Jejas (part 2)

11 3 0
                                    

    Jika rasa sudah mengambil peran, semuanya akan terasa rumit. Acapkali ia datang semaunya, kapanpun dan dimanapun. Ia harus dididik, agar senantiasa sejalan dengan akhlak luhur manusia.

    "Hai bos, kelihatannya suntuk banget. Mau ikutan party nggak?" kata Denny sambil menepuk bahu Ilyas yang sedang berbaring di sofa.
"Nggak ah, gue mau tidur."
"Tumben lu tidur jam segini, kesambet apa lu?"
"Lagi males aja gue." jawab Ilyas sambil menutup mata.
"Oke, duluan ya."
"Hm.."
    Sesaat setelah Denny pergi, ponsel Ilyas berdering kencang. Ia melihat nomor tidak dikenal menguhubunginya. Maksud hati ingin menolak panggilan tersebut dengan menggeser icon telpon berwana merah. Akan tetapi, ia salah. Ia malah menerima panggilan tersebut.
    "Mas Ilyas.." terdengar suara wanita agak sedikit berteriak
"Siapa? Rasanya kenal suaranya." batin Ilyas.
"Halo Mas Ilyas, ini Bi Mona, halo?"
"Oh iya kenapa Bi?"
"Mas gawat ini, Mbak Tari ilang." suara Bi Mona sekarang terdengar panik.
"Hah? Maksudnya? Tenang Bi, tenang. Ngomongnya pelan-pelan.
   "Jadi tadi pagi kan Mbak Tari dianter ke sekolah sama Bapak. Nah terus siangnya, Bapak dapet telpon dari wali kelas kalo Mbak Tari nggak ada di sekolah. Bapak udah nyari dari tadi tapi belum ketemu. Haduh gimana ini ya Mas?"
   "Tari bawa handphone?" tanya Ilyas. "Ya enggak, kan handphone nya rusak, jatuh pas waktu itu." jawab Bi Mona. "Terus udah lapor polisi?" lanjut Ilyas. "Ya Alloh, Mas Ilyas kayak nggak tahu Bapak aja, Bapak kan nggak mau urusan sama polisi. Tadi aja yang disuruh ajudannya, buat nyari Mbak Tari.
   "Oke, Bibi tetep tenang ya, sambil jaga rumah, kali aja Tari pulang ntar malem, minta doa nya ya Bi. Aku bakal bantu cari." Ilyas pun memutus panggilan telepon itu. Ia segera mengambil kunci mobil yang berada di atas meja kaca dekat sofa.
"Semoga kamu baik-baik Tari." batin Ilyas.


Kaktus BerbungaWhere stories live. Discover now