The Girl Who Can't Be Moved | 3.

29 5 0
                                    

Setelah memutuskan telepon dari sang kakak, Zendaya pun kembali masuk ke rumahnya.

Ia pun segera menuju dapur untuk memberi tahu kepada kepala pelayan di rumah nya untuk segera menyiapkan apa yg di katakan oleh Rayhan.

" Bik Sum! Tolong siapin makan malam ya bik, kak Ray malem ini pulang. " Seru Zendaya sedikit antusias.

" Iya non, ini lagi bibi siapin. Kamar nya tuan Rayhan dan nona Sadie juga sudah saya rapihkan non. Karena sebelumnya tadi siang tuan Rayhan menelpon. "

" Kak Rayhan udah kasih tau sebelumnya bik?! Tapi kenapa dia baru kasih tahu ke aku barusan ya? "

" Iya non. Tadi siang tuan Rayhan telpon, nanyain non Zendaya sudah pulang atau belum. Lalu tuan sekalian bilang siapin makan malem sama beresin kamar tuan sama semua kamar tamu."

"Kamar tamu? Emang siapa lagi bik yang mau Dateng? " Tanya Zendaya seraya mengerutkan kening.

" Bibi juga gak tau non. Ya sudah bibi mau lanjutin masaknya ya non. " Seru bik Sumi seraya meninggalkan Zendaya yang masih terdiam untuk melanjutkan masaknya yang tertunda.

Zendaya pun bertanya-tanya siapa yang akan datang lagi selain kakaknya dan kakak iparnya. Tak mau ambil pusing, Zendaya pun pergi meninggalkan dapur menuju ke kamarnya seraya membawa secangkir coffee latte kesukaannya.


*****


Duduk di dekat jendala saat sore hari menjelang matahari terbenam seraya menikmati coffee latte merupakan hal favorit bagi Zendaya. Terkadang ia juga melakukannya seraya membaca novel kesayangannya

Ia akan melakukan hal itu dikala dirinya selesai aktivitas di kantor, itupun kalau dirinya tidak lagi sedang banyak kerjaan yang mengharuskan dirinya lembur.

Saat sedang asik membaca novel favoritnya, Zendaya dikejutkan dengan pintunya yang kebuka secara paksa diiringi dengan suara lengkingan anak perempuan berusia 3tahun yang memanggil dirinya.

" Aunty Princess!! " Teriak anak itu seraya berlari berhamburan kepelukan Zendaya sambil tersenyum sumringah.

" Hay Sweetie! " Seru Zendaya menutup novelnya dan membalas pelukan anak kecil tersebut.

" I Miss you so much aunty. Aunty kenapa gak ikut Sadie ke Swiss aja sih sama Daddy sama mommy? " Seraya melepaskan pelukannya

" I Miss you too sweetheart. Aunty kan harus ke kantor setiap hari sweetheart. Kalau aunty ikut kerjaan aunty terbengkalai. Lalu kalau sudah terbengkalai siapa yang bisa membereskan nya? " Tanya Zendaya seraya menaikkan sebelah alisnya.

" Daddy can fixed it aunty. " serunya Sadie dengan polosnya.

" I know, tapi kan itu kerjaan aunty masa Daddy mu yang membereskannya. Janji deh next holiday aunty ikut. "

" Promise? " Tanya nya dengan bibir yg mengerucut seraya menunjuk jari kelingking nya.

" I promise cupcakes. " Seru Zendaya dan menautkan kelingking mereka dan mencium pipi anak tersebut. Dan disambut sumringah oleh Sadie.

Tanpa sepengetahuan Zendaya, sedari tadi Rayhan memperhatikan apa yang sedang ia dan juga putrinya lakukan. Rayhan selalu seneng melihat kedekatan mereka berdua, hal itu selalu menghangatkan hatinya.

Mereka berdua seperti sudah ada keterikatan secara batin. Meski Zendaya bukanlah adik kandungnya, tapi Rayhan selalu menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri.

Rayhan bahkan selalu ingat dan menghormati pesan almarhum sang papa sebelum beliau meninggal, untuk selalu menjaga dan menyayangi adiknya layaknya dia menyayangi adik kandungnya sendiri.

Ya itu memang sudah menjadi tugas dan kewajiban Rayhan menjaga Zendaya. Dan kewajiban yang harus ia jaga ada di dalam tubuhnya, yaitu separuh bagian tubuh milik zendaya.Tanpa bagian itu, mungkin Rayhan sekarang tidak berada disini.

Menyaksikan sang adik yang sedang asik bercanda dengan anak perempuannya. Melihat Zendaya yang tertawa lepas karena hal kecil, itu cukup membuat hati Rayhan menghangat dan ikut tersenyum tanpa ia sadari.

TBC | 07 Mei 2019

The Girl Who Can't Be MovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang