"Gimana Igo? Udah baikan?"
"Udah"
"Hemmm Kenapa lagi lo?"
Ia menggeleng. Mukanya kecut dari sejak kedatangannya kesekolah.
"Udah oke semua kok, mending lo balik deh, siap siap buat nanti malem"
Ia mengangguk. Melihat sekeliling dan memastikan bahwa semua sudah oke. Perasaannya masih saja was was, banyak yg harus dipastikan lagi, tapi rasanya ia tidak sanggup. Ingin segera kekamar dan membaringkan tubuhnya. Yg sejak semalam tidur disofa rumah sakit.
"Lo belum pulang dari kemarin. Ayo gue anter pulang dulu, istirahat, jangan dipaksain Bel"
"Gue baik baik aja kok. Cuma agak capek dan laper aja"
"Hemmmmm bisa aja. Yaudah kita makan dulu"
Keduanya segera meninggalkan gedung sekolah. Waktu menunjuk angka 10, masih ada waktu untuk istirahat bentar.
DANIEL POV
Hampir 1 bulan belakang ini gue sama Bela deket, dimana ada Bela disekolah disitu juga pasti ada gue. Satu bulan yg lalu gue coba buat deketin Anya, gue rasa ada yg beda dengannya yg hampir saja membuat hati gue terpikat, tapi ternyata tidak. Gue hanya simpati padanya, pada kerjakeras dan perjuangannya untuk tetap bisa sekolah dan melanjutkan kuliah.
Gue kagum akan perjuangannya itu, tapi semakin gue mau bantu dengan mengantar jemput dan memberi kemudahan, dia malah menolak. Gue hargai keputusannya. Gue rasa dengan hadirnya gue kedalam hidupnya malah akan menjadi batu sandungan. Oke gue menyerah.
Gue harus hati hati dalam melangkah jangan sampai salah langkah seperti keputusan meninggalkan Bela untuk Caroline dulu. Sampai gue rela ikut pindah ke Australi hanya karna mengikuti perasaan sesaat itu, dan menghancurkan hati Bela.
Gue sangat sadar dan nyatanya Bela tidak ada duanya. Dan sekarang gue sangat ditampar dengan sikap Bela yg mau jadi temen gue lagi walau hal ini nyatanya menyadarkan gue kalau gue masih sangat menyayanginya.
Jujur rasa ingin memiliki Bela lagi itu masih sangat nyata dan masih sangat ingin gue lakukan, tapi ternyata sudah ada Igo. Dan gue siap buat bersaing dengannya.
Melihat Bela kacau seperti kemarin menyalahkan dirinya sendiri, kebingungan, dan putus asa, menangis itu sangat menyiksa hati gue. Gue jadi mikir gimana dia dulu waktu gue tinggal? Apa seperti ini juga?
Gue yg bisa memijat dan memelukknya lagi hal itu melegakan diri gue walau justru hatinya yg hancur. Egois yaa?? Gue hanya ingin dekat dan menjadi orang yg diandalkannya lagi.
Pagi ini Bela tiba tiba datang ke sekolah dengan pakaian seperti kemarin kaos putih dan switer hoodie abu abu bergambar hellokity kecil di pundak kanan, sudah pasti dia tidak pulang dan nginap dirumah sakit. Wajahnya kusut tapi tetep cantik, bagaimanapun kondisinya. Gue menyukainya.
"Kenapa si Bel?"
Berkali kali kulirik wajahnya yg masih saja belum berubah. Sesak kurasa melihatnya seperti ini. Apa ini balasan dari apa yg telah kuperbuat untuknya?
"Gk guna banget gue jadi ceweknya"
Oke fix, sudah bisa dipastikan ini masih mengenai Igo. Rasa bersalahnya masih saja bersarang dihatinya. Dan Igo entah pakai sihir apa untuk mendapatkan hati Bela. Bela bukan tipe gampangan yg menerima orang baru begitu saja apalagi setelah gue tinggal. Rasanya semakin sesak kurasakan.
"Sampai kapan nyalahin diri lo sendiri? Lo hebat Bel, tanggungjawab sama tugas lo"
"Gue tanggungjawab dengan mengabaikan cowok gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia
Romance"Kita hanya boleh kembali bertemu saat sudah tidak ada rasa untuk saling memiliki lagi" Tidak ada perpisahan yg menyenangkan. Tidak ada meninggalkan tanpa menyisahkan luka. Melupakan kenangan tanpa bekas.