ke arah pintu kamar.

Ceklek, Fanya membuka pintu kamarnya yang menampakkan seorang wanita paruh baya yang menatapnya datar. Wanita itu tak lain tak bukan adalah ibunya, Anna.

"Kenapa mah?" Tanyanya dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Itu bantalnya kenapa masih di bawa?" Anna bertanya balik saat melihat putri semata wayangnya memeluk bantal bermotif bunga-bunga miliknya "taruh dulu bantalnya lanjut Anna hendak mengambil alih bantal yang berada di pelukan Fanya.

Fanya menggeleng cepat "Ngak mau! Fanya sayang sama dia" Fanya mempererat pelukannya dan menatap sengit sangat mama.

Anna menghela nafas kasar, ia sudah terbiasa dengan tingkah putrinya itu "yaudah kalau begitu, kamu cuci muka aja"

"Ngak mau juga, Fanya lagi musuhan sama air" Kata Fanya kemudian mengerucutkan bibirnya yang mana membuat pipinya ikut mengembang juga.

Anna yang mendengar itu menggeleng perlahan "yaudah deh mama nyerah! Kamu langsung ke bawah aja kalau gitu, di bawa ada yang nungguin"

Fanya membuka matanya lebar "hah? Ada yang nungguin? Siapa? Fanya ngak punya janji hari ini" Katanya yang hendak berbalik memasuki kamarnya namun di tahan oleh mamanya.

"Eh, mau kemana? Turun sana udah di tungguin dari tadi loh. Kan kasian Re--" Omongan Anna terhenti saat Fanya tiba-tiba menyelonong begitu saja menuruni anak tangga menuju ke ruang tamu.

Ahh iya, keadaan Fanya saat ini sangat sangat berantakan.Bagaimana tidak, rambut yang acak acakan layaknya orang yang tidak pernah keramas selama bertahun-tahun, masih menggunakan baju tidur dan di tambah lagi dengan ia memeluk bantal. Benar-benar mirip anak yang terlantar.

Fanya memperhatikan orang yang mamanya maksud, sekaligus orang yang mengganggu tidur cantiknya. Fanya kemudian berdecak saat mengetahui siapa orang itu, ternyata orang itu adalah sahabat yang merangkap menjadi mantannya. Reza Arkana.

Fanya duduk tepat di kursi yang berdampingan dengan Reza. Ia memerhatikan pakaian cowok itu, ia sudah rapi dengan kaos berwarna hitam yang di padu padan kan dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru di bagian luar dan celana jeans sebagai bawahannya.

'Pasti ada maunya nih' batin Fanya saat memperhatikan penampilan Reza. Firasatnya buruk sekarang, Pasti Reza akan meminta yang tidak tidak lagi ke padanya.

"Ngapain sih lo ke sini? Ganggu aja tau ngak!" Semprot Fanya. Memang yah Reza selalu saja menggangu ketenangannya.

"Jalan yuk!" Ajak Reza dengan tampang tak berdosanya tapi masih kelihatan ganteng itu.

"Lo ngak liat penampilan gue gimana? Ngak mau gue" Tolak Fanya.

"Di kamus lo cuma ada kata 'ngak' yah?" Reza menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Sepertinya, mantannya itu sayang sekali dengan kata 'ngak'.

"Yakali, ngak lah" Elak Fanya dengan melemparkan bantal yang sedari tadi ia peluk ke wajah Reza.

Buk, bantal itu mendarat mulus di wajah tampan Reza. Reza yang di perlakukan seperti itu mengelus dadanya bersabar.

"Tuh tadi buktinya! Lo bilang 'ngak' lagi" Ujar Reza seraya menunjuk ke arah Fanya dengan bantal yang tadi.

"Bodo" Fanya mengabaikan perkataan Reza serta mengarahkan pandangannya ke arah lain. Tak ingin melihat wajah cowok pecicilan di depannya itu.

"Jalan yuk! Gue traktir deh" Bujuk Reza dengan iming-iming traktiran ke Fanya.

Fanya yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya ke Reza dengan wajah yang berseri-seri mendengar kata traktir, kapan lagi kan dia jalan-jalan gratis.

"Beneran nih? Kalau gitu gue siap-siap dulu" Fanya bergegas naik ke atas tangga, namun sempat berhenti dan kembali saat menyadari bantal kesayangannya tertinggal. Ia berbalik arah kembali menuju ke Reza kemudian merebut paksa bantal itu, Fanya kembali ke kamarnya dengan terburu-buru.

Reza mendecak melihat tingkah Fanya "Ck, dasar cewek. Di traktir aja cepet" Ocehnya yang masih bisa di dengar oleh Fanya.

"Gue denger yah Reza! Teriak Fanya saat akan memasuki kamarnya.

Skip

Fanya dan mamanya--Anna, turun dari atas berbarengan. Fanya menuruni tangga dengan penampilan yang berbeda dari sebelumnya. Ia menggunakan kemeja kebesaran berwarna navy yang di padu dengan jeans sebagai bawahannya, tak lupa juga ia membawa tas kecil yang hanya di peruntukan untuk menyimpan handphone, dan rambutnya yang ia kuncir kuda. Simple tapi cantik.

"Wahh,, cantik yah mantanku" Puji Reza yang di barengi dengan cibiran.

Fanya memutar bola matanya malas "gue udah tahu" Ujarnya.

Reza menyengir kuda kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Anna yang berada di samping Fanya.

"Eh, ada calon mama mertua yang ngak kalah cantiknya. Tante, Reza pinjam anaknya yah" Reza meminta izin ke Anna dengan senyuman yang melekat sempurna di wajahnya.

"Apaan sih lo, manggil manggil sembarangan" Sewot Fanya saat mendengar Reza barusan.

"Hust, Fanya ngak boleh gitu" Anna menengahi mereka berdua "iya Reza. Tapi ingat, Fanya-nya di jagain" Ujar Anna dengan tersenyum ramah.

"Siyap 86 mama mertua!" Ujar Reza dengan di barengi ia mengangkat tangan kanannya-- memberi hormat ke arah Anna.

Anna yang melihat menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah Reza. Sementara Fanya? Ia memandang Reza dengan tatapan datar yang khas miliknya.

.
.
Heyhoo! I'm back
Hampir nyentuh 1000 kata loh:)
Jangan lupa vote+komen
Halahvyou:3

True FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang