Igo Pov
Begini ya definisi bahagia. Rasanya nano nano, kalau merasakan hal seperti ini saja sudah bahagia apalagi jika diijinkan untuk lebih dari sekedar ini. Tau yaa? Jadi pacar maksudnya. Hehee
Eitt dari awal bertemu Bela, gue langsung memiliki rasa yg gue sebut nyaman. Rasa sayang yg tidak terbatas dan dibatasi, rasa yg tidak terhambat dan menghambat, rasa yg tidak mengharap imbalan. Orientasiku lebih ingin mewujudkan rasa yg gue miliki pada orang yg kukasihi yaitu Bela. Kebahagiaannya, kerelaanberkorban tanpa harus menjadikan dia pacar gue.
Tidak peduli penolakan yg mungkin akan dia berikan, tidak peduli pada keacuhan atau kebencian jika suatu saat nanti dia mengetahui bahwa gue menyayanginya. Mencintai tak mengharap balasan.
"Igooooo. Woiiii bangunnnnn!!"
Teriakan itu terasa sangat mengganggu pendengaran dan kedamaian yg kurasakan.
Goncangan berkali kali mengusik tidurku, gue ingat ini hari minggu makanya gue santai santai gini tidak langsung bangun. Ehh tapi siapa yg berani mengusik tidurku. Mama, papa atau Bi Inah, pak Ujang atauuu siapa???
"IGOOOO !!!!"
Suara cewek, suaranya keras, kasar tapi suara itu yg ingin selalu kudengar tawanya.
"Astagaa, baru inget gue nginep disini"
"Bocah lagi kasmaran. Harus banget Bela yg bangunin !!!"
Dipeluk Bela sudah menimbulkan efek gk tau diri. Malu banget gue, udah nginep, bangun siang, harus dibagunin sama Bela lagi. Duhh.
Setelah gue menyadarkan diri dan beranjak kekamar mandi, membasuh tubuh. Mengenakan baju yg barusan dibeli oleh pak Iwan supirnya Bela, atas permintaan mamanya Bela untuk kami yg menginap.
"Lo pakai ini nih, keren buat lo biar Bela makin kesengsem. Hahaa"
Josua melempar kaos yg barusan dibeli itu. Padahal rumah gue gk jauh jauh amat dari sini tinggal pulang bentar bisa kalau cuma mau ganti baju, tapi gue masih mau lebih lama disini.
"Gue gk pakai apa-apa aja Bela kesengsem. Hahaa"
"Hoii ati ati lo ya, berani macem macem. Baru juga dipeluk udah ketagihan"
Josua meninju lenganku kasar. Mana mungkin gue berani macam macam sama Bela. Bisa terus didekatnya aja udah anugerah terindah. Ceilehhhh.
"Jos, Go. Sarapan dulu cepat turun" teriakan Bela bagai petir tanpa hujan. Gue tersenyum mendengarnya lalu beranjak turun kebawah sama Josua.
Ketiga cewek sudah mendiami meja makan, begitu juga mama papanya Bela. Gue sama Josua yg terakhir.
Ayam saus teriyaki, daging lada hitam, capcay, selada, buncis rebus, terong balado, dan entah apa lagi itu namanya semua sudah terjajar rapih dimeja makan.
"Hari ini kita kepantai yaa. Om sama tante sudah ijin ke orang tua kalian, pada mau kan?"
Pantai, satu tempat paling favorit bagi gue. Jelas gue seneng banget. Sepertinya dewi fortuna sedang memihak padaku, dari kemarin keberuntungan menghampiri.
"Wahhh pantai. Asik"
"Tumben Pah kepantai?"
"Om sama tante tau aja kalau kita butuh piknik"
Semua kegirangan, ini alasan kami dibeliin baju segala. Baju mahal lagi.
"Sebelum kalian disibukkan belajar buat ujian. Refresing dulu ya nak" mamanya menimpali. Wanita tegas dan lembut, hampir seperti mama. Papanya juga sangat berwibawa dan sepertinya sayang banget pada keluarganya, seperti papa juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia
Romance"Kita hanya boleh kembali bertemu saat sudah tidak ada rasa untuk saling memiliki lagi" Tidak ada perpisahan yg menyenangkan. Tidak ada meninggalkan tanpa menyisahkan luka. Melupakan kenangan tanpa bekas.