Part 07

2.7K 93 1
                                    

Suara Erick memecahkan keheningan di antara mereka. Erick yang datang bersama mereka tersenyum lebar melihat anak-anaknya.

"Mooommm.. aku sangat merindukanmu". Teriak Abigail-langsung berlari dan memeluk laila erat. Bian memutar bola mata malas, baru tidak bertemu seminggu sudah seperti itu sikapnya. Dasar manja !

"Kamu tidak merindukan Dad, sweety ?". Ucap Erick dengan merentangkan tangannya.

"Tentuu.. Abi juga merindukan Dad". Kemudian Abi berhambur ke pelukan Erick. Erick pun membalas pelukan putrinya itu dengan menghujani ciuman di puncak kepalanya.

Dalilah yang melihat interaksi Abi dan Daddynya membuat dadanya sesak. Matanya memanas. Tiba-tiba ia teringat ayahnya. Ayahnya yang selalu memeluknya setiap saat, melindunginya dan menyemangatinya. Ah ! Betapa ia merasa nyaman dan aman saat berada di dekapan ayahnya. Dalilah lebih memilih memalingkan muka menahan air mata yang siap jatuh jika ia berkedip sekali saja.

Bian sangat menyadari sikap Dalilah. Gadis itu terlihat sedih melihat interaksi adik dan Daddynya. Bian merasa terenyuh.

"Pasti dia merindukan ayahnya". Gumam Bian. Kemudian pandangannya berubah jengah saat melihat Abi masih bermanja-manja dengan Mom dan Dad nya dan melupakan keberadaan dirinya.

"Bisa kalian melihatku di sini ? Anak kalian bukan hanya bocah itu". Ketus Bian

"Kenapa ? Kau iri ?". Abi mendongakkan kepala menghadap Bian.

"Tidak. Aku sudah puas di peluk mereka dari kecil"

"Benarkah ? Waktu kamu SMA masih minta di__"

"Mom hentikan ! Saat itu aku ketakutan". Ucap Bian bersungut-sungut.

"Benarkah ketakutan ? Kenapa kalau takut saja sampai berbulan-bulan. Kamu takut apa trauma ?"

"Fine. Aku trauma. Oke. Sudah jangan bahas itu lagi. Mon mau bicara apa denganku ?"

Laila menggidikkan bahunya. "Mom mau membicarakan__siapa dia ?". Pandangan Laila jatuh pada Dalilah yang sedang menundukkan kepala.

"Sekretaris Bian"

"Teman baru Abi"

Abi dan Bian berucap bersamaan. Abi memutar bola mata malas sedangkan Bian mendelik kesal pada Abi.

"Heh bocah. Jangan mengaku-ngaku. Memangnya dia mau menjadi temanmu ?". Ucap Bian ketus.

"Hey Dick !! Jaga ucapanmu. Kami baru saja berteman. Benarkan lila ?".

Baru Dalilah akan membuka mulutnya, Bian sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Kau serius mau jadi temannya ? Jangan mau, dia itu cerewet, menyebalkan, banyak mau, sok cantik, sok__"

"Tutup mulutmu brengsek ! Asal kau tau Lila, dia itu lebih menyebalkan dariku. Lebih baik kau mengundurkan diri saja dan ayo kita buat usaha bersama". Abi berucap dengan berapi-api sembari menggoyangkan lengan Dalilah.

"Hey jangan kau pengaruhi dia. Aku bisa menggajinya lebih besar daripada usahamu yang tidak menjanjikan itu.

"Dasar bajingan si__"

"Abi ? Bisakah kalian memberiku kesempatan bicara ? ". Dalilah benar-benar pusing oleh kakak beradik itu. Sekali lagi, Dalilah tidak salah mendeskripsikan  seorang Fabian yang 'kekanakan'. Buktinya sekarang, dia sama sekali tidak mau mengalah dari Abi. Dan bukannya menghentikan godaannya, justru ia semakin gencar saat Abi bertambah marah.

"Maaf tuan dan nyonya. Saya Dalilah Najma Orlin. Saya sektetaris pak Bian sekaligus teman baru Abi". Ucap Dalilah sembari mengulurkam tangan sopan.

Sugar SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang