8 : Mertua

9.3K 1.1K 105
                                    

Disclaimer : Naruto bukan milik saya

Don't like don't read

Warning : Bahasa tidak baku, EYD tidak sempurna, karakter OOC

.

.

8 : Mertua

.

.

"Bagaimana jika orang tuamu tidak menyukaiku?" Tanya Hinata dengan resah sambil menyisir rambutnya untuk kesembilan kalinya selama satu jam ini. Kegugupannya semakin menjadi-jadi.

Oh Kami-sama, Hinata begitu ingin diterima oleh orang tua Sasuke. Ia tidak bisa membayangkan seandainya mertuanya ini tidak suka padanya atau menyuruhnya untuk berpisah dengan Sasuke.

"Mereka telah menerimamu... sepertinya." Sasuke mengamati Hinata yang terlihat menawan dengan gaun krem yang menutupi lekuk tubuhnya. Damn, istrinya ini benar-benar memiliki tubuh yang menggoda. Beruntung sekali karena ia menjadi satu-satunya pria mampu menikmatinya. "Abaikan saja tou-san. Meski tou-san terlihat garang, namun sebenarnya ia tunduk dan patuh pada kaa-san. Asalkan kau bisa memikat kaa-san, maka tou-san akan otomatis menerimamu."

Jawaban Sasuke tidak mampu membuat Hinata tenang. "Lebam di pipiku tidak kelihatan kan?" Tanya Hinata sambil mengamati pipinya di cermin. Ia sengaja memakai make-up tebal untuk menutupi lebam di pipinya. Kesan pertama adalah yang terpenting. Bagaimana komentar orang tua Sasuke ketika menyaksikan lebam di pipi Hinata?!

"Tidak." Kini Sasuke menghampiri Hinata yang berdiri di depan cermin. "Sama sekali tidak kelihatan." Setelah mengatakan itu, tangannya kini melingkari pinggang Hinata sementara bibirnya mendaratkan kecupan-kecupan di pundak yang tertutupi gaun itu.

"Ugh, hentikan itu." Ujar Hinata sambil berusaha menjauh. "Kau membuatku semakin kacau."

Sasuke menghela nafas. "Kau sangat berbeda dengan yang tadi malam. Mengapa kau tidak kembali agresif lagi huh?"

"Diamlah!" Pipi Hinata kini merona merah. "Ini bukan saatnya membahas itu!"

Sasuke kembali meraih pinggang Hinata. "Jika kaa-san tidak menerimamu, katakan saja jika ada bayi Uchiha di perutmu."

"Kau menyuruhku berbohong?!"

"Itu bukan kebohongan. Memang akan ada bayi Uchiha di perutmu, tapi tidak sekarang." Ujarnya sambil tertawa. "Kita sedang dalam misi membuatnya."

"Sasuke Uchiha! Kau menyebalkan!" Teriak Hinata dengan kesal.

Kini Sasuke diam. Akan sangat gawat jika Hinata benar-benar marah dan membuatnya tidur seorang diri di kamar malam ini. Ia tidak ingin tidur memeluk bantal. Ia ingin tidur ditemani Hinata setelah mereka kelelahan melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Suara pintu kamar yang diketuk membuat tubuh Hinata membeku.

"Tuan, nyonya... tuan besar dan nyonya besar telah datang."

.

.

"Hinata, berhentilah gemetar. Orang tuaku tidak akan menelanmu hidup-hidup."

Tangan Hinata yang mencengkeram lengan Sasuke masih tetap tidak berhenti gemetar. "I-ini respon alami tubuhku ke-ketika berada di bawah tekanan."

Ugh, dulu Hinata tidak segugup ini ketika bertemu dengan mantan mertuanya.

Dari kejauhan, Sarada terdengar sedang bercerita pada kakek dan neneknya.

"Hinata-san sangat baik. Setiap hari dia bermain piano untukku dan bercerita mengenai banyak hal padaku. Aku selalu suka mendengarkan cerita Hinata-san yang lucu dan bagus. Hinata-san juga sayang pada Prince. Dia selalu memberi makan Prince dan mengajaknya bermain." Kata Sarada sambil menggendong kucingnya. "Hinata-san juga pintar memasak, masakannya juga enak. Hinata-san selalu membuatkanku jus karena aku tidak begitu suka memakan buah dan sayur. Hinata-san juga sering membuat bunga dari wortel atau tomat sebagai hiasan makananku."

Diamond (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang