My Heart

118 3 0
                                    

Dia datang di malam yang cerah berbintang. Mengenakan baju terusan yang berwarna merah muda setinggi lutut, dibalut sweater birunya. Dan juga sandal biasa yang berwarna cokelat.

"Lama tak jumpa, Asuna."

Aku mencoba menyapa dan berbasa-basi sebentar sebelum mengutarakan rasa rindu yang telah lama terpendam ini.

"Iya. Tapi sayangnya aku mempunyai sebuah kabar buruk, Naruto-kun."

Entah mengapa aku menjadi sedikit khawatir dengan ucapannya itu. Ya, sekarang aku mulai mengkhawatirkannya.

Dia kemudian duduk di sebelah kiriku, di kursi yang sama. Setangkai bunga mawar merah itupun kuberikan kepadanya.

"Ini untukmu, Asuna."

Tak ada kata-kata tambahan kala aku memberikannya bunga. Hanya berupa kata sederhana, karena aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan saat ini.

Dia pun tersenyum sambil memandangi bunga pemberian dariku kemudian menciumnya. Sejenak kami pun terdiam bagai waktu yang terhenti karena perbedaan dimensi. Ah, tidak seperti itu juga. Mungkin akunya saja yang kebingungan untuk membuka percakapan dengannya.

"Arigatou, Naruto-kun."

Sibuk dengan pikiranku sendiri, Asuna kembali mengagetkanku dengan ucapannya itu. Sebuah ucapan terima kasih yang terdengar berbeda dari biasanya.

Aku begitu canggung, bagaimana cara mengatakan jika aku rindu kepadanya. Astaga! Mengapa aku seperti ini. Aku hanya dapat tersenyum tak jelas di hadapannya dan berharap dia akan membuka percakapan.

"Besok malam apakah kau sibuk, Naruto-kun?"

Dan benar saja akhirnya Asuna membuka percakapan kami. Akupun tersenyum kecil lalu menjawabnya.

"Sepertinya aku tidak ada kegiatan di kantor," jawabku sambil menoleh ke arahnya.

"Em, bagaimana jika kita pergi bersama?" tanyanya dengan sedikit ragu.

"Ke mana?"

"Ke acara kampusku."

Sebuah tawaran bagus terdengar di kedua telingaku. Jujur saja aku agak malu untuk mengiyakan ajakan Asuna.

"Sebentar saja, mau ya?"

Oh, sial! Dia memohon kepadaku agar aku menerima tawarannya. Mengapa aku selalu seperti ini. Begitu kaku dan membiarkan Asuna memulainya terlebih dahulu.

"Baiklah, jam tujuh malam aku akan menjemputmu," jawabku malu-malu.

Asuna terlihat begitu senang saat aku mengiyakan tawarannya. Tiba-tiba akupun merasakan kehangatan di malam yang dingin ini. Asuna memelukku.

Aku dapat merasakan hangat tubuhnya, harum rambutnya dan deru napasnya yang melaju sedikit kencang. Mungkin karena senang tawarannya diterima olehku. Namun, untuk ke sekian kalinya aku hanya diam dan tak membalas pelukan itu. Sehingga Asuna kemudian melepaskannya.

Bodohnya aku.

.

.

.

Kamipun berjalan menyusuri taman kota dengan berjalan kaki. Tanpa berpegangan tangan. Sesekali kami mampir membeli cemilan untuk dimakan sepanjang perjalanan. Malam ini kami habiskan waktu bersama sambil menikmati cuaca yang cerah berbintang. Hingga kami lelah dan akhirnya duduk di depan sebuh toko yang sudah tutup.

Aku masih ingat jika toko itu adalah sebuah toko bunga hias. Yang mana bunga matahari sedang mendominasi toko tersebut.

"Asuna ..."

Notice Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang