Deru ombak berkejaran dengan riang. Angin semilir berhembus menyapu rambut Asuna yang terurai panjang. Di samping kanannya tengah berdiri seorang pemuda yang mana telah lama berteman dengannya. Pemuda itu adalah Naruto, yang secara tidak sengaja berkenalan di media sosial lalu memutuskan untuk bertemu. Tanpa terasa waktu pun terus bergulir, mengantarkan keduanya menuju pertemanan yang keempat tahun.
"Asuna ...."
Sambil menoleh ke arah Asuna, Naruto berusaha menggenggam tangan kanan Asuna dengan tangan kirinya. Ia kemudian kembali menatap horizontal pantai sambil menunggu matahari terbenam.
Gaun berwarna krim muda itu membalut tubuh Asuna yang mungil. Ditambah sandal tidur yang bercorak lebah menambah kesan jika Asuna masihlah terlalu muda untuk bersanding dengan Naruto. Ia begitu imut dan juga menggemaskan. Terlebih sifat Asuna yang membuat Naruto mulai menyadari jika ia menyayanginya sepenuh hati. Pegangan tangan itu semakin erat Asuna rasakan. Sedang ia hanya dapat melihat sikap yang dilakukan Naruto kepadanya.
"Kau tahu, Asuna. Aku bukan seorang pria yang mudah mengucapkan isi perasaanku. Kau lihat di sana, burung-burung berterbangan berpasangan. Mereka bermain bersama dengan riangnya. Membuat sebuah komitmen untuk kelangsungan hidup mereka. Dan aku ...."
Sejenak Naruto terdiam, mencoba mengatur ulang napasnya yang mulai tidak stabil. Lalu ia pun melanjutkan perkataannya lagi.
"Aku ingin, aku ingin seperti burung-burung itu. Aku ingin kita membuat sebuah komitmen. Kau mau kan?" tanya Naruto kepada Asuna sambil memutar badannya menghadap ke arah Asuna.
"Naruto-kun ...."
Asuna sungguh tidak percaya, setelah sekian lama akhirnya Naruto mengatakan sesuatu yang telah lama ia tunggu. Pemuda yang mengenakan kardigan hitam dan jeans berwarna orange itu mulai mendekat ke arahnya.
"Asuna ... aku ... mencintaimu ...."
"..."
Tiba-tiba Asuna merasakan kelembutan yang menyentuh bibirnya. Di hadapan ombak yang berkejaran, di saksikan burung-burung yang berterbangan, Naruto mencium bibir Asuna sambil memegang kedua tangannya.
Asuna terdiam, ia tidak dapat melakukan apapun saat itu. Hanya dapat merasakan hangat dan manisnya kecupan bibir Naruto yang menyentuh setiap saraf-saraf permukaan bibirnya. Napas lembut yang Naruto hela begitu terasa menyatu dengan napasnya. Seolah-olah sedang menyalurkan sebuah perasaan yang telah lama terpendam.
"Hei, lihat!"
Tanpa keduanya sadari, Kiba melihat pemandangan romantis itu dari balik jendela kamarnya. Seruan yang Kiba berikan mampu membuat Gaara terbujuk untuk ikut melihat adegan yang sedang terjadi.
"Naruto?! Bagaimana bisa?"
Gaara tampak terheran saat melihat temannya itu bercumbu dengan Asuna.
"Tidak ada yang tidak mungkin, Gaara. Mereka itu saling mencintai. Namun, teman kita saja yang terlalu bodoh. Untuk mengungkapkan rasa cinta yang begitu mudah, membutuhkan waktu bertahun-tahun."
Kiba mengejek Naruto yang menurutnya terlalu bertele-tele dalam menjalani sebuah hubungan. Tidak seperti dirinya yang sebentar lagi akan segera bertunangan dengan sang kekasih.
"Kau ini, beda orang beda pemikiran. Mungkin saja Naruto memang tipe pria yang sangat memikirkan sesuatu dengan masak," Gaara berkilah, ia membela Naruto.
"Kau pikir seperti sedang memasak sebuah hidangan makan malam? Cinta itu jangan dibuat terlalu rumit. Jika suka, katakan saja. Daripada terburu diambil orang? Kau akan menyesal seumur hidupmu."
Kiba pun tidak mau kalah berdebat tentang cinta bersama Gaara yang nyatanya masih melajang.
"Teman-teman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Notice Me, Baby
FanficPerkenalan membawaku ke suatu masa-masa sulit. Di mana aku harus menentukan sikap terhadap seorang gadis yang selalu bersikap baik kepadaku. Dia benar-benar seorang gadis idaman. Namun, sesuatu melarangku untuk mengungkapkan kata cinta. Dan aku hany...