Part 8

704 103 11
                                    

   "Ya, setelah bertemu denganmu." Senyum Lalisa mengembang.

Ritme jantung Dongie tak terkendali, ia pun tersenyum kikuk. "Apa maksudmu Lalisa-sshi?"

Lalisa terkekeh dengan pipi yang bersemu. "Mungkin ini sedikit gila, Dong Min-sshi. Tapi aku jujur tentang hal ini."

Alis Dongie terangkat, detak jantungnya makin tak berkendali.

   "Aku menyukaimu Dong Min-sshi." Wajah Lalisa sudah merah padam dan ia memalingkan wajahnya.

Dongie terkejut bukan main. Seketika jantungnya terasa berhenti berdetak, terlalu sulit untuk percaya dengan apa yang didengarnya.

   "Sej- sejak kapan?" Perasaan gugup tiba-tiba menyerang Dongie, ia menyentuh daun telinganya-bertanda ia gugup.

Lalisa terkekeh lagi, perasaan malu menghinggapi dirinya. Ia tak pernah mengucap kata cinta terlebih dahulu sebelumnya. Namun bagaimana lagi? Lalisa ingin menuntaskan segalanya.

   "Sejak kau memberikan petuah untukku dan tersenyum untuk pertama kalinya. Dong Min-sshi."

Mendengar itu, perasaan bahagia yang teramat menyapa Dongie. Membuatnya seperti terbang di angkasa luas, bak astronot yang sering Dongie lihat di televisi saat ia kecil.

   "Namun jujur saja Dong Min-sshi, aku hanya mengatakan ini untuk membuatku sedikit lebih tenang. Aku tak berupaya agar kau jug-" ucapan Lalisa terpotong

   "I also feel the same."

Dongie dengan segala kelancaran kalimatnya membuat Lalisa terpaku beberapa detik.

Hingga gadis tersenyum sedih, ia tak menyangka hal ini sebelumnya. Dengan susah payah, ia menelan salivanya, perasaan bersalah menyeruak dalam dirinya.

   "Terima kasih..., terima kasih karna mempunyai perasaan yang baik untukku Dong Min-sshi..."

Lalisa menghela nafasnya. "Aku tak menyangka kau mempunyai rasa yang sama padaku, aku..., tapi..., aku-"

   "Apa yang berusaha kau katakan Lalisa-sshi? Bukankah ini yang kau maksud dengan 'kau telah mengetahui jawabannya setelah bertemu denganku' iya kan? Apa aku salah?"

Dongie tidak suka dengan gelagat yang Lalisa tunjukkan, membuat Dongie berfikir kalau perasaannya bukan hal yang Lalisa inginkan.

   "Aku menerima nya Dong Min-sshi."

Dongie terdiam beberapa detik. Kemudian tertawa miris. Sungguh.., ia merasa dipermainkan sekarang. Rasa bahagia yang menyeruak dalam dirinya seketika terkikis begitu saja. Ia jatuh dalam sekali hentakan, begitu keras dan menyakitkan.

   "Maksudmu apa Lalisa- sshi? Tadi kau mengatakan kau menyukaiku. Tapi sekarang kau mengatakan bahwa kau menerimanya??? Apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan Lalisa- sshi?"

Lalisa menggigit bibirnya, matanya telah berkaca-kaca. Ia juga merasakan sakit. Sakit karna telah menyakiti orang sebaik Dongie. Orang baik yang peduli terhadap orang asing sepertinya. Orang baik yang memperlakukannya teramat baik hingga Lalisa merasa tak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu.

   "Aku menyukaimu. Namun aku menyayanginya.., sangat menyayanginya sehingga... Aku tak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Aku mengatakan perasaanku, agar aku merasa lebih lega Dong Min-sshi, aku tak ingin bersamanya tapi mempunyai perasaan yang belum tersampaikan pada orang lain. Aku hanya ingin menuntaskan perasaan ini. Mian karna membuatmu salah paham." Air mata menetes dari manik Lalisa. Ia menahan dirinya untuk tidak terisak.

See You Later (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang