Ada Bahagia Dalam Hidupku, Dulu

18 0 0
                                    


Ada bahagia dalam hidupku, dulu.

Ya, dulu saat kita masih bersama.

Saat kita masih duduk bersama sembari berbincang serius perihal pertemuan dan bersenda gurau mengenai perpisahan, namun entah kenapa sekarang kita malah melakukan hal yang sebaliknya.

Aku masih mengingat dengan jelas saat pertemuan pertama kita dulu, saat itu kita masih sangat canggung untuk memulai sebuah percakapan. Ya, karena saat itu kita masih tak saling mengenal. Seiring berjalannya waktu kita mulai saling mengenal satu sama lain, aku pun mulai tahu akan kesukaanmu, kebiasaanmu, dan semuanya tentangmu. Begitupun dirimu, kurasa. Namun, entah kenapa semakin kemari kita mulai mengulang kembali fase itu. Fase dimana kita tak saling mengenal seperti saat kita bertemu pertama kali.

Aku pun masih mengingat saat kita berjalan berdua dulu, saling melepas rasa penat akan apa yang kita rasakan saat itu. Waktu itu kau bilang kepadaku, bahwa aku adalah bagian dari kebahagian yang Tuhan berikan kepadamu. Dan, aku pun merasakan hal itu.

Ya, hal itupun kembali terulang beberapa hari yang lalu. Walau terdapat sedikit perbedaan, kau pun bilang kepadaku. Bahwa aku adalah bagian kesedihan yang Tuhan berikan kepadamu. Dan, aku pun masih merasakan apa yang kau bilang kepadaku dulu. Kau masihlah bagian kebahagiaanku, sampai aku menuliskan hal ini di notebook kesayanganku.

Apakah kau mengingat saat itu?

Saat dimana kita duduk berdua di taman kota, menghabiskan waktu sampai senja menyapa. Saat itu aku berkata bahwa senja adalah bagian dari keindahan alam yang tuhan ciptakan sebagai saksi akan cerita cinta kita.

Namun bolehkah sekarang aku menarik perkataanku itu?

Karena nyatanya senja hanya menjadi saksi akan cerita cinta usang kita dan sebagai pengingat akan kenangan indah yang tak akan bisa terjadi selamanya.

Hah, hari-hari yang sangat menyenangkan saat itu. Canda, tawa, suka, dan segala hal yang membuatku bahagia kita lakukan bersama. Dan ya, hal itu pun kau lakukan sekarang walaupun tak lagi bersamaku.

Masih ingatkah kau saat peringatan hari jadi kita yang ketiga?

Saat itu kita sudah berjanji untuk bertemu di salah satu tempat makan di kota Palembang tercinta. Saat itu kau datang dengan sangat-sangat terlambat dari waktu yang telah kita janjikan. Aku pun memakluminya, karena bagiku saat itu kedatanganmu adalah obat akan rasa bosan saat menunggumu.

Dan ya, seperti peringatan hari jadi kita yang ketiga. Di peringatan hari jadi kita yang kelima hal itu terulang kembali walaupun sedikit berbeda. Kau tak lagi datang terlambat dari waktu yang telah kita janjikan, malah kau datang terlalu awal.

Hahaha terlalu awal, terlalu awal, terlalu awal. Teralu awal untuk mengatakan kata perpisahan!
Hahaha lima tahun sudah kita bersama, berbagi rasa, dan melakukan berbagai hal bersama. Dan semuanya sirna dengan dua kata perpisahan yang kau ucapkan. “Kita Putus!!” ucapmu saat itu.

Hah, sial, sial, sial. Lima tahun kebahagiaanku, sirna dengan kalimat sialan itu. Atau mungkin hanya aku saja yang merasakan kebahagiaan itu?!

Ada bahagia dalam hidupku, dulu?
Haruskah aku berbohong untuk menjawab pertanyaan ini?
Jika iya maka akan aku lakukan, karena selepas kepergianmu. hanya kesedihan yang menemaniku. Hanya kesedihan yang memelukku dengan erat disaat kebahagiaan enggan mendekat.

Bolehkah aku bertanya walaupun kita tak lagi bertegur sapa?

Jika iya maka aku akan bertanya perihal selepas kepergiaanku. Apakah kau merasakan hal yang sama atau malah sebaliknya?

Jika sebaliknya mungkin hanya aku yang merasa bahwa kau adalah bagian kebahagiaanku yang dikirimkan Tuhan kepadaku untuk menemaniku selama lima tahun waktu singkat kita bersama.

Hah, ku harap hal ini tidak pernah terjadi. Jika memang terjadi mungkin aku adalah manusia bodoh yang dikatakan oleh ADA Band.

Adakah kebahagiaan dalam hidupku?
Jika bertanya tentang sekarang? maka akan aku jawab iya dengan lantang.

Karena selepas kepergiaanmu, aku mulai bangkit. Dan menemukan dia, sosok pengganti dirimu. Ia yang telah membantuku saat aku merasa terpuruk, saat aku merasa tak bisa lagi hidup tanpamu.

Ia hadir dengan mengulurkan tangan, membantuku lepas dari segala keterpurukan yang aku rasakan.

Berkat ia aku kembali merasakan apa itu kebahagiaan.

Berkat ia wajahku kembali melukiskan garis lengkung yang sempat sirna selepas kepergiaanmu.

Aku, sangat sangat sangat bersyukur selepas kepergianmu. Karena hal itulah aku bisa bertemu dengannya. Bertemu ia yang membawa kebahagiaan sejati bagiku.

Hahaha terkesan jahat, bukan? aku rasa tidak karena kau pun telah bahagia dengan orang pilihanmu itu.

Lalu kenapa aku tak boleh?

Apakah dirimu seegois itu?

Jangan langsung menjawabnya, ya.
Lebih baik tanyakan terlebih dahulu kepada hati kecilmu. Apakah orang itu adalah pilihan paling tepat bagimu, atau hanya pemain pengganti sepertiku dulu?

Jika iya, jangan permainkan dia sama seperti diriku dulu yang kau permainkan. Cukup aku saja yang merasakan itu, karena biar aku saja yang menanggung semua itu.

Felia, semoga kau bahagia. Karena akupun telah bahagia dengan Ta. Penggantimu yang telah membantuku kembali merasakan kebahagiaan selepas kepergiaanmu.

Sampai jumpa di lain hari, dari aku pemain pengganti yang telah digantikan karena masa kontrak cintaku denganmu telah usai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perihal Rasa, Aku Selalu SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang