"Pada mau nonton apa?" Tanya Vanka pada kelima temannya.
"Nonton genre bunuh bunuhan aja." Seru Ardes.
"Ihhh apaan sih, mendingan genre romancem." Ujar Naura.
"Nggak ah, mendingan genre horor." Seru para lelaki.
"Mendingan genre kartun." Seru Arvie dengan polosnya.
"Apaan sih Arvie, nggak seru kartun tuh. Udah kita kali ini genre bunuh bunuhan, buat ketantang." Putus Ardes, setelah itu mereka memesan popcorn dan minumannya untuk nonton nanti.
Saat masuk ke bioskop dengan posisi duduk Vanka dengan Arvie alasannya kan udah mau tunangan jadi nggak papa, Mirza dengan Naura alasannya kan kita udah pacaran jadi nggak papa lah duduk berdua, dan berakhir dengan Nova bareng Ardes.
Tapi, yang membuat Ardes menggurutu tempat duduk mereka itu atas bawah bukan samping sampingan, jadi Vanka dan Arvie yang paling atas ditengah tengah Nova dan Ardes dan bawah mereka Mirza dan Naura.
Saat film sudah mau dimulai, para lelaki berbicara 'kalo nanti takut langsung peluk aa aja, aa siap kok.' yang pasti langsung dibalas sinis sama Ardes.
Saat film dimulai para lelaki sudah pada berkhayal nanti akan dipeluk para perempuan disampingnya, karena bagi mereka perempuan pada takut dengan yang namanya bunuh bunuhan.
Tapi yang terjadi, PARA LELAKI YANG HISTERIS KETAKUTAN.
"Des, gue takut ihh. Balik yuk?" Ajak Nova sambil berlindung dibalik punggung Ardes.
"Apaan sih? Cowok bukan? Kok gitu aja takut, kalah dong sama cewek." Jawab Ardes dengan sarkastik tapi diam diam ia tersenyum geli dengan sifat penakut Nova.
Lain hal dengan Vanka dan Arvie, mereka berdua sama sama ketakutan. Tapi Arvie tidak teriak teriak, kalo Vanka teriak teriak kalo tiba tiba pembunuh nya datang untuk membunuh sang korban.
Kalo tempat Mirza dan Naura, mereka berdua saling tutupan. Tangan Naura ada dimata Mirza begitu pun sebaliknya.
Saat film selesai, hanya Ardes yang tertawa bahagia. Berhasil membuat kelima temannya takut.
Ardes itu sebenarnya sering dipertanyakan, dia itu perempuan atau laki laki. Karena, disaat perempuan takut dengan sesuatu hanya dia yang tidak takut dengan hal itu malah dia menyukai hal itu.
"Harusnya tadi gue foto muka takut lu pada, muka lu pada nggak jelas njir."
"Ardes udah deh, jangan gitu." Tegur Arvie yang akhirnya kesal karena Ardes dari tadi ketawa terus.
"Terus nih para cowok aneh banget dah. Tadi aja sok nggak takut, padahal pada histeris ketakutan." Ledek Ardes yang membuat ketiga laki laki itu marah.
"Lu bisa diem nggk atau gue apaan ini lu." Gertak Vanka.
"Bodo. Siapa suruh jadi cowok penakut, kalah sama cewek." Ledek Ardes yang membuat Vanka benar benar marah.
"Sini lu." Vanka sambil mengangkat tangannya ingin membogem Ardes, tapi yang ada dia yang dapat bogem lagi dari Ardes.
"Apa lu? Kok berantem sama cewek? Mau jadi banci?" Tanya Ardes dengan nada merendahkan.
"DIEM. NGAPAIN SIH PADA BERANTEM?!" Tanya Arvie sambil sedikit teriak, akhirnya Vanka dan Ardes tidak jadi berantem.
"Bagus, gitu kek. Ok, sekarang temenin Arvie belanja." Ajak Arvie dengan cengiran polosnya.
Akhirnya, mereka berenam berkeliling mall sesuai keinginan para perempuan.
💤💤💤
"Halooo, Arvie pulang." Seru Arvie saat memasuki rumah bak istana.
"Kok lama banget sih dek? Nggk tau kakak khawatir apa?" Tanya Arkan dengan nada khawatir yang diangguki oleh Arven.
"Tadi belanja kakk, jadi lama." Jawab Arvie tak lupa cengirannya.
"Ok, tapi jangan di ulangi lagi ok? Nanti kalo kamu malah lebih lama kaya gini, papah marah karena khawatir sama kamu." Arven sambil mengelus kepala adik kesayangannya.
"Iya kakak, sorry banget." Agar kedua kakaknya luluh Arvie memakai andalannya yaitu memeluk kakaknya dengan nada yang manja.
"Iya iya, kakak maafin." Nah kan berhasil.
"Yaudah Arvie mau kekamar, capek banget yaampun muter muter mall terus tadi ketemu Vanka dan kedua temennya lagi." Ujar Arvie dengan sedikit keluhannya.
"Hah? Kamu tadi jalan jalan sama Vanka juga?" Tanya Arkan kaget, karena ia masih belum sepenuhnya mengiijinkan adeknya dengan Vanka.
"Iya kakak. Udah ya, Arvie beneran udah capek." Setelah diangguki kedua kakaknya, Arvie menuju kamarnya yang berada diatas.
"Udahlah biarin, mungkin nanti Vanka nggak nyakitin Arvie. Doa aja." Ujar Arven menenangkan kakaknya, karena ia tau kakaknya takut kalo adik kesayangannya tersakiti padahal ia sendiri juga merasa takut.
"Iya, yaudah kita tidur aja. Udah malem, bye Ven." Setelah itu Arkan menuju kamarnya yang berada didepan Arvie dan samping kamar Arvie ada kamar Arven.
💤💤💤
Selesaiii.
Sebenarnya, apa sih yang ditakuti kedua kakak ini? Kok mereka nggak setuju dengan Vanka dan selalu merasa takut bila Arvie dengan Vanka?Penasaran kan? Baca terus yaaa
Sorry ceritanya masih kurang menarik, tapi gue usahain agar cerita ini tetap berlanjut dan tetap seru. Karena, sebenarnya gue bingung mau gimana lanjutin cerita ini:vJangan lupa vote dan komen ya.
Bye bye readers🖤7 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvie
Novela JuvenilGladeon Arvie Orzie, seorang anak perempuan yang paling polos di keluarganya dan keluarganya orang yang sangat kaya serta mempunyai banyak perusahaan besar. Banyak yang menginginkan keluarganya bangkrut dengan menggunakan berbagai cara. Semenjak kem...