Jatuh

40 6 0
                                    

Halaman pertama dan kedua merupakan spoiler yang diberikan Watanabe kepadaku. Kisah Bang Yedam belum selesai ia lengkapi, perjalanan hidup Yedam sulit untuk ia tuliskan, kata Watanabe dua minggu silam.

Hari itu sabtu malam, ketika Watanabe memasuki kamarku sembari menunjukkan kuku-kuku jarinya yang sudah tumbuh memanjang.

"Gunting kuku milikmu kusimpan di laci kedua, bawa kesini," kataku pada Watanabe.
Watanabe segera melakukan perintahku dan mendudukkan dirinya di atas kasurku. Kami memulai salah satu rutinitas yang lagi-lagi telah kulakukan tiga tahun belakangan. Beberapa jari Watanabe kapalan karena bolpen yang tak berhenti ia genggam sehingga ia kesulitan menggunting kukunya sendiri.

"Berapa lama lagi aku bisa meminjam buku Yedam?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Mungkin besok atau lusa,"
"Sepertinya Yedam adalah anak orang kaya yang punya belasan saudara, benar tidak?
Watanabe menggelengkan kepalanya meresponku. "Lalu?" tanyaku.
Untuk beberapa saat Watanabe diam dan hanya menatap potongan kukunya yang berjatuhan di kasurku.
"Han, aku punya permintaan,"
aku mengerutkan dahi mendengarnya,

"Apa?"

"Tolong jangan jatuh pada Yedam,"

Pertama kali dalam ketiga tahunku bersamanya, kulihat sorot mata penuh takut dan berharap dari seorang Haruto Watanabe.

Catatan WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang