Part 10

3K 92 3
                                    

Sesampainya di kamar, Fabian langsung membaringkan tubuhnya lalu menatap langit-langit kamarnya.

Dalilah

Dalilah

Dalilah

Dalilah

"Argh ! Apa sih ?!". Bian menjambak rambutnya dengan frustasi. Bagaimana tidak, sejak pertanyaan yang menjadi jebakan dari Daddynya itu membuat Bian terus memikirkan Dalilah. Entah karena apa dia harus memikirkan sekretarisnya itu. Tetap saja, nama Dalilah yang menguasai pikirannya saat ini.

"Kira-kira sedang apa ya dia ?". Baru kali ini Bian ingin tau apa yang Dalilah lakukan sekarang. Astaga ? Di sudah seperti orang jatuh cinta saja.

Ish ! Apa sih !

Jatuh cinta ?

Tidak ! Dia hanya tertarik saja

Ya ? Dia hanya tertarik

Bian mengambil ponselnya di saku. Ia membuka aplikasi whatsapp dan mencari riwayat chatnya dengan Dalilah. Bian tersenyum sesaat. Kali ini ia merasa tertarik pada poto Profil yang di pakai gadis itu.

Bian terkikik, di foto itu Dalilah tersenyum manis sembari memegang bucket bunga dan menggunakan kacamata. Kalian tidak lupa kan bahwa menurut Bian, saat Dalilah menggunakan kacamatanya itu menambah porsi kecantikannya. Itu menurut Bian.

Bian mengamati cukup lama foto itu dan tanpa sadar ia mengelusnya. Ia tersenyum tipis sebelum......

"eeaaakkk.. Mommyy.... Once ngelus-ngelus foto kak Lila". Tiba-tiba suara cempreng Abi menusuk gendang telinga Bian.

Tunggu ? Kapan gadis ajaib ini masuk ?

"Heh Abi ! Nggak sopan nyelong ke kamar orang sebelum ketuk pintu !"

Bian menegur Abi dengan ketus. Ia sangat tidak suka bila adiknya ini berlaku seenaknya. Untung dia kakaknya. Kalau dengan laki-laki lain gimana ?! Dasar Abi sembrono !

Abi memutar bola mata malas. "Onceku sayang ? Aku sudah mengetuk pintumu sampai tanganku pegal dan sama sekali kau tidak menjawab atau membukakan pintu untukku. Lagipula pintumu tidak terkunci jadi aku masuk saja".

Memang benar begitu kenyataannya. Dan Abi tidak berbohong.

"Benarkah ?". Tanya Bian dengan memicingkan mata. Ia mencari kebohongan Abi tapi nihil. Berarti dia berkata jujur.

"Lagian ya Once. Kalau suka yaa bilang aja. Perasaan tuh jangan suka di tepis. Ntar pergi baru nyesel deh"

"Apaan sih bocah. Tau apa kamu soal cinta"

Abi menghela nafasnya. Bicara dengan kakaknya ini sungguh susah, makanya dia lebih sering bertengkar dengan Bian daripada bicara baik-baik.

Abi menaiki ranjang Bian dan mengambil duduk di sebelahnya lalu melipat kakinya.

"Gini ya Fabian Clarance Antoine. Kakaku yang tampan, yang kaya, yang mapan dengerin Abigail ya ? Kakak kan sering ketemu sama kak Lila, sering bertatap muka, kemana-mana bareng kadang makan dan minum di meja yang sama kan, terus kakak juga sering curhat ke kak Lila kan ? Masa segitu deketnya kakak ngga ngerasain ser-seran sama kak Lila. Pasti kalian sudah tau pribadi masing-masing kan. Masa sih ngga ada setetes cinta yang jatuh ke hati kakak. Alahh setetes lagi bahasanya. Abi sih nyaranin, jika suatu saat cinta itu jatuh ke hati kakak. Kumpulin, supaya apa ? Jika suatu saat kak Lila membutuhkannya, kakak bisa kasih". Kata Abi panjang lebar sedikit ngga jelas juga

"Kamu ngomong apa sih Bi. Kakak ngga ngerti omonganmu". Dan pada dasarnya Bian memang tidak memahami maksud Abi. Omongan Abi sangat berbelit-belit dan susah sampai ke otaknya.

Sugar SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang