"Kau tak pantas hidup, jika kau hanya merusak alam saja. Lihatlah kerusakan yang dialami alam. Dan, nikmatilah hukuman yang akan menimpamu nanti."
Namaku adalah Ayu. Hari-hariku hanya dijalankan seperti biasa orang-orang lakukan. Tak ada sebuah tantangan, dan tak ada sebuah hadiah. Hidupku seperti warna hitam dan putih, yang hanya ada kegelapan dan kecerahan. Tak berwarna, dan tak ada sebuah harapan.
Diriku terlalu asik menyimak siaran televisi, sampai-sampai emosiku bermain. "Lah, itu kenapa bisa banjir sih?" Diriku yang menyimak, dan pembawa berita menjelaskan kenapa bisa banjir di kota sebelah.
Ternyata, penyebab banjir di kota sebelah itu adalah sampah. Orang-orang di kota sebelah itu suka membuang sampah sembarangan. Malahan ada yang membuangnya ke sungai. Sehingga sungai penuh dengan sampah, bukan penuh dengan air.
"Astaga, ternyata sampah bisa membuat banjir juga ya." Jujur saja, aku baru tahu lho.
Setelah kupikir-pikir, di kotaku juga kan penuh dengan sampah. Astaga, aku tidak mau nasib kotaku seperti kota sebelah. "Aku harus melakukan apa dong? Sepertinya aku harus membereskan semua sampah di kotaku."
"Sepertinya aku harus pergi keluar rumah untuk mencari data-data tentang sampah," ujarku dengan semangat.
Huh, aku harus mulai mencari data sampahnya di lingkungan rumahku. Tetapi, syukurlah karena lingkungan rumahku ini tidak ada sampah sama sekali.
"Sepertinya aku harus ke taman deh. Biasanya kan di sana banyak orang tuh. Pasti kemungkinan banyak sampah."
Aku pun langsung pergi ke taman. Banyak orang sih di sana. Ada yang lagi baca buku, bersepeda, menyendiri, pacaran, dll. Aku pun langsung mencari-cari data-data sampah di taman.
Saat aku mencari-cari data-data sampah. Kebetulan, aku bertemu dengan seorang anak kecil perempuan. Anak kecil tersebut kelihatannya seperti mau membuang sampah ke tempat sampah. Tetapi, tubuhnya tidak sampai ke tempat sampah.
"Dek, mau membuang sampah ya?" tanyaku.
"Iya, Kak. Tapi, tubuhku tidak sampai ke tempat sampah." Anak kecil tersebut langsung murung.
Hatiku langsung terenyuh saat mendengar ucapan anak kecil tersebut. "Yasudah, sini biar kakak saja yang membuang sampahnya."
Anak kecil tersebut langsung memberikan sampahnya ke diriku. Aku pun langsung membuang sampahnya.
"Terima kasih ya, Kak," ucap anak kecil tersebut.
"Iya, sama-sama," jawabku sambil tersenyum.
Entah kenapa, kurasa anak kecil ini berbeda dari yang lain. Anak kecil ini sangat peduli dengan sampah.
"Eh, Dek. Nama kamu siapa?" Aku sangat penasaran dengan anak ini.
"Namaku Khayla, Kak," jawab Khayla.
Namun tak lama setelah perkenalan ini, Khayla disuruh pulang oleh ibunya. Memang sih sekarang sudah siang. Taman juga sudah sepi.
"Lho, kok aku merasa ingin kencing ya?" Diriku langsung kaget dengan perasaan ini. Aku langsung buru-buru pergi ke toilet. Setelah di toilet, aku langsung melanjutkan pencarian data-data sampah ini.
Saat tak jauh dari toilet, aku melihat seorang kakak-kakak. Dia cowok, dan dia sedang membuang sampah sembarangan. Aku langsung marah setelah melihat perbuatan dia.
Aku pun langsung pergi menemui dia. Dan, langsung menanyakan alasan kenapa dia membuang sampah sembarangan. "Kak, kenapa membuang sampah sembarangan?!"
"Apaan sih, kamu. Nggak usah ngatur-ngatur hidup orang sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Skenario
Short StoryAku tak tahu siapa dirimu. Namun, maafkan diriku ini yang sudah menulis kisahmu, tanpa seizin dari dirimu. Ini hanyalah sebuah kisah kecil, yang kutulis bersama teman-temanku. Kisah ini kupersembahkan untukmu.