“Sekali lagi gue minta maaf Sar.”
Aku memutar tubuhku menghadap kearah David yang kulihat tengah menundudukan kepalanya, aku paham bagaimana rasanya jadi dia dan jujur saja sedikit pun aku tak pernah menyalahkan dia atas pisahnya hubunganku dengan Zio, karna menurutku yang salah dan menjadia biang dari semua masalah di sini adalah Hanum, justru David juga jadi korban di sini karna itu sekarang pelan pelan aku melangkahkan kakiku mendekati David.
Saat tubuhku sudah tepat berada di depannya, aku menggapai tangannya dan rupanya gerakanku membuat David mendongakan kepalanya.
“Justru gue yang harusnya minta maaf, gue minta maaf Dav karna sudah menjadi beban untuk hati lho, gue minta maaf karna gue sudah membuat lho menahan sakit selama ini, gue bener-bener minta maaf,”
“dan satu lagi, gue gak pernah sedikitpun menyalahkan lho untuk semua yang terjadi dalam hubungan gue dengan Zio karna gue sadar ini takdir. Gue sama dia emang bukan jodoh dan karna itu gue mohon sama lho jangan salahin diri lho lagi.”
“Mencintai lho adalah sebuah pilihan Sar, gue gak pernah benci atau pun menyesal karna sudah mencintai lho.
Gue sayang sama lho tulus tanpa berharap apapun karna bagi gue mencintai seseorang itu bukanlah hanya sebatas untuk memilikinya tapi, mencintai dengan segenap jiwa dan raga tanpa mengharap apapun,
buat apa cinta kalau ingin berbalas kalau seperti itu caranya dari mana segi ketulusan cinta itu ?! gue harap setelah ini lho jangan sedih, setidaknya lho harus bahagia untuk gue sahabat lho yang mencintai lho.”
Mendengar kata-kata David, tak terasa air mataku ikut terjatuh.
Ya Tuhan! Mengapa aku tak jatuh cinta pada laki-laki ini saja, mengapa aku harus menjadi seorang antagonis yang menyia-nyiakan perasaan seseorang yang benar-benar tulus seperti David, andai bisa aku ingin semuanya terulang aku ingin jatuh cinta saja pada David tapi, segalanya mungkin sudah tertulis dalam skenario tuhan dengan seperti ini dan mau tak mau aku harus berusaha menerimanya.
Tak ingin membuat perasaanku semakin tak karuan, kuseka air mataku dan selanjutnya tanpa sebuah aba-aba terdahulu kuhamburkan tubuhku pada pelukan laki-laki di depanku yang saat ini sepertinya tengah merasakan keterkejutan dengan pelukanku yang tiba-tiba.
“Dav, jangan pergi … jangan tinggalin gue, terimakasih untuk semuanya gue tahu gue selama ini bodoh banget karna sudah menyia-nyiakan perasaan lho, gue jahat banget sama lho Dav.”
“Gue gak akan ninggalin lho, lho adalah perempuan pertama yang membuat gue bisa seperti ini lho adalah perempuan yang mampu membuat gue luluh hanya dengan senyuman lho yang mampu menenangkan banyak angin riuh dalam diri gue,
dan karna itu gue gak pernah menjalani hubungan dengan siapapun karna gue gak mau mengkhianati perasaan gue buat lho dengan gue menjalani kisah dengan orang lain, gue ingin selalu ada buat lho gak peduli seberapa sakit yang harus gue tanggung karna mencintai lho adalah obat dari sakit yang paling gue suka.”
David kemudian membalas pelukanku pada tubuhnya, dan harapku sederhana semoga laki-laki ini selalu bahagia, semoga meski nanti bukan aku takdirnya semoga dia mendapatkan perempuan terbaik yang Tuhan pilihkan untuknya karna David pantas mendapatkan itu, dia adalah laki-laki paling baik yang pernah aku kenal.
***
Tak terasa sudah hampir satu bulan hubunganku dengan Zio berakhir sesuatu yang masih belum kupercayai sepenuhnya, segalanya secepat ini berakhir dalam kurun dua tahun waktu aku dan Zio harus sirna hanya dengan satu kata paling kubenci hingga detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR
Teen FictionSarah Dan Zio sepasang kekasih yang menjalani kisah jarak jauh. Selama beberapa tahun mereka menjalani kisah hubungan jarak jauh dengan perasaan cinta yang tidak pernah berkurang barang sedikitpun, bahkan selama kurun watu bertahun-tahun tersebut Z...