Sebuah Kasih

2 1 0
                                    

Namaku Kiara Putri Anugrah. Aku hanyalah seorang remaja perempuan yang seperti lainnya. Aku tinggal di Desa Suka Alam. Aku sangat suka dengan pepohonan. Aku akan menjaga selalu pepohonan yang ada di dunia ini. Namun, aku tidak bisa mengubah perlakuan orang-orang terhadap pepohonan. Mereka ada yang menyukai pepohonan dan ada juga yang membenci pepohonan. Aku hanya bisa berharap dan berdoa supaya pepohonan di dunia ini bisa ada sampai generasi penerus bangsa selanjutnya.

Lho, kok di Desa Suka Alam terkubur longsor? batin Kiara.

Tiba-tiba ada yang memanggil Kiara dan sepertinya Kiara tahu siapa yang memanggilnya.

"Kiara, cepat kesini!" panggil pria tersebut yang berada di balik batu besar.

"Kau siapa?" tanya Kiara sambil pergi ke tempat suara itu.

"Aku ayahmu," jawab pria tersebut.

"Ayah?" tanya Kiara lagi.

"Ya, aku adalah ayahmu," jawab pria tersebut, "kau pasti Kiara Putri Anugrah 'kan?"

"Ya, itu adalah namaku," jawab Kiara, "kenapa Ayah memanggilku?"

"Tolong ubahlah perilaku warga Desa Suka Alam!" pinta Ayah Kiara, "ini semua terjadi gara-gara perilaku warga Desa Suka Alam yang suka menebang pohon sembarangan."

"Siap, aku akan mengubah perilaku warga Desa Suka Alam agar menjadi lebih baik," jawab Kiara.

"Baiklah," jawab Ayah Kiara.

Kiara pun terbangun dari mimpi itu. Dia masih ketakutan dengan mimpi itu. Dan dia baru tersadar bahwa dirinya telah tertidur di pohon besar belakang sekolah.

Memang pohon-pohon yang ada di Desa Suka Alam itu sudah habis semuanya. Yang hanya tersisa hanyalah debu-debu bekas tebangan pohon-pohon dan ada pula sebuah pohon besar yang masih berdiri kokoh. Pohon Besar ini sudah ada sejak kedua orang tuanya masih kecil. Kiara sangat menyayangi pohon besar tersebut dan dia ingin melindungi pohon tersebut selamanya.

Aku harus cepat-cepat nih, untuk kembali ke kelas, batin Kiara.

Kiara seperti remaja perempuan lainnya. Dia juga bersekolah di dekat desanya. Dia sangat senang untuk pergi ke sekolah. Karena hari ini gurunya berjanji untuk mengajar atau membahas tentang sebuah pohon. Waktu demi waktu pun sudah berlalu. Sehabis sekolah, Kiara langsung pergi ke rumahnya. Namun saat diperjalanan dia mendengar suatu kabar yang tidak menyedapkan.

"Gimana keputusan Bapak tentang hasil diskusi kemarin?" tanya orang-orang.

"Kalau menurutku, bagus juga kalau pohon besar di belakang sekolah ditebang," jawab bapak tersebut.

Sontak saja membuat Kiara kaget. Dia baru tahu kalau pohon besar di belakang sekolah akan ditebang. Dia sangat sedih, di Desa Suka Alam nanti sudah tidak ada pepohonan lagi. Kiara tahu apa yang terjadi jikalau nanti tidak ada pohon. Dia kebingungan, sehingga dia lebih memilih untuk pergi ke pohon besar di belakang sekolah saja.

"Kenapa sih, orang-orang itu tidak memikirkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan?" tanya Kiara yang kesal.

Kiara kecapekan, dia terlalu banyak memikirkan hal-hal yang berat. Sehingga dia tertidur di pohon besar tersebut.

Aku di mana? batin Kiara.

"Kau masih ada di tempat yang sama kok," jawab seseorang.

"Siapa kau?" tanya Kiara yang kaget dibuatnya.

"Aku adalah pohon besar. Pohon yang paling kau sayangi dan cintai," jawab pohon besar.

"Benarkah?" tanya Kiara lagi.

"Ya, aku benar," jawab pohon besar, "aku hanya ingin memberitahukan sesuatu hal."

"Kau mau memberitahu apa?" tanya Kiara yang penasaran.

"Jikalau nanti aku ditebang oleh para warga, maka desa ini akan terkubur longsor," ucap pohon besar.

"Lalu, aku harus bagaimana?" tanya Kiara yang kebingungan.

"Nanti malam, kau pergi saja ke desa sebelah! Di tempat tersebut banyak sekali pepohonan yang indah dan subur," suruh pohon besar.

"Baiklah, aku akan menuruti perkataanmu," jawab Kiara.

Kiara pun terbangun dari mimpi itu. Dia langsung pergi ke rumahnya untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dia bawa nanti. Waktu malam pun telah tiba, dia langsung pergi dari Desa Suka Alam ke desa yang ada di sebelah. Esok pagi, pohon besar ditebang oleh para warga, dan alam pun marah atas perlakuan mereka. Sehingga Desa Suka Alam langsung terkubur longsor.

Jadi, kita jangan pernah menebang pohon secara sembarangan. Hargailah semua makhluk hidup, jikalau kita ingin dihargai oleh semua makhluk hidup. Junjunglah tinggi kebenaran dan kebaikan. Niscaya hidupmu akan selalu bahagia.

Antologi SkenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang