yang sebenarnya

80 26 25
                                        

Katanya, kalau orang udah bilang mau balik lagi tapi ga balik-balik lagi itu di culik kolongwewe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, kalau orang udah bilang mau balik lagi tapi ga balik-balik lagi itu di culik kolongwewe.

Tapi masa siang siang gini ada kolongwewe sih?

Yuta sedang melihat ke jendela. Sudah dua jam sejak Diba pamit pergi sebentar namun tidak kembali lagi.

Hm... kamarnya jadi sepi.

Meskipun tadi hanya sebentar, namun suara Diba mampu merubah hawa kamarnya menjadi sedikit lebih hangat. Karena sebelumnya dingin, sepi.

Tadi ia sedikit mendengar percakapan Diba dan temannya di telpon. Bukan menguping ya. Tapi karena suara teman Diba itu sangat keras, seperti menyalakan tombol loud speaker padahal tidak.

Siapa orang yang Diba temui?

Ah, lagian ia siapa ingin tau terhadap hal itu?

Hm... Diba ya namanya.

Kepribadiannya unik.

Ah, mau se-unik apapun pasti Diba mengambilkan makanan untuknya, mengantarnya ke kamar hanya karena kasihan.

Ya, ini Yuta kalau sendirian. Overthinking.

“Aelah, mending ngembaliin piring.”

Yuta mengambil nampan diatas meja lalu menyimpannya di paha. Seperti biasa, tangannya bergerak untuk menggerakkan roda.

Menyusuri lorong yang asri, namun sepi. Entah kemana anak anak spesial yang biasanya lari-larian di lorong.

Akhirnya ia sampai di dapur. Tangan kirinya terulur untuk membuka gagang pintu, setelah terbuka ia langsung mendorong pintunya.

Yuta menyimpan nampan beserta piring itu di tempat cuci piring.

Ia menggerakkan rodanya agar mundur, namun— “Aw!” Ia segera memajukan rodanya lagi.

Dilihatnya Bunda— maksudnya pemilik panti asuhan ini sedang meringis. “Maaf bunda...”

Wanita yang dipanggil Bunda itu berdecak, melipat kedua tangannya didepan dada.

“Kamu dan kursi rodamu ini bisanya ngecelakain orang ya?” ucapnya sarkas.

Yuta menunduk. “Maaf...”

“Maaf maaf, emang disini anak anaknya nyusahin semua.”

Tangan Yuta terulur untuk meraih tangan Bunda, namun wanita itu malah menepiskannya. “Yuta minta maaf bunda...”

Bunda mendelikkan matanya. “Jangan pegang pegang.” ia pergi. Namun baru beberapa langkah ia membalikkan tubuhnya kembali menghadap Yuta.

“Tiga hari kedepan kamu gaboleh makan!” Lalu Bunda melanjutkan langkahnya untuk keluar dari dapur.

Salah satu alasan Yuta jarang makan bersama anak anak lain.

Tetapi untungnya, mau keterbatasan mental atau fisik anak anak itu, masih ada beberapa yang dengan baiknya memberi makanan. Meskipun bekas mereka.

 Meskipun bekas mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PerfectusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang