Chapter 2 | Taman

26 5 0
                                    

Sedari tadi Fanya menatap Reza dengan tatapan tajam seakan-akan ingin memakan Reza hidup hidup.

Fanya kesal setengah mati sekarang, bagaimana tidak, seorang Reza Arkana menjatuhkannya dari angan-angannya.

"Lo kenapa sih? Matanya udah mau keluar tuh" Ujar Reza dengan mengubah posisi duduknya menghadap Fanya.

"LO NYEBELIN!!!!" Fanya geram sekaligus kesal. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan mengalihkan pandangannya dari Reza.

Reza mendengus pelan "Oke, gue emang ganteng. Lo kenapa?" Tanyanya yang mulai penasaran melihat tingkah Fanya yang sudah mirip cacing kepanasan.

Sedari tadi Fanya tak bisa duduk dengan tenang, ia sering mengoceh sendiri. Tadinya, Reza bermaksud akan membawa mantannya itu ke rumah sakit jiwa.

Fanya mendecak mendengar pertanyaan Reza "lo ngak peka banget yah! Tadi janjinya apa?"

"Janji?" Beo Reza "ini gue udah nepatin janji gue" Lanjutnya dengan membalas tatapan Fanya.

Fanya menghembuskan nafasnya kasar "tadi lo kan janji mau bawa gue jalan-jalan REZA!!!" maki Fanya. Cukup, batas kesabarannya sudah habis.

"Ini gue lagi ngajak lo jalan-jalan mantan!" Ucap Reza dengan mencubit gemas pipi tembem milik Fanya.

"YA TAPI GAK TAMAN DEPAN KOMPLEK JUGA REZA ARKANA!!" Wajah Fanya memerah menandakan ia benar-benar kesal sekarang.

Bagaimana ia tidak kesal coba, ia mengira Reza akan mengajaknya jalan-jalan ke Dufan, Ancol, atau ngak Mall. Tapi ekspektasinya runtuh seketika saat menyadari kalau Reza mengajaknya ke Taman depan komplek perumahan mereka. Dasar cowok pelit!

"Apa yang salah sih Fanya Zaire ku. Jadinya kan gue bisa bisa nabung buat masa depan kita nanti, iya ngak?" Ujar Reza dengan menaik turunkan alisnya dan mengulas senyum manisnya.

"Idih, ogah gue sama lo! Jauh-jauh!" Ucap Fanya sarkastik sambil mengibaskan tangannya. Mengusir Reza.

Reza yang melihat itu makin gencar menggoda Fanya, ia menggeser duduknya mendekati Fanya dan merangkul bahunya posesif.

"Paan sih lo! Gue bilang jauh-jauh!" Fanya menepis tangan Reza yang berada di bahunya.

Reza tidak menghiraukan omongan Fanya tadi, ia kembali menaruh tangannya di bahu Fanya. Hal itu membuat Fanya kembali menggerutu.

"Daripada ngambek mulu, gue beliin es krim gimana?" Tawar Reza ke Fanya yang di tanggapi dengan anggukan antusias dari sang gadis. Es krim, siapa yang bisa menolaknya?

"Tapi dua yah? Oke? DEAL!" Fanya bergegas berdiri dari duduknya dan menarik tangan Reza agar mengikutinya.

Reza yang melihat tingkah Fanya tersenyum kecil, senyum yang menjadi senjata utamanya dalam menaklukkan hati para cewek yang melihatnya.

•••

Sehabis membeli es krim, mereka kembali duduk di bangku yang sebelumnya mereka tempati. Di kedua tangan Fanya terdapat es krim yang berbeda rasa. Reza yang melihat itu geleng-geleng kepala.

"Lo ngak takut flu?" Tanya Reza, ia takut gadisnya itu terserang flu akibat terlalu banyak memakan es krim
Manis, tapi dapat mematikan.

Fanya menggeleng cepat, ia masih sibuk dengan es krim di tangannya hingga menoleh saja ia tak sempat. Jangan salahkan Fanya si maniak es krim.

Reza yang merasa di acuhkan oleh Fanya mendengus kasar. Semudah itu posisinya di gantikan oleh kehadiran es krim itu? Ah, tapi syukurlah yang merebut perhatian Fanya bukan abang tukang es krim-nya. Setidaknya.

"Fanya lo ngak takut flu?" Tanyanya lagi dengan meninggikan suaranya agar dapat membuat Fanya menoleh kepadanya.

Fanya melirik sebal ke arah Reza yang telah mengganggu acara makan es krim-nya. "Ngak Reza, gue kan strong" Ujarnya dengan menaikkan dagunya ke atas dan menaik turunkan alisnya.

"Tck, sok strong lo!" Reza mendorong jidat Fanya kebelakang dengan jari telunjuknya yang besar. Ia tersenyum geli melihat tingkah songong Fanya. Haruskah Reza akui kalau hanya Fanya yang dapat membangkitkan moodnya?.

Fanya menepis jari Reza yang berada di jidatnya. Ia sudah menghabiskan satu es krim miliknya. "Ih, gak percaya. Yaudah". Fanya kembali mengarahkan pandangannya ke depan, menjelajahi seluruh penjuru taman yang sudah ia hafal seluk-beluk-nya. Pandangannya terhenti saat melihat orang yang dia kenal, Fanya memicingkan matanya melihat ke arah orang tadi. Orang yang Fanya maksud sedang berada di depan sebuah penjual bakso. Ia tak sendirian, di sana ada tiga orang. Namun Fanya hanya mengenal dua di antaranya

"Reza! Reza!" Ujarnya heboh yang di ikuti dengan tepukan di bahu Reza.

"Apasih?" Tanya-nya. Reza mengernyit bingung. Ada apa lagi sekarang?.

"Itu, ada dede gemes!" Jawabnya dengan jari telunjuk menunjuk orang yang dia maksud.

"Lo kenal dia?" Tanya Reza lagi.

"Iyalah, yang pake baju merah ketat itu namanya Kirana. Nah, yang pake  kaos biru itu Wulan" Ujarnya antusias mengenalkan orang yang ia kenal ke Reza. Fanya sedikit mendongak melihat ekspresi Reza, Reza nampak fokus melihat orang yang Fanya maksud.

"Lo kenal di mana?" Reza merasa sedikit heran karena mantannya itu tipikal orang yang susah bergaul.

"Mereka berdua kelas 10. Daftar cheerleader makanya gue kenal" Jawabnya kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke orang tadi.

Fanya merupakan salah satu anggota cheerleader di sekolahnya. Ia sudah mengikuti ekstrakurikuler itu sejak kelas 10.

Reza ber-oh-ria dengan kepala yang di anggukkan tanda bahwa ia mengerti tentang apa yang Fanya jelaskan tadi.

"Tapi tunggu deh, yang satu itu siapa?" Tanyanya lagi, lagi, dan lagi.

Fanya mengangkat bahunya kemudian berucap "ngak tahu". Ia juga cukup penasaran siapa orang itu.

"Gue baperin seru juga tuh" Kata Reza dengan senyum miring-nya.

"Emang bisa? Lo mau baperin yang mana?" Tanya Fanya.

Reza sedikit berpikir kemudian berkata "yang kaos biru aja, lumayan cantik"

"Oke. Lo deketin dia, gue pulang" Ujar Fanya. Ia akan melanjutkan rencananya yang berantakan.

"Ngak! Lo pergi bareng gue, pulang juga bareng gue" Tolak Reza

"Ya terus gue ngapain? Nunggu di sini? Mending gue pulang aja" Katanya dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Reza mendengus kasar "kalau lo pulang, gue cium nih!" Tantang Reza.

Pletak! Fanya menjitak gemash kepala Reza. Emang yah, kalau ngomong ngak di saring dulu.

"Lo mau mati?!" Ancam Fanya.

"Ya makanya lo jangan pulang"

"Iya, gue gak pulang. Sana pergi! Eneg gue liat muka lo" Usir Fanya tanpa rasa humanity sedikit pun.

"Untung sayang, kalau gak udah gue kilo-in" Gumam Reza pelan sambil berjalan mendekati meja tempat degem-nya duduki.

Fanya menatap punggung Reza yang mulai menjauh darinya. Ia menghembuskan nafas pelan. Memejamkan matanya menikmati udara taman yang segar. 'Gue baik-baik aja' batinnya.

.
.
.
Hai helloo!! Lama gak ketemu. Hehe:)
Maaf yah updatenya ngaret
Halavyou:3

True FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang