U

9 0 0
                                    

Hampir saja Igo tertidur di sofa. Rasa ingin memiliki terhadap Bela semakin hari semakin bertambah. Ia juga emosional terhadapnya. Egonya terlalu tinggi jika menyangkut hubunganya yg diusik oleh pihak lain.

Seringkali ia ingin menyerah tapi tidak sanggup dan tidak akan pernah ia lakukan. Karna itu hanya akan membuat gadis yg disayanginya semakin terluka. Kali ini bukan salahnya, tapi kesengajaan Bela yg tidak bilang dengan alasan Igo yg kemaren masih sakit. Ia tau diri, tidak bisa mengantarnya.

Ia membalikkan badan, didapati Bela masih memeluk kedua lututnya yg ditekuk dibawah tempat ia berbaring disofa. Tidur atau masih nangis, entah.

Ia mendudukkan tubuhnya. Mengelus lembut kepala gadis yg selalu jadi sasaran amarahnya.

"Sayang" ucapnya.

Bela masih dalam posisi tersebut tanpa berkutik. Sesekali terdengar sesegukan pelan.

"Sini duduk diatas" ajaknya sambil mengarahkan Bela untuk duduk disampinnya. Bela menurut.

"Ayoo makan dulu, udah laper kan" lanjutnya.

Bela menyeka kasar wajahnya. Menatap ragu kearah Igo. Ia membantu membersihkan air matanya.

"Maaf, sudah marah marah sama kamu. Sering aku marahin, maaf ya sayang" katanya lagi, memeluk erat tubuh mungil Bela.

Bela tak berkata, ia membalas pelukan tersebut. Kemudian mereka turun menuju dapur. Disana ada bibi yg baru selesai beberes dapur. Sudah ada makan siang disana.

"Bi, masak apa?"

Tanya Bela renyah yg memang suasana hatinya sudah kembali normal bahkan ceria. Secepat itu, iyaaa Igo tidak diragukan lagi.

"Ini kesukaan Non, ada kering kentang, tumis brokoli sama ikan goreng, silahkan Non makan dulu"

"Wahhhh enak nih bi"

"Lhooo jelas to Mas Igo, mari mari dimakan"

Keduanya menyantap makan siangnya dengan lahap sesekali tertawa kecil dengam lelucon ataupun cerita yg mereka lontarkan. Bibi yg membantu dirumah Bela tersenyum melihat pasangan muda tersebut.

"Kamu masih harus minum obat kan, dibawa gk?"

"Ngapain bawa bawa obat. Udah enakkan kok"

"Gk usah nyepelein gitu, sayang. Suruh Pak Iwan ambil ya. Bi, tolong panggil Pak Iwan"

"Gk usah Bel. Ntar malem aja. Bi, gk usah"

"Igoo, mulai deh. Ngeyel"

"Serius deh. Gk apa apa"

"Serah kamu lah Go, dibilangin ngeyel"

"Iya sayang. Aku bawa kok ditas ntr sekalian diatas aja"

Setelah makan keduanya kembali keatas ruang keluarga. Tidak ada kegiatan lain, sambil menunggu teman teman yg katanya akan kesana.

Ditemani tv yg dibiarkan menyala sejak tadi. Igo duduk disofa Bela tiduran di pangkuannya. Igo mulai asik dengan game diponselnya. Suasana sepi, mama papanya masih berada disekolah.

"TARAA--"

Sandra dan Listra bersamaan mengagetkan mereka berdua yg sedang mengheningkan cipta.

"Sttttttttttt, brisik!!!" sentak Igo kemudian.

Mengingat Bela yg sudah tertidur pulas dipahanya, kakinya sudah mulai kesemutan. Tapi tidak tega membangunkan gadisnya.

Mereka bertiga mengendap endap mendekati Igo dan Bela. Bela menggeliat sedikit terusik dengan mereka dan mencari posisi yg nyaman.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang