Part 05

3K 86 1
                                    

Fabian Pov

Aku melihat jam tangan Rolex Sky-Dweller Rosegold Schoko Ziff yang melingkar indah di tanganku. Aku mendesah sebal, jarum panjang pada jam tangan mewahku itu menunjuk pada angka 5. Kenapa hari ini cepat sekali. Rasanya tinggal menghitung menit aku akan menerima ocehan panjang Mom. Ingin sekali aku tidak pulang, tapi kalau sampai itu kulakukan, pasti besok aku akan mengalami kemiskinan. Mom benar-benar membuatku tak berkutik dengan ancaman pencabutan sahamnya.

Aaaarrgghhh !!!! Sial

Sepanjang hari ini aku terus saja mengumpat. Entah berapa banyak dosa yang ku kumpulkan karena terus mengumpat. Hidupku rumit sekali karena wanita. Kenapa harus menikah segala ? Aku bisa memberi Mom cucu tanpa ikatan itu. Aku mengacak rambut.

Menikah ?

Komitmen ?

Suatu hal yang tak terbesit di pikiranku. Lagi pula mana bisa aku seperti itu. Aku belum siap jika harus meninggalkan kebiasaan bersenang-senangku. Dan kalau aku menikah, ikatan itu akan membatasi ruang gerakku. Dan juga mana bisa aku bercinta dengan satu orang saja. Bahkan Amora hanya selinganku jika aku bosan pada jalang-jalang kelab.

Bagaimana soal Dad ?

Pria tua itu hanya menurut saja pada keinginan Mom. Ancaman Mom yang tidak akan memberinya jatah membuatnya tidak berkutik juga. Mereka berdua sungguh mengerikan. Kenapa tidak ada yang memihakku ? Lagi pula aku bisa memilih sendiri calon istriku. Walau aku tidak mencintainya paling tidak dia harus sesuai tipeku.

Sexy

Berkulit putih

Cerdas

Dan jangan lupa

Dia harus punya keahlian di ranjang.

Aku tidak mau mereka yang lempeng-lempeng saja. Lagi pula selamaa ini aku merasa tidak pernah jatuh cinta. Bagiku cinta adalah sebuah kebutuhan sex yang harus terpenuhi. Aku tidak peduli, itu pendapatku. Yaa memang aku sangat bastard. Biarkan lah ini hidupku. Dan itu pandanganku tentang cinta. Garis bawahi Cinta adalah kebutuhan sex yang harus terpenuhi.

Aku memejamkan mata, lalu membukanya. Aku menerawang. Siap tidak siap aku harus menghadapinya. Aku lelah jika Mom terus saja bersikap seperti itu. Aku juga merasa kasian pada Dalilah, dia selalu menjadi pelampiasan kemarahan jika aku memutuskan mereka.

Kasian ?

Baru kali ini aku kasian padanya. Aku kembali menghela nafas dan menegakkan tubuhku. Aku harus menghadapi Mom. Tapi kenapa aku sangat gugup. Tidak biasanya, aku menggelengkan kepala mengabaikan rasa itu. Lalu aku meraih ponsel dan kunci mobil di atas mejaku. Tak lupa aku memakai kembali jasku dan segera keluar dari ruanganķu.

Saat aku telah keluar ruangan, aku melihat Dalilah yang sibuk dengan pekerjaannya. Tangannya bergerak lincah di atas keyboard dengan sesekali membenarkan letak kacamatanya. Aku mengamatinya sebentar. Kalau di fikir-fikir dia cantik juga. Apa dia sudah punya pacar ? Hah, aku baru menyadari selama ini, sepanjang hari dia selalu bersamaku, kalau tidak bersamaku ya pasti dengan tumpukan kertas itu. Itulah sebabnya aku memilih sekretaris yang belum menikah. Alasannya ? Aku hanya ingin dia fokus padaku dan pekerjaannya.

Aku menyenderkan tubuh di daun pintu. Nampaknya dia belum menyadari kehadiranku. Sesekali dia menghela nafas panjang dan memijit pangkal hidungnya. Saat dia kembali mencoret-coret kertas itu, tiba-tiba dia mengerutkan alisnya dengan wajah kelelahan.

"Hahh !! Aku harus mengulangnya" desahnya lesu, sedetik kemudian dia kembali mengetik diatas keyboard dengan bibir mengerucut. Lucu.

Lucu ?

Sugar SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang